Gaji ngajar Pramuka lebih layak ketimbang guru honorer
Angga lulus pada Agustus 2023 lalu. Ia kemudian dihadapkan dengan situasi kesulitan mendapat pekerjaan tetap, alias nganggur.
“Setelah lulus, makin nggak punya bayangan kalau harus minta orang tua,” ucap Angga.
Namun, Angga merasa masih beruntung karena masih bisa lanjut mengajar Pramuka di tiga sekolah yang ia ajar sejak kuliah itu. Ya meskipun bisa dibilang ngajar Pramuka hanyalah sampingan, bukan pekerjaan tetap.
“Aku nggak mau nyebut (angkanya). Tapi kalau tiga sekolah itu ditotal, dalam sebulan jauh lebih layak ketimbang guru honorer,” bebernya.
Sebagai gambaran, di Surabaya saya punya beberapa teman seangkatan-sejurusan di UINSA yang saat ini menjadi guru honorer. Seorang teman mengaku mendapat gaji Rp300 sampai Rp500 ribu per bulan.
Teman yang lain menguatkan dengan mengaku paling tinggi hanya mendapat Rp500 ribu, dengan beban kerja dan tingkat stres yang lebih tinggi dari guru Pramuka.
“Aku Pramuka kan seminggu tiga kali. Itu pun cuma beberapa jam,” kata Angga.
“Pokoknya jauh lebih layak lah dari honorer dan bisa lah buat bertahan hidup di Surabaya, meski kadang kehabisan pas mau masuk tanggal tua. Pokoknya pinter-pinter berhemat saja,” sambung alumnus Jurusan Hukum Keluarga Islam UINSA tersebut.
Belum lagi jika ada event Pramuka tingkat SMP/SMA, sekolah pasti akan meminta Angga mendampingi anak didiknya. Dan setiap event tersebut, ia pasti akan mendapat salary tambahan dari sekolah tempatnya mengajar itu.
***
Saat saya hubungi baru-baru ini, Angga ternyata tengah merintis usaha fotokopi. Ia menyewa sebuah kontrakan di Gang Masjid, samping UINSA.
“Kalau fotokopi kan mahasiswa pasti butuh terus. Jadi berani ambil usaha ini. Kemungkinan tokcer karena lokasi pun di kawasan yang banyak kos-kosan mahasiswa,” ujarnya.
Dan usaha fotokopi yang tengah Angga rintis itu pun, seturut pengakuannya, modalnya juga dari solidaritas kakak-kakak seniornya di Pramuka.
“Sambil tetap ngajar (Pramuka). Jadi nggak aku lepas. Lumayan buat tambah-tambahan,” tutupnya.
Reporter: Muchamad Aly Reza
Editor: Agung Purwandono
Ikuti berita dan artikel Mojok lainnya di Google News