Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan Ragam

Derita Orang Kampung Kuliah di Jogja Utara: Kaget Ngopi di Coffee Shop, “Terhina” karena Tak Paham Menu dan Tak Punya Outfit Skena

Muchamad Aly Reza oleh Muchamad Aly Reza
10 Juni 2025
A A
Orang desa kuliah di kampus Jogja, merasa terintimidasi kalau ngopi di coffee shop karena nggak punya outfit skena MOJOK.CO

Ilustrasi - Orang desa kuliah di kampus Jogja, merasa terintimidasi kalau ngopi di coffee shop karena nggak punya outfit skena. (Ega Fansuri/Mojok.co)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Ketika orang desa kuliah di sebuah kampus di Jogja Utara, nongkrong di coffee shop jadi tantangan yang ternyata jauh lebih berat ketimbang kompetisi-intelektual di bangku perkuliahan.

Usai menuntaskan S1 di Surabaya, Febri melanjutkan S2 di sebuah kampus di Jogja Utara sejak 2022. Bayangannya tentang Jogja adalah kental dengan ekosistem intelektual dan literasi karena labelnya sebagai “Kota Pelajar”.

Ekosistem itu memang akhirnya Febri temukan selama kuliah di kampus Jogja Utara. Menjawab kekosongannya selama kuliah di Surabaya.

Namun, ada situasi lain yang membuat pemuda asal Pasuruan, Jawa Timur, itu agak gedandapan. Yakni budaya ngopi para mahasiswa dan anak muda Kota Pelajar di coffee shop.

Kaget dengan harga ngopi di Jogja Utara

Ketika merantau di Surabaya, Febri tidak merasa kaget dengan budaya ngopi kota pahlawan. Sebab memang tidak jauh berbeda dengan budaya ngopi sebagaimana di desa-desa di Pasuruan: ngopi di warung kopi (warkop) biasa, dengan kopi atau minuman sachetan seharga mulai Rp4 ribuan.

Di Surabaya, meski kota metropolitan, tapi banyak mahasiswa dan anak muda yang tidak gengsi untuk ngopi-ngopi di warkop biasa. Kendati juga ada banyak kafe atau coffee shop mewah di banyak titik.

Oleh karena itu, Febri membayangkan hal yang sama akan dia dapati juga saat kuliah di kampus Jogja Utara. Apalagi Jogja dikenal juga dengan angkringannya.

Akan tetapi, angkringan atau warkop biasa ternyata tidak terlalu diminati oleh kalangan mahasiswa dan anak muda. Rata-rata lebih memilih nongkrong di coffee shop. Itu jelas saja membuat Febri sempat kaget dan gedandapan mengikuti.

Dari ngopi minimal Rp4 ribu menjadi Rp25 ribu

“Di Surabaya, ngopi segelas minimal Rp4 ribu. Paling banter ya Rp10 ribu. Di Jogja, minimal Rp25 ribu,” ungkap Febri kepada Mojok.

Sialnya, di awal-awal masa kuliahnya, Febri mau tidak mau harus mengikuti flow ngopi teman-temannya di coffee shop. Sialnya lagi, sehari dia bisa berpindah dua sampai tiga coffee shop. Sehingga uang Rp100 ribupun bisa ludes hanya dalam sehari, belum untuk makan, rokok, dan bensin.

Karena amat berat mengikuti budaya ngopi tersebut, seiring waktu, Febri memilih mengurangi intensitas ngopinya di kafe atau coffee shop, memilih lebih sering di angkringan atau Warmindo.

Bingung dan takut keliru saat pesan di coffee shop

Sebagai orang desa yang lebih terbiasa ngopi di warkop biasa, perkenalannya dengan coffee shop di Jogja tentu sempat membuat Febri bingung.

Febri mengaku sangat tidak akrab dengan nama-nama menu khas coffee shop. Yang dia tahu, kalau ngopi di warkop cukup bilang: “Kopi hitam”, “Kopi susu”, “Es teh”, atau “Es susu”.

Sementara untuk jenis menu di coffee shop dengan embel-embel latte atau nama-nama sulit lain, tidak hanya sukar diucap di lidah Febri, tapi diapun tidak punya gambaran itu jenis minuman apa dan rasanya bagaimana.

Iklan

“Paling bisa kuucap di lidahku ya ice tea, lemon tea. Kalau ada coffee shop yang menunya pakai nama yang kupahamai, main aman ya kopi susu atau kopi susu gula aren. Walaupun sebelumnya aku nggak pernah tahu, kopi susu gula aren itu kayak apa,” ungkapnya.

Setiap momen ngopi di coffee shop, Febri mengaku selalu deg-degan kalau sedang memesan bersama teman-temannya. Takut kalau-kalau temannya tahu bahwa Febri sebenarnya nggak paham tentang menu-menu perkopian.

“Aku ditanya kasirnya ‘Mau coffee atau non coffee, Kak?’ aja gemetaran, og. Takut keliru hahaha,” ucap Febri dengan derai tawa.

Maka, untuk menghindari malu di hadapan teman-temannya, Febri biasanya memilih berangkat agak telat agar dia pesan sendiri tanpa merasa terintimidasi kalau pesan bareng teman-temannya.

Kalau terpaksa pesan bareng, Febri biasanya sok cool dengan membolak-balik buku menu, seolah sedang mencari pilihan menu yang tersedia. Padahal di kepalanya sudah terbersit es teh, lemon tea, atau kopi susu.

Terintimidasi karena ngopi di Jogja Utara jadi momen adu outfit skena

Tapi yang paling membuat Febri terintimidasi adalah: ngopi di coffee shop Jogja—terutama Jogja Utara—seolah menjadi momen adu outfit skena.

Sejak di Surabaya, Febri terbiasa dengan pakaian seadanya. Celana jeans, kaos klub bola, kaos tanpa merek terkenal, jaket biasa, dan sandal. Sementara di Jogja, setiap kali ngopi, baik temannya maupun seisi coffee shop penampilannya sangat skena (tentu pembaca sudah tahu seperti apa outfit skena yang dimaksud).

Itu kerap membuat Febri overthinking: merasa terintimidasi, malu, dan rendah diri. Walaupun sebenarnya tidak ada dari teman-temannya yang mempermasalahkan.

“Takutnya aja di belakang jadi omongan karena aku nggak fashionable blas,” ungkap Febri.

“Surabaya nggak ada gitu-gitu. Ngopi-ngopi aja. Nggak skena-skenaan. Wong ngopi pakai sarung aja biasa,” tutupnya.

Penulis: Muchamad Aly Reza
Editor: Ahmad Effendi

BACA JUGA: Kuliah Jadi Ajang Adu Outfit Bikin Mahasiswa Miskin Mau DO di Semester 3, Tak Kuat Diejek hingga Dijauhi karena Pakaian Jelek atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan

 

 

Terakhir diperbarui pada 10 Juni 2025 oleh

Tags: adu outfitCoffee shop JogjaJogjajogja utarakafe jogjakampus jogjaoutfit skena
Muchamad Aly Reza

Muchamad Aly Reza

Reporter Mojok.co

Artikel Terkait

Keturunan Keraton Yogyakarta Iri, Pengin Jadi Jelata Jogja Saja! MOJOK.CO
Esai

Keresahan Pemuda Berdarah Biru Keturunan Keraton Yogyakarta yang Dituduh Bisa Terbang, Malah Pengin Jadi Rakyat Jelata Jogja pada Umumnya

18 Desember 2025
UMP Jogja bikin miris, mending kerja di Jakarta. MOJOK.CO
Ragam

Menyesal Kerja di Jogja dengan Gaji yang Nggak Sesuai UMP, Pilih ke Jakarta meski Kerjanya “Hectic”. Toh, Sama-sama Mahal

17 Desember 2025
Berantas topeng monyet. MOJOK.CO
Liputan

Nasib Monyet Ekor Panjang yang Terancam Punah tapi Tak Ada Payung Hukum yang Melindunginya

15 Desember 2025
Peringatan Hari Monyet Ekor Panjang Sedunia di Jogja. MOJOK.CO
Bidikan

Pilu di Balik Atraksi Topeng Monyet Ekor Panjang, Hari-hari Diburu, Disiksa, hingga Terancam Punah

15 Desember 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

14 Desember 2025
Pontang-panting Membangun Klub Panahan di Raja Ampat. Banyak Kendala, tapi Temukan Bibit-bibit Emas dari Timur Mojok.co

Pontang-panting Membangun Klub Panahan di Raja Ampat. Banyak Kendala, tapi Temukan Bibit-bibit Emas dari Timur

17 Desember 2025
bapakmu kiper.MOJOK.CO

Fedi Nuril Jadi Mantan “Raja Tarkam” dan Tukang Judi Bola di Film Bapakmu Kiper

17 Desember 2025
Drama sepasang pekerja kabupaten (menikah sesama karyawan Indomaret): jarang ketemu karena beda shift, tak sempat bikin momongan MOJOK.CO

Menikah dengan Sesama Karyawan Indomaret: Tak Seperti Berumah Tangga Gara-gara Beda Shift Kerja, Ketemunya di Jalan Bukan di Ranjang

17 Desember 2025
elang jawa.MOJOK.CO

Mempertaruhkan Nasib Sang Garuda di Sisa Hutan Purba

18 Desember 2025
Atlet panahan asal Semarang bertanding di Kota Kudus saat hujan. MOJOK.CO

Memanah di Tengah Hujan, Ujian Atlet Panahan Menyiasati Alam dan Menaklukkan Gentar agar Anak Panah Terbidik di Sasaran

19 Desember 2025

Video Terbaru

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

18 Desember 2025
Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

17 Desember 2025
Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

14 Desember 2025

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.