Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan Ragam

Nekat Merantau ke Jakarta Karena Desa Bikin Stres, 2 Bulan Kerja Memilih Resign Meski Gaji Tinggi Karena Kerjaan Buat Mentalnya Tak Sehat

Ahmad Effendi oleh Ahmad Effendi
4 April 2024
A A
Menteng Jakarta Pusat, Saksi Bisu Perantau “Diinjak-injak” Orang Kaya.MOJOK.CO

Ilustrasi - Menteng Jakarta Pusat, Saksi Bisu Perantau “Diinjak-injak” Orang Kaya: Meninggalkan Kota Kecil demi Mengubah Nasib, Malah Diupah Tak Wajar (Mojok.co)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Lelaki asal Wonogiri memutuskan untuk merantau ke Jakarta karena kondisi desa membuat dia stres. Sayangnya, baru dua bulan kerja, ia memutuskan resign meski dapat gaji Rp5 juta per bulan. Alasannya, ternyata kondisi di perantauan membuat mentalnya tak sehat. Kini, ia memilih kembali hidup di desa dengan penghasilan yang pas-pasan.

***

Bagi Ridho (21), desa tak menawarkan apa-apa. Dua tahun menjalani kehidupan setelah lulus SMA pada 2021 lalu, tak ada hal lain yang bisa ia kerjakan di rumah selain makan, tidur, nongkrong, dan mengulanginya lagi. 

“Apalagi aku lulus di era Covid, zaman itu lagi susah-susahnya cari kerja,” ujar Ridho, bercerita kepada Mojok, Selasa (2/4/2024).

Ridho tinggal di salah satu desa di Kecamatan Pracimantoro, Kabupaten Wonogiri. Sudah jadi tradisi di desanya bahwa pemuda-pemudi yang telah selesai sekolah bakal merantau. Paling umum pergi bekerja ke Sukoharjo, Solo, Semarang, dan tak sedikit juga yang ke Jakarta.

Sayangnya, kondisi yang Ridho alami cukup berbeda. Ia dilarang merantau dulu lantaran kudu bantu-bantu mengurus rumah. Anak bungsu ini hanya tinggal berdua bersama ibunya yang sudah tua. Ayahnya telah lama meninggal, sementara dua kakaknya masing-masing telah berkeluarga.

Setelah lulus SMA, Ridho bertahan hidup dan mengurus ibunya hanya bermodal uang kiriman kakaknya, serta upah antar-jemput tetangga yang sekolah maupun ibu-ibu yang pergi ke pasar. 

“Makanya aku stres banget hidup gitu-gitu aja. Mau beli rokok susah, jajan susah. Padahal teman-teman seangkatan sudah kerja semua,” kesalnya, yang menjadi alasan kuat mengapa ia ingin merantau ke Jakarta. 

Nekat merantau ke Jakarta modal ajakan saudara

Pada lebaran 2023 lalu, Ridho menemukan momen buat mengubah nasib. Salah seorang saudaranya yang mengaku “sudah sukses” merantau ke Jakarta, menawarinya pekerjaan di ibu kota. 

Kalau menurut saudaranya itu, sih, kantornya di Jakarta sedang membutuhkan beberapa pekerja untuk ditempatkan di terminal peti kemas Tanjung Priok. Nah, kalau mau ikut bekerja di sana, tugas Ridho nanti cukup sederhana, yakni cuma menjaga kontainer-kontainer selama berada di pelabuhan sampai ada orang kantor yang mengambilnya.

“Kerjanya di pelabuhan gitu, nungguin logistik-logistik yang turun dari kapal. Kerjaan aku cuma ngawasin kontainer aja selama barangnya transit di pelabuhan. Nunggu diambil orang kantor,” jelansya.

Mendengar gaji yang ditawarkan cukup besar, yakni Rp5 juta, Ridho cuma bisa mengangguk. Apalagi, gaji segitu bisa jadi utuh karena kantor sudah menyediakan mess, uang makan dan juga uang rokok.

Saat itu, di kepalanya hanya berpikir, mungkin ini adalah jalan pembukanya menuju kesuksesan sekaligus cara buat meninggalkan desa yang bikin stres itu. Setelah “menitipkan” ibunya ke sepupu, Ridho dengan mantap pergi ke Jakarta di hari ke-7 lebaran 2023. 

Banyak “preman” di pelabuhan bikin nyali ciut

Sesampainya di Jakarta, Ridho langsung diarahkan untuk bekerja. Selama tiga hari ia menjalani “ospek” dari para senior yang mengenalkan tugas-tugas Ridho selama di pelabuhan.

Iklan

Kalau boleh jujur, Ridho mengakui, baru di minggu-minggu awal kerja di pelabuhan, mentalnya sudah kena. “Orang-orang pelabuhan kalau ngomong enggak bisa pelan. Kalau lagi merintah kata-kata ‘anjing’, ‘bangsat’, itu keluar semua,” ungkap Ridho.

Belum lagi kalau jaga malam. Kata Ridho, tak hanya mental yang kudu dipersiapkan, tapi juga skill berkelahi.

Menurut cerita Ridho, hampir tiap malam ada orang mabuk datang minta setoran uang keamanan. Mereka biasanya mengaku sebagai akamsi, anak kampung sini, alias warga sekitar.

“Kalau kata yang sudah-sudah, enggak ada cara lain selain ngasih duit sama rokok. Kita ngelawan bakal ditebas lehernya. Kalau sok asyik ngajak duduk, palingan dipukulin sampai biru,” tutur Ridho, bercerita soal kelamnya malam Jakarta.

Sialnya, Ridho lebih sering berjaga malam. Makanya, ia jadi langganan pemalakan yang dilakukan oknum akamsi tersebut. Bahkan, kalaupun berjaga siang, ia masih harus menjumpai pemandangan lain yang bikin mentalnya semakin tak sehat.

“Siang bolong lihat bocah-bocah lari-lari kelindes kontainer, itu aku lihat enggak cuma sekali dua kali. Sering! Bikin kebayang-bayang terus,” keluhnya.

Baca halaman selanjutnya…

Balik ke desa, rela hidup dengan gaji Rp800 ribu per bulan

Halaman 1 dari 2
12Next

Terakhir diperbarui pada 7 April 2024 oleh

Tags: dinamika merantau ke jakartajakartakerja di jakartamerantaumerantau ke jakarta
Ahmad Effendi

Ahmad Effendi

Reporter Mojok.co

Artikel Terkait

Pasar Petamburan di Jakarta Barat jadi siksu perjuangan gen Z lulusan SMA. MOJOK.CO
Ragam

Pasar Petamburan Jadi Saksi Bisu Perjuangan Saya Jualan Sejak Usia 8 Tahun demi Bertahan Hidup di Jakarta usai Orang Tua Berpisah

19 Desember 2025
Gagal dan tertipu kerja di Jakarta Barat, malah hidup bahagia saat pulang ke desa meski ijazah S1 tak laku dan uang tak seberapa MOJOK.CO
Ragam

Dipecat hingga Tertipu Kerja di Jakarta Barat, Dicap Gagal saat Pulang ke Desa tapi Malah bikin Ortu Bahagia

19 Desember 2025
UMP Jogja bikin miris, mending kerja di Jakarta. MOJOK.CO
Ragam

Menyesal Kerja di Jogja dengan Gaji yang Nggak Sesuai UMP, Pilih ke Jakarta meski Kerjanya “Hectic”. Toh, Sama-sama Mahal

17 Desember 2025
Alumnus ITB resign kerja di Jakarta dan buka usaha sendiri di Bandung. MOJOK.CO
Sosok

Alumnus ITB Rela Tinggalkan Gaji Puluhan Juta di Jakarta demi Buka Lapangan Kerja dan Gaungkan Isu Lingkungan

12 Desember 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Busur Panah Tak Sekadar Alat bagi Atlet Panahan, Ibarat "Suami" bahkan "Nyawa" Mojok.co

Busur Panah Tak Sekadar Alat bagi Atlet Panahan, Ibarat “Suami” bahkan “Nyawa”

19 Desember 2025
Teknisi dealer Yamaha asal Sumatera Utara, Robet B Simanullang ukir prestasi di ajang dunia WTGP 2025 MOJOK.CO

Cerita Robet: Teknisi Yamaha Indonesia Ukir Prestasi di Ajang Dunia usai Adu Skill vs Teknisi Berbagai Negara

16 Desember 2025
Sirilus Siko (24). Jadi kurir JNE di Surabaya, dapat beasiswa kuliah kampus swasta, dan mengejar mimpi menjadi pemain sepak bola amputasi MOJOK.CO

Hanya Punya 1 Kaki, Jadi Kurir JNE untuk Hidup Mandiri hingga Bisa Kuliah dan Jadi Atlet Berprestasi

16 Desember 2025
Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

17 Desember 2025
Keturunan Keraton Yogyakarta Iri, Pengin Jadi Jelata Jogja Saja! MOJOK.CO

Keresahan Pemuda Berdarah Biru Keturunan Keraton Yogyakarta yang Dituduh Bisa Terbang, Malah Pengin Jadi Rakyat Jelata Jogja pada Umumnya

18 Desember 2025
Kuliah di universitas terbaik di Vietnam dan lulus sebagai sarjana cumlaude (IPK 4), tapi tetap susah kerja dan merasa jadi investasi gagal orang tua MOJOK.CO

Kuliah di Universitas Terbaik Vietnam: Biaya 1 Semester Setara Kerja 1 Tahun, Jadi Sarjana Susah Kerja dan Investasi Gagal Orang Tua

15 Desember 2025

Video Terbaru

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

18 Desember 2025
Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

17 Desember 2025
Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

14 Desember 2025

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.