Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan Ragam

Rasanya Jadi Orang Miskin di Kemang Jakarta Selatan, Kawasan Elite yang Isinya Kaum Berduit Sepelekan Perantau Melarat

Ahmad Effendi oleh Ahmad Effendi
29 Juli 2024
A A
UMR Jakarta, merantau ke jakarta.MOJOK.CO

Ilustrasi - Butuh Gaji Rp15 Juta untuk Hidup Nyaman di Jakarta, Perantau yang Miskin Kudu Rela Tinggal Bersama Kecoa-Tikus dan Melahap Makanan Sisa (Mojok.co/Ega Fansuri)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Tinggal di kawasan elite ibu kota tak selamanya indah. Hidup sebagai perantau di Kemang, Jakarta Selatan, malah menunjukkan hal sebaliknya. Di lingkungan elite ini masih ada banyak orang kaya yang menyepelekan orang-orang miskin.

***

Sudah jadi rahasia umum kalau Kemang adalah tempat tinggal orang-orang tajir di Jakarta. Sampai ada istilah mengatakan, seseorang belum bisa dibilang mapan kalau belum bisa beli properti di kawasan ini.

Bagaimana tidak, Kemang memang masuk dalam top tier permukiman orang-orang berduit ibu kota. Orang kaya level sultan, biasanya akan tinggal di Menteng, Jakarta Pusat. Sementara selevel di bawahnya bakal bermukim di Kebayoran Baru, Pondok Indah, dan Kemang.

Gemerlap kawasan elite ini diakui betul oleh Dika (26), perantau asal Jawa Barat yang sudah dua tahun bekerja di Jakarta Selatan. Bagi Dika, Kemang, tempat ngekosnya kini, sangatlah strategis. Ia amat dekat dengan berbagai fasilitas publik, seperti pusat perkantoran Jakarta Pusat, kawasan bisnis, mal, dan tempat hiburan lainnya.

“Kalau kerjanya di Jakpus, nggak jauh-jauh amat. Misal stres kerja, cari hiburan di Kemang juga gampang, deket sama mal-mal mewah,” jelas perantau ini, saat dihubungi Mojok, Minggu (28/7/2024) malam.

Maka, Dika pun tak merasa heran kalau harga properti di sini sangat tinggi. Menurut yang ia tahu, harga hunian di Kemang dibanderol sekitar Rp30 juta per meter perseginya. Sementara kos-kosan, untuk mendapatkan tipe “paling mendingan”, maka calon penghuni harus menyiapkan budget di atas sejuta.

“Di bawah sejuta, siap-siap dapat kos yang nggak layak aja sih. Jauh dari yang diharapkan. Ya kayak aku ini, sudah dua tahun kuat-kuatin imun aja. Hahaha,” ujarnya.

Kos 800 ribu di Kemang Jakarta Selatan, dapat kamar sempit yang nyaris kumuh

Dika sendiri ngekos di kawasan Antasari, Kemang, Jakarta Selatan. Letaknya persis di belakang Lippo Mall Kemang. Alasannya memilih kos di sini karena selain dekat kantor–bisa ditempuh dengan jalan kaki, tentu juga pertimbangan biaya.

Meski lokasinya sangat dekat dengan Lippo Mall, permukiman tempat tinggal Dika tak masuk kawasan elite. Harga sewa kos-kosan pun masih sangat terjangkau bagi kantongnya.

Ia mendapatkan kos-kosan dengan harga sewa Rp800 ribu. Sementara di kawasan lain, paling tidak harganya sudah dua kali lipat.

“Tapi ya begitu, apa sih yang bisa diharapkan dari kos-kosan 800 ribu di sini,” ungkapnya.

Lulusan salah satu PTN di Jawa Barat ini mengaku, awalnya ia mendapatkan kos dengan harga Rp650 ribu sebulan. Dengan harga segitu, ia cuma mendapatkan kamar kos kosongan seluas 3×4. Kamar mandinya pun jadi satu dengan penghuni lain.

“Karena aku nggak mau repot ina-inu cari kasur, lemari dan sebagainya, makanya aku nambah 150 ribu buat ditambah fasilitas itu. Jadinya ya 800 ribu sebulan,” jelasnya.

Iklan

Ia tak mau gegabah menyebut kawasan tempat tinggalnya sebagai wilayah kumuh. Namun, kalau dibanding kawasan di Kemang lainnya, jelas kondisinya bagai bumi dan langit.

Banyak rumah penduduk di kawasan sini yang berupa bedeng-bedeng triplek. Antarrumah hanya dipisahkan oleh jalan-jalan sempit yang bahkan sepeda motor pun tak bisa masuk.

“Tiap pagi kalau mau berangkat kerja, lihat pemandangan emak-emak mandiin anaknya di depan rumah gitu udah biasa,” kelakarnya.

Dari yang Dika tahu, banyak penduduk di sini yang mata pencariannya di sektor informal. Bahkan ada yang kerja di jalanan seperti pengamen. Sementara penghuni kosnya mayoritas diisi orang-orang seperti dirinya: perantau berduit pas-pasan yang bersyukur dapat kos murah di Kemang, Jakarta Selatan.

“Dibilang bahagia sih nggak terlalu, karena terpaksa hidup di kos nyaris kumuh. Tapi kalau dibilang bersyukur, tentu bersyukur banget. Kapan lagi dapat kos 800 ribu di kawasan elite.”

Kenyang dengan perlakuan orang-orang kaya yang meremehkan orang miskin

Selain punya dua sisi yang sudah ia jelaskan: keberadaan permukiman kumuh di kawasan elite, Kemang Jakarta Selatan juga punya dua sisi yang lain. Yakni, bagaimana orang-orang kaya memandang rendah orang miskin.

Dua tahun kerja di agensi, Dika banyak menerima klien dari banyak golongan. Mulai dari kaum tajir melintir, orang-orang nyaris kaya, artis terkenal, sampai artis belum terkenal dengan kelakuan sok-sokan.

“Dari pengalaman yang udah-udah, orang-orang kaya dan artis-artis belum terkenal ini yang paling repot kerjasamanya,” ungkap Dika.

Pengalaman paling memuakan terjadi sekiranya tahun lalu. Saat sedang rapat bersama klien artis, ia mendapat olok-olok hanya karena logatnya terlalu Sunda dan dibilang kampungan.

“Saat aku mau presentasi, dia bilang ‘tolong jangan dia, logatnya nggak enak banget didengarnya, terlalu Sunda. Coba yang lain!’,” kenangnya, kesal.

“Kalau kita googling nama belakangnya, bakal ketahuan deh si artis nggak terkenal ini anaknya siapa. Hahaha.”

Penghinaan-penghinaan yang demikian tak cuma sekali ia alami. Bahkan cukup sering. Namun, yang namanya profesionalitas, Dika turuti saja kemauan klien tanpa ngedumel.

Penulis: Ahmad Effendi

Editor: Muchamad Aly Reza

BACA JUGA Kerasnya Hidup di Tambora Jakarta Barat, Perantau Berbagi Ruang dengan Tikus dan Kecoa di Kos Kumuh

Ikuti artikel dan berita Mojok lainnya di Google News

Terakhir diperbarui pada 29 Juli 2024 oleh

Tags: jakartajakarta selatankawasan elite jakartakemangkemang jakarta selatankerja di jakartakos di jakartaperantau di jakarta
Ahmad Effendi

Ahmad Effendi

Reporter Mojok.co

Artikel Terkait

Pasar Petamburan di Jakarta Barat jadi siksu perjuangan gen Z lulusan SMA. MOJOK.CO
Ragam

Pasar Petamburan Jadi Saksi Bisu Perjuangan Saya Jualan Sejak Usia 8 Tahun demi Bertahan Hidup di Jakarta usai Orang Tua Berpisah

19 Desember 2025
Gagal dan tertipu kerja di Jakarta Barat, malah hidup bahagia saat pulang ke desa meski ijazah S1 tak laku dan uang tak seberapa MOJOK.CO
Ragam

Dipecat hingga Tertipu Kerja di Jakarta Barat, Dicap Gagal saat Pulang ke Desa tapi Malah bikin Ortu Bahagia

19 Desember 2025
UMP Jogja bikin miris, mending kerja di Jakarta. MOJOK.CO
Ragam

Menyesal Kerja di Jogja dengan Gaji yang Nggak Sesuai UMP, Pilih ke Jakarta meski Kerjanya “Hectic”. Toh, Sama-sama Mahal

17 Desember 2025
Alumnus ITB resign kerja di Jakarta dan buka usaha sendiri di Bandung. MOJOK.CO
Sosok

Alumnus ITB Rela Tinggalkan Gaji Puluhan Juta di Jakarta demi Buka Lapangan Kerja dan Gaungkan Isu Lingkungan

12 Desember 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Riset dan pengabdian masyarakat perguruan tinggi/universitas di Indonesia masih belum optimal MOJOK.CO

Universitas di Indonesia Ada 4.000 Lebih tapi Cuma 5% Berorientasi Riset, Pengabdian Masyarakat Mandek di Laporan

18 Desember 2025
Saat banyak teman langsungkan pernikahan, saya pilih tidak menikah demi fokus rawat orang tua MOJOK.CO

Pilih Tidak Menikah demi Fokus Bahagiakan Orang Tua, Justru Merasa Hidup Lebih Lega dan Tak Punya Beban

15 Desember 2025
UMP Jogja bikin miris, mending kerja di Jakarta. MOJOK.CO

Menyesal Kerja di Jogja dengan Gaji yang Nggak Sesuai UMP, Pilih ke Jakarta meski Kerjanya “Hectic”. Toh, Sama-sama Mahal

17 Desember 2025
Keturunan Keraton Yogyakarta Iri, Pengin Jadi Jelata Jogja Saja! MOJOK.CO

Keresahan Pemuda Berdarah Biru Keturunan Keraton Yogyakarta yang Dituduh Bisa Terbang, Malah Pengin Jadi Rakyat Jelata Jogja pada Umumnya

18 Desember 2025
Berantas topeng monyet. MOJOK.CO

Nasib Monyet Ekor Panjang yang Terancam Punah tapi Tak Ada Payung Hukum yang Melindunginya

15 Desember 2025
Busur Panah Tak Sekadar Alat bagi Atlet Panahan, Ibarat "Suami" bahkan "Nyawa" Mojok.co

Busur Panah Tak Sekadar Alat bagi Atlet Panahan, Ibarat “Suami” bahkan “Nyawa”

19 Desember 2025

Video Terbaru

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

18 Desember 2025
Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

17 Desember 2025
Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

14 Desember 2025

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.