Tuban bikin iri
Tuban adalah perlintasan saya semasa kuliah hingga kerja di Surabaya (2017-2023). Menjadi kota pertama yang saya lalui dari arah Rembang ke Surabaya dan menjadi rute terakhir jika dari Surabaya.
Saya juga kerap kali main di kota perbatasan Jawa Timur-Jawa Tengah ini setiap libur semester.
Yang ingin saya katakan adalah, saya cukup mengikuti gerak perubahan yang terjadi di Tuban. Dari tahun ke tahun, Tuban terus berkembang mengikuti zaman.
Perubahannya sangat kentara. Awalnya tak ada bioskop, kemudian ada. Tuban juga tak mau ketinggalan fenomena menjamurnya Mie Gacoan seperti yang terjadi di berbagai daerah.
Yang sempat membuat saya kaget pula, di tengah Kota Tuban kini menjadi kian gemerlap. Outlet-outlet seperti Eiger berdiri mencolok. “Dulu setahu saya (saat masih kuliah) kok belum ada”.
Itu hanya beberapa saja di antara perubahan-perubahan yang membuat Tuban kian gemerlap. Saya dan Umi tak bisa menyangkal perasaan iri di hati.
“Lah iya, to, Kak. Rembang kok masih gini-gini aja,” gerutu Umi.
Reporter: Muchamad Aly Reza
Editor: Agung Purwandono
Ikuti berita dan artikel Mojok lainnya di Google News