Hari ini, Sabtu 16 Desember 2023, keluarga Presiden ke-4 Indonesia Abdurrahmah Wahid atau Gus Dur menyelenggarakan haul ke-14 bagi sosok yang punya julukan Bapak Pluralisme tersebut. Sosoknya dikenal dengan humornya yang tergolong dark jokes atau pinggir jurang.
Aulia Rakhman mungkin tak akan pernah menyangka kalau guyonannya bakal berujung penjara. Komika asal Lampung ini viral mendadak gegara dark jokes-nya atau humor gelapnya yang dianggap menistakan agama.
Saat mengisi acara Desak Anies pada pekan lalu, ia melemparkan guyonan yang membawa nama Nabi Muhammad. Berniat dapat tawa, eh, malah sebaliknya. Penonton terdiam, video stand up-nya pun viral, dan akhirnya hal itu berujung pada laporan.
Akibat dark jokes-nya itu juga, Aulia Rakhman terjerat Pasal 156 huruf a KUHP tentang penodaan agama subsider Pasal 156 KUHP tentang ujaran kebencian terhadap suatu golongan. Ia pun terancam kurungan 5 tahun penjara. Apes sekali, memang.
Gus Dur, pawangnya dark jokes
Berbicara soal dark jokes sendiri, ia merupakan guyonan yang berada di tepi jurang. Pilihannya cuma ada dua, suara tawa audiens bakal menggema keras, atau malah sebaliknya: jatuh ke ujung jurang laiknya Aulia Rakhman.
Tidak sembarang orang memang yang bisa menjadi pawang dari dark jokes. Sejarah mencatat, tokoh ulama besar sekaligus Presiden RI ke-4 Abdurrahman Wahid alias Gus Dur adalah pawang dari guyon gelap tadi.
Sepanjang hidupnya, ada puluhan humor gelap yang pernah Gus Dur ungkapkan. Baik itu kepada para pejabat, petinggi negara-negara di dunia, masyarakat umum ataupun wartawan.
Lantas, apa saja dark jokes Gus Dur yang paling terkenal dan benarkah bahwa humor-humor gelap itu sesungguhnya penuh nilai? Alih-alih mengolok-olok, ada “pesan” yang ingin ia sampaikan.
BH Yahudi, dark jokes legendaris Gus Dur tentang Israel dan Yahudi
Salah satu dark jokes paling legendaris dari Gus Dur adalah saat ia bertemu Presiden Israel Shimon Peres (2007-2014). Mengutip Hamzah Sahal dalam bukunya Ulama Bercanda, Santri Tertawa (2019), kala itu Gus Dur mengatakan bahwa negara Israel bakal untung besar hanya dengan mengimpor BH.
“Pak Peres, negeri Anda akan kaya raya jika mau mengimpor kutang dari Prancis,” kata Gus Dur kepada Shimon Peres seperti ditulis Hamzah Sahal.
“Mengapa, Pak Gus?” tanya Peres penasaran. “Imporlah kutang dari Prancis. Sesampai di Israel, kutang itu potong jadi dua,” kata Gus Dur menjelaskan, yang bikin orang nomor satu di Israel itu makin kebingungan.
Gus Dur menyambung, “Nah, setelah dipotong jadi dua, baru dijual. Kutang yang aslinya hanya bisa dipakai satu orang, di Israel bisa untuk dua orang, asal dipotong dulu. Dan itu artinya bisa mendatangkan untung lipat dua. Jangan lupa, tali-tali pengikatnya dibuang dulu,” jelas Gus Dur.
“Mana bisa kutang dipotong jadi dua dan mendatangkan untung berlipat?” Peres semakin penasaran, bagaimana mungkin BH yang sudah dibelah masih bisa dipakai.
“Bisa. Kalau sudah jadi dua, namanya bukan kutang lagi. Kalian bisa memakai kutang sebagai topi untuk pergi ke Tembok Ratapan,” tutur Gus Dur dengan sangat enteng.
Kedua kepala negara ini tertawa terbahak-bahak. Topi dari kutang yang Gus Dur maksud adalah “Kipah”. Yakni topi orang Yahudi berbentuk bulat yang biasanya sering buat berkunjung ke Tembok Ratapan.
Jika dark jokes ini tersampaikan saat ini, bisa jadi ini bakal jadi masalah besar. Di pinggir jurang banget, karena menganalogikan busana keagamaan dengan pakaian dalam perempuan.
“Daging” paling enak sedunia
Dark jokes lain dari Gus Dur adalah soal “daging” paling enak sedunia. Lelucon gelap ini ia sampaikan kepada tokoh Katolik yang kondang sekaligus sahabatnya, YB Mangunwijaya alias Romo Mangun.
Seperti Guntur Wiguna tulis dalam bukunya Koleksi Humor Gus Dur (2010), suatu waktu Gus Dur bertemu dengan Romo Mangun di sebuah pesawat. Konon, kedua tokoh sama-sama pulang ke Jakarta dari Singapura.
Di dalam pesawat, Romo Mangun memesan daging babi yang jadi makanan kesukaannya.
“Mari, Gus. Daging babinya enak lho,” katanya menawari Gus Dur dengan nada bercanda.
Dengan santun, Gus Dur pun menolak tawaran Romo Mangun. “Maaf Romo. Saya tidak boleh makan daging babi.”
“Waduh, sayang sekali. Padahal daging babi adalah daging yang paling enak di dunia,” saut Romo seraya menggoda Gus Dur.
Sepanjang perjalanan, Gus Dur hanya diam. Sementara Romo Mangun tertawa kecil seolah bilang “1-0”, merasa menang karena sudah berlaku jail pada Gus Dur.
Namun, selepas pesawat mendarat, terlihat Gus Dur dijemput oleh istrinya. Dengan senyum usil, serangan balik pun siap Gus Dur lancarkan.
“Romo, saya sudah dijemput istri saya, lho. Lha mana istrinya Romo?,” tanya Gus Dur setengah mengejek.
“Maaf, Gus, saya tidak beristri,” jawab Romo Mangun.
“Waduh, sayang sekali padahal itu daging paling enak sedunia,” timpal Gus Dur seolah meng-ulti Romo Mangun dan mengubah skor menjadi 1-1.
Sayangnya, jika lelucon ini muncul hari ini, sudah pasti ia akan viral dan penuh kontroversi. Sebab, lelucon pinggir jurang ini terlalu sensitif, melecehkan perempuan, ataupun tidak peka terhadap keyakinan orang lain.
Nyi Roro Kidul berhijab
Dark jokes lain yang tak kalah gelap adalah kala sang Presiden RI ke-4 ini menjawab pertanyaan mengenai penyebab gempa bumi.
Kala itu, Gus Dur berkunjung ke Yogyakarta yang baru saja kena bencana alam gempa bumi. Kemudian, seorang wartawan pun mendatangi Gus Dur dan bertanya mengenai penyebab gempa bumi.
Merasa di luar kapasitasnya dalam menjawab pertanyaan tersebut, Gus Dur menjawabnya dengan kalimat nyeleneh tapi sangat sarkastik.
“Itu karena Nyi Roro Kidul marah karena dipaksa pakai jilbab,” kata Gus Dur seperti dikutip NU Online.
Konon, kalimat itu sebenarnya adalah sindiran Bapak Pluralisme ini pada kelompok umat Islam di Indonesia yang memaksakan peraturan daerah (Perda) syariat Islam, khususnya penggunaan hijab.
Dark jokes Gus Dur yang tepi jurang, tapi penuh dengan nilai
Meski terkesan sangat insensitif, penuh kontroversi, dan bahkan–dalam bahasa hari ini–”menistakan”, dark jokes adalah cara Gus Dur untuk menyampaikan nilai-nilai tertentu.
Misalnya, Rektor Institut Agama Islam al-Falah Assunniyyah Jember, Rijal Mumazziq Z., pernah membedah bahwa dark jokes Gus Dur setidaknya bisa dipandang melalui beberapa aspek.
Pertama, kata Rijal, Gus Dur melesatkan humornya dalam suasana keakraban, kedekatan, dan kasih sayang sesama pemeluk agama, bukan atas dasar kebencian, fasisme dan rasialisme.
“Narasinya pas, sentuhannya tepat, dan dilontarkan dalam suasana dan momen yang pas. Dalam istilah Jawa, tahu empan-papan. Paham situasi dan kondisi,” kata Rijal.
Hal ini nyambung dengan aspek kedua, yakni Gus Dur itu paham psikologi massa.
Kata Rijal, “Gus Dur bisa membawakan humor dalam suasana maupun komunikasi komunal dengan teknik dan pilihan guyonan yang berbeda.”
Misalnya, ia mencontohkan, saat berceramah di audiens yang berbeda, sebut saja di hadapan ibu-ibu nahdliyyat desa, atau di pengajian umum, maupun di acara seminar, pilihan humor Gus Dur tidak sama. Artinya, ada saat, tempat, teknik, maupun guyon yang tepat. Tak bisa sembarangan.
Hal ini pun semakin menunjukkan bahwa dark jokes merupakan guyon internal yang tak bisa sembarang orang ungkapkan. Harus ada waktu dan tempat yang pas. Salah-salah malah akan dianggap melecehkan.
Sementara aspek ketiga, lanjut Rijal, dark jokes Gus Dur terlontar dalam rangka otokritik. Artinya, ia sedang mengkritik diri sendiri, mengkritik golongan sendiri, dan bukannya melecehkan kelompok lain.
“Otokritik ini sangat penting, termasuk untuk kehidupan beragama, agar tidak sombong dan merasa benar.”
Penulis: Ahmad Effendi
Editor: Agung Purwandono
BACA JUGA Cara Gus Dur Mengritik dan Menjawab Kritik sambil Menertawakan Diri Sendiri