Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan Ragam

Program Guru Penggerak Membuat Guru Kewalahan Mengajar, Pilih Mundur ketimbang Gagal Jadi Pengajar yang Baik

Hammam Izzuddin oleh Hammam Izzuddin
13 Desember 2023
A A
Guru Penggerak.MOJOK.CO

Ilustrasi guru penggerak (Ega/Mojok.co)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Tugas sebagai guru saja sudah membuat kelimpungan. Tambah lagi, jika menjadi Guru Penggerak yang penuh tuntutan. Banyak tenaga pendidik memilih mundur dari seleksi program Kemendikbud ini.

***

Sehari-hari, Tiara (45), bukan nama sebenarnya, harus menjalani hari-hari yang padat. Sejak pagi buta, ia sudah harus mempersiapkan kebutuhan anaknya yang masih berusia enam tahun. Jam tujuh, ia tinggalkan keluarganya untuk mengajar di sekolah.

Selain aktivitas tatap muka mengajar dengan murid-muridnya, seabrek tuntutan administrasi juga harus ia jalankan. Belum lagi, urusan dengan siswa kadang tidak sesederhana yang banyak orang bayangkan. Itu belum termasuk tuntutan jika ia menjadi Guru Penggerak.

Tiara merupakan guru dengan status PNS. Saat ini, ia menjadi wali kelas di salah satu SMP Negeri di sebuah kabupaten di Jawa Tengah. Meski tampak sederhana, menjadi wali kelas penuh dinamika.

Pernah suatu ketika, ada muridnya yang tidak terlihat di kelas selama hampir satu pekan. Sebagai guru, ia punya tanggung jawab moral untuk memastikan muridnya baik-baik saja.

“Akhirnya, saya datang ke rumah anak itu bersama Guru BK. Kagetnya, ternyata setiap pagi anak itu keluar dari rumah menggunakan seragam. Orang tuanya mengira kalau dia sekolah seperti biasa,” kenang Tiara.

Akhirnya, beberapa hari berselang, Tiara bersama orang tua murid itu membuntuti sang anak pagi hari saat ia keluar rumah. Tiara terpingkal saat bicara tugasnya sebagai guru bisa menuntutnya berlagak layaknya detektif.

Pada pagi hari, anak itu benar-benar keluar rumah. Namun, di pinggir jalan, ternyata ia tidak benar-benar menaiki angkot. Ia malah menyelinap ke sebuah gang di sekitarnya.

“Saat kami coba buntuti, ternyata dia setiap hari meringkuk di sebuah musala kecil sendirian,” ungkapnya berbincang dengan Mojok, Selasa (12/12/2023).

Suara Tiara agak bergetar saat menceritakan bahwa sang anak merupakan korban perundungan. Selanjutnya, ia pun mendampingi anak itu sampai benar-benar kuat dan berkeinginan bersekolah lagi.

“Begitulah tugas guru. Kompleks. Sudah tuntutan administrasi banyak, dinamika pengajaran, sekarang ada Guru Penggerak yang memberatkan,” tuturnya.

Guru penggerak.MOJOK.CO
Ilustrasi guru dan murid (Ed Us/Unsplash)

Guru Penggerak membuat para pengajar benar-benar kewalahan

Setiap sore, pulang dari sekolah, seringnya Tiara belum benar-benar bisa lepas dari tumpukan berkas administrasi yang harus ia urus. Hal itu ia lakoni sambil membantu suaminya merawat buah hati kecil mereka.

Belum lama ini, ia juga mendapat tuntutan untuk menjadi Guru Penggerak. Sebuah program implementasi dari Kurikulum Merdeka Belajar. Guru Penggerak merupakan program pendidikan kepemimpinan bagi guru untuk menjadi pemimpin pembelajaran. Program ini meliputi pelatihan daring, lokakarya, konferensi, dan pendampingan selama enam bulan.

Iklan

Setiap sekolah, punya tuntutan untuk memiliki segelintir Guru Penggerak. Usia Tiara yang masih tergolong produktif membuatnya terus didorong untuk ikut serta.

“Syaratnya itu kan guru PNS atau wiyata bhakti yang punya Dapodik. Umurnya di bawah 50 tahun. Saya ini masuk kategori yang cocok. Sebagian guru lain ada yang masuk kriteria, tapi banyak yang tidak mau, apalagi guru perempuan,” ungkapnya.

Terus-terusan mendapat dorongan, Tiara pun ikut mendaftar. Ia lolos seleksi tes esai, praktik mengajar, hingga berhadapan dengan fase tes wawancara. Di fase itulah ia merasa gamang.

Setelah lulus wawancara, ia harus mengikuti diklat secara daring, terlibat forum guru penggerak, dan mengerjakan beragam tugas dan pendampingan selama enam bulan penuh. Masalahnya, tanpa tugas itu pun, tanggung jawab Tiara sebagai guru sudah menumpuk. Ia merasa, tuntutan administrasi guru terlalu banyak.

“Saya tanya ke guru yang sudah ikut, mereka bilang tugasnya benar-benar menyita waktu. Malah tugas pokoknya untuk mengajar jadi keteteran karena siang dan malam ngurus Guru Penggerak,” paparnya.

Bagi guru yang ingin menaiki jenjang karir sebagai kepala sekolah atau pengawas, program ini memang menarik. Sebab, kini dua jabatan tersebut mensyaratkan sertifikasi Guru Penggerak.

“Kalau yang tidak punya keinginan untuk jadi kepala sekolah seperti saya, lalau buat apa?” celetuknya.

Banyak cara implementasi Merdeka Belajar yang tidak menyulitkan

Jika Guru Penggerak dibuat untuk menciptakan guru yang baik dalam menerapkan Kurikulum Merdeka Belajar, menurut Tiara, saat ini pun ada aplikasi Platform Merdeka Mengajar (PMM). Setiap guru wajib memiliki aplikasi yang berisi materi tentang pengajaran.

“Di situ bisa belajar secara mandiri dan waktunya fleksibel. Ada video dan lainnya pokoknya lengkap,” ungkapnya.

Selain jadi persyaratan untuk menapaki karir sebagai kepala sekolah dan pengawas, program tersebut memang berimpak langsung terhadap gaji bulanan guru. Alhasil, banyak yang memilih untuk tidak mengikutinya, atau memilih mundur dari proses seleksi seperti yang Tiara lakukan.

Sejak awal memang banyak kritikan terhadap program Mendikbud Nadiem Makarim ini. Presidium Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI), Fahmi Hatib, pernah berujar bahwa program sebenarnya punya tujuan baik untuk menciptakan SDM unggul. Namun, menyita waktu guru dan membuat mereka rentan mengabaikan tugas pokok sebagai guru.

”Namun, fakta di lapangan menunjukkan, proses seleksi dan pelatihan yang lama bagi calon guru penggerak (CGP) ini, bukannya menjamin perubahan paradigma pembelajaran, tetapi justru telah menyita waktu dan tenaga para CGP. Banyak tugas pokok yang mereka abaikan untuk mengejar status lulus,” katanya melansir Pikiran Rakyat.

Baca selanjutnya…

Kritikan pedas untuk program Guru Penggerak

Halaman 1 dari 2
12Next

Terakhir diperbarui pada 15 Desember 2023 oleh

Tags: guruguru penggerakmerdeka belajarNadiem Makarimpilihan redaksi
Hammam Izzuddin

Hammam Izzuddin

Reporter Mojok.co.

Artikel Terkait

Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO
Ragam

Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra

4 Desember 2025
Gen Z fresh graduate lulusan UGM pilih bisnis jualan keris dan barang antik di Jogja MOJOK.CO
Ragam

Gen Z Lulusan UGM Pilih Jualan Keris, Tepis Gengsi dari Kesan Kuno dan Kerja Kantoran karena Omzet Puluhan Juta

2 Desember 2025
Judi Online, judol.MOJOK.CO
Ragam

Pengalaman Saya 5 Tahun Kecanduan Judol: Delusi, bahkan Setelah Salat pun Doa Minta Jackpot

2 Desember 2025
Guru sulit mengajar Matematika. MOJOK.CO
Ragam

Susahnya Guru Gen Z Mengajar Matematika ke “Anak Zaman Now”, Sudah SMP tapi Belum Bisa Calistung

2 Desember 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

'Aku Suka Thrifting': Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism.MOJOK.CO

‘Aku Suka Thrifting’: Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism

1 Desember 2025
Kirim anak "mondok" ke Dagestan Rusia ketimbang kuliah UGM-UI, biar jadi petarung MMA di UFC MOJOK.CO

Tren Rencana Kirim Anak ke Dagestan ketimbang Kuliah UGM-UI, Daerah Paling Islam di Rusia tempat Lahir “Para Monster” MMA

1 Desember 2025
ump diy.MOJOK.CO

Working Poor dalam Bayang-Bayang UMP DIY 2026 dan Biaya Hidup yang Semakin Tinggi

28 November 2025
Macam-macam POV orang yang kehilangan botol minum (tumbler) kalcer berharga ratusan ribu MOJOK.CO

Macam-macam POV Orang saat Kehilangan Tumbler, Tak Gampang Menerima karena Kalcer Butuh Dana

28 November 2025
Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

2 Desember 2025
banjir sumatera. MOJOK.CO

Bencana di Sumatra: Pengakuan Ayah yang Menjarah Mie Instan di Alfamart untuk Tiga Orang Anaknya

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.