Buka bisnis jasa cuci helm Jogja meskipun terlihat sepele ternyata menguntungkan. Hanya saja, menggeluti bisnis tersebut memang perlu sabar menghadapi pelanggan dengan permintaan membagongkan. Seperti yang alumni UNY geluti ini.
***
Di tengah riuh kemacetan Jalan Kaliurang Km 4,5 Jogja di jam lima sore, mata saya tertumbuk pada sebuah kios kecil di pinggir jalan. Kios tersebut bertuliskan “Cuci Helm Mister Iceng”. Saya lantas menyisir celah-celah sempit di antara himpitan mobil untuk sampai ke sana.
Cuci helm pada dasarnya memang bisnis yang umum dan biasa saja. Kemungkinan begitulah yang ada di benak banyak orang.
Namun, dari bisnis-bisnis biasa itu, biasanya ada saja cerita-cerita unik yang nyempil. Setidaknya dalam sepengalaman saya menyiris beberapa bisnis di Jogja sebelumnya. Maka saya pun tanpa ragu mampir ke kios Cuci Helm Mister Iceng.
Bisnis alumni UNY yang sempat kerja pabrik hingga jadi ojol
Pintu Cuci Helm Mister Iceng tertulis “Buka”. Saya lantas memencet tombol yang terdapat di sebelah pintu.
“Silakan, Mas, ada yang bisa saya bantu? Ini price list-nya,” ujar seorang pria yang langsung menyambut saya dari dalam rumah. Baru saya tahu kemudian pria itu bernama Ageng (35), si pemilik bisnis cuci helm Jogja tersebut.
Ageng mengaku masih terbilang baru dalam menggeluti bisnis sewa helm Jogja. Ia merintisnya pada 2020 lalu.
“Sebelumnya sudah pernah kerja lain. Tahun 2012 waktu baru lulus UNY saya kerja di salah satu pabrik di Sukabumi, Jawa Barat,” ungkap Ageng saat kami duduk bersama, Rabu (12/6/2024).
Akan tetapi, kerja pabrik di Sukabumi itu tidak berlangsung lama. Ageng memutuskan resign di bulan keenam masa kerjanya. Ia memutuskan balik ke Jogja untuk menjajal beberapa bisnis.
“Misalnya, pernah juga bikin bisnis ticketing. Sampai kemudian jadi ojek online (ojok) sampai 2016,” jelas alumni UNY tersebut.
Omzet cuci helm Jogja menjanjikan
Sebenarnya sudah sejak lama Ageng tertarik pada bisnis cuci helm di Jogja. Cuma, ia masih belum tahu harus mulai dari mana. Mengingat, ia sendiri masih belum bisa tata cara mencuci helm dengan hasil memuaskan pelanggan.
Akhirnya, di tahun 2020 saat ada kesempatan untuk belajar cuci helm bersama temannya, alumni UNY itu pun akhirnya ikut belajar cuci helm.
“Tapi waktu itu belajarnya masih treatment untuk helm-helm biasa, yang mudah. Tapi kan nggak cocok kalau saya terapkan ke hlem-helm yang punya tingkat kerumitan khusus. Misalnya helm full face,” tutur Ageng.
“Makanya kemudian belajar lagi sendiri, eksperimen sendiri, sampai akhirnya bisa dan berani buka cuci helm di Jogja,” sambung pria ramah itu.
Sejak buka cuci helm di Jogja 2020, Ageng menyimpulkan kalau bisnis ini terbilang sangat menguntungkan. Sebab, dalam satu bulan ia bisa mendapat omzet sebesar Rp6,5 juta hingga Rp7 juta. Omzet yang, kata alumni UNY itu, masih terus stabil hingga saat ini.
Sepengakuan Ageng, omzet tersebut jauh lebih besar ketimbang gaji saat ia kerja pabrikan di Sukabumi, Jawa Barat. Lebih besar pula dari UMR Jogja sendiri.
“Sebenarnya sempat sampingan juga coba-coba bisnis cuci sepatu. Tapi nggak tahu ya, nyamannya memang di cuci helm,” terang Ageng.
Di tempat Ageng sendiri, untuk helm half face (biasa) ongkosnya Rp30 ribu, sementara untuk full face Rp40 ribu. Selain itu, Ageng juga menerima jasa cuci helm sepeda yang harganya lebih murah, yakni Rp15 ribu.
Cuci helm Jogja punya pelanggan unik
Sepanjang pengalaman Ageng menggeluti bisnis cuci helm di Jogja, ia kerap mendapat pelanggan-pelangan unik. Misalnya ada saja pelanggan yang niat cuci helm tapi justru helmnya ditinggal hingga berbulan-bulan. Bahkan ada yang tidak mengambil helmnya lagi.
Ageng lalu menunjukkan bagian rak berisi helm-helm yang sudah berbulan-bulan tak diambil pemiliknya. Ada sekitar lima helm. Kata Ageng, itu belum termasuk helm-helm yang ia simpan di ruang atas.
“Pernah menghadapi pelanggan yang helmnya sudah kotor dan bau banget. Busanya udah sobek-sobek. Pokoknya sudah nggak layak pakai. Aku saranin buat beli baru aja. Tapi maksa tetap nyuci. Ya sudah aku cuci aja meskipun agak PR juga,” tutur Ageng.
Ageng menerangkan, di tempatnya cuci helm sebenarnya include juga dengan servis misalnya ada bagian helm yang rusak. Jadi untuk servis sudah tidak kena biaya lagi. Namun, ada saja pelanggan yang terkesan aji mumpung dengan hal itu.
“Ada yang cuma minta servis helm, nggak nyuci. Karena itu nggak masuk hitungan ongkos, jadinya ya saya kasih gratisan,” ucap Ageng tertawa.
Menurut Ageng, pelanggannya sendiri 60 persen dari kalangan mahasiswa. Sementara 40 persen sisanya dari kalanga pekerja seperti ojol dan lain-lain.
Akan tetapi, karena hasil dari cuci helm di Jogja lumayan (meski sering ngasih gratisan), alumni UNY tersebut tetap akan menggeluti bisnis cuci helm di Jogja. Lagipula ia merasa nyaman: ia seolah ditakdirkan untuk mencuci helm.
Penulis: Muchamad Aly Reza
Editor: Ahmad Effendi
Ikuti artikel dan berita Mojok lainnya di Google News