Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan Ragam

Wong Liyo Ngerti Opo: Adik Korbankan Mimpi Kuliah PTN, Biar Kakak Saja yang Jadi Sarjana sementara Adik Urus Orang Tua

Muchamad Aly Reza oleh Muchamad Aly Reza
25 November 2025
A A
Adik rela berkorban memupus mimpi kuliah dan jadi sarjana PTN gara-gara kakak sendiri MOJOK.CO

Ilustrasi - Adik rela berkorban memupus mimpi kuliah dan jadi sarjana PTN gara-gara kakak sendiri. (Ega Fansuri/Mojok.co)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Dalam beberapa kasus, menjadi adik (anak bungsu) justru harus berkorban lebih besar ketimbang kakak (anak sulung). Seperti cerita dari Khausan (22), panggil saja demikian. Ia rela mengubur mimpinya menjadi sarjana dari PTN. Melapangkan dadanya untuk merelakan hanya sang kakak yang bisa mencecap bangku perkuliahan dengan biaya penuh dari orang tua.

***

Khausan tak menampik rasa iri ketika melihat banyak temannya bisa lanjut kuliah sejak lulus SMK. Sementara Khausan harus memupus begitu saja bayangannya tentang kuliah di PTN.

Ia bahkan tak pernah sempat menyampaikan keinginannya tersebut kepada orang tuanya. Yang ia tahu, ia mau tidak mau memang harus “berkorban”: Tak turut merasakan masa jaya orang tua sebagaimana yang kakak perempuannya rasakan.

Sudah saatnya bapak istirahat

Khausan hanya dua bersaudara. Ia berjarak 6 tahun dari sang kakak. Ketika ia duduk di bangku SMP, sang kakak sudah kuliah di sebuah PTN di Surabaya.

Jauh sebelum SMK, Khausan sudah berpikir, rasa-rasanya ia ingin mengikuti jejak sang kakak. Ia belum tahu persis kenapa dorongan itu muncul.

Ketika duduk di bangku SMK, baru lah ia tahu, betapa kuliah sangat berpengaruh bagi kualitas berpikir seseorang. Lebih pragmatis lagi, ijazah sarjana membuka peluang besar untuk mendapat pekerjaan layak.

“Tapi mendekati lulus SMK waktu itu, aku melihat bapak sudah terlalu tua untuk bekerja. Itu mengiris hatiku,” ungkap pemuda asal Gresik, Jawa Timur itu, Minggu, (23/11/2025).

Bapak Khausan seorang sopir bus AKDP di Jawa Timur. Ia membiayai penuh kebutuhan kuliah kakak Khausan, hingga pernikahannya. Hingga kini, di usia yang menginjak 60-an tahun, bapak Khausan masih terus menjadi sopir bus. Pasti lelah sekali.

“Aku berpikir, bapak seharusnya sudah istirahat, pensiun. Kalau istirahat, aku lah yang harusnya bantu keuangan. Kalau aku kuliah, malah nambahi bebannya. Walaupun dapat beasiswa, rasa-rasanya kalau aku kuliah sambil kerja juga nggak bisa fokus bantu bapak,” sambung Khausan.

Bisikan kakak agar tak lanjut kuliah PTN

Keputusan Khausan untuk tidak kuliah makin bulat ketika suatu kali ia menerima bisikan dari kakak perempuannya tersebut.

Selepas lulus kuliah, kakak Khausan langsung menerima lamaran dari pacarnya, lalu menikah. Tentu saja, bapak Khausan harus keluar uang besar untuk menggelar acara pernikahan.

Hingga suatu ketika, sang kakak pernah bertanya pada Khausan, “Ada rencana kuliah nggak?”

Jujur saja, Khausan waktu itu sempat ge-er. Berharap sang kakak akan membantunya kuliah. Atau paling tidak, saat Khausan kuliah, maka sang kakak lah yang nanti akan mengambil peran untuk membantu keuangan orang tua. Agar bapak mereka benar-benar bisa pensiun.

Iklan

“Aku terus terang saja bilang pengin kuliah di PTN Surabaya. Tapi ternyata kakak berbisik, kalau aku kuliah, nanti takutnya bapak makin terbebani. Jadi lebih baik langsung kerja saja buat bantu-bantu orang tua,” ujar Khausan.

Khausan seketika lesu. Ada rasa mangkel yang sukar ia deskripsikan.

Sindiran karena tak ikuti jejak kakak jadi sarjana PTN

Khausan akhirnya memutuskan untuk langsung bekerja di sebuah pabrik di Sidoarjo, Jawa Timur, setelah lulus sekolah. Awalnya, sang bapak membujuk Khausan agar ia mengikuti jejak kakaknya untuk kuliah di PTN.

“Lah lapo gak kuliah? Nek biaya mengko bapak golekke (Lah kenapa nggak kuliah? Kalau soal biaya nanti bapak carikan),” ujar bapak Khausan.

“Ogak, Pak. Males mikir wae, jare kuliah angel. Wis angel, ngentekke duit. Tak kerja wae (Nggak, Pak. Malas mikir aja, katanya kuliah itu susah. Sudah susah, menghabiskan uang. Aku kerja saja),” jawab Khausan menutupi alasan sebenarnya.

“Pancen koen iku wegah mikir. Yowis, sak karepmu (Memang kamu itu ogah mikir. Ya sudah terserah kamu),” balas Khausan.

Tak ada yang benar-benar tahu kalau Khausan berkorban demi orang tuanya. Alhasil, sindiran dari tetangga atau bahkan saudara sendiri—yang tak tahu cerita aslinya—kerap menyindir Khausan. Misalnya:

“Pancen arek males kuliah, wegah dadi pinter koyok mbake sing sarjana (Memang anak malas kuliah, ogah jadi pinter seperti mbaknya yang sarjana).”

“Koen iku mbak’e kuliah dadi sarjana, dirabi wong sugih, koen kok malah milih kerjo pabrik (Kamu itu mbaknya kuliah jadi sarjana, dinikahi orang kaya, kamu malah milih kerja pabrik).”

Sikap bapak-ibu yang melegakan

Sindiran-sindiran itu tentu membuat hati Khausan dongkol bukan main. Lebih-lebih, sejak kuliah hingga berumah tangga, Khausan tahu kakaknya hanya berkontribusi kecil pada orang tuanya. Terkesan fokus mengurus hidup mereka sendiri.

“Apa yang dibanggakan dari gelar sarjana itu kalau ke orang tua saja nggak berguna?” Kalimat jahat itu sesekali singgah di hatinya saat dalam situasi dongkol.

Kendati ia tahu, kalau sudah selazimnya sang kakak fokus mengurus rumah tangganya sendiri. Khausan hanya menyayangkan karena beban mengurus orang tua sepenuhnya ada di pundaknya, sampai harus memupus mimpi jadi sarjana PTN.

Namun, makin ke sini, ia justru makin legawa dengan apa pun kata orang. Itu terjadi ketika berkali-kali orang tuanya, terutama ibu, sering berterima kasih dan mohon maaf karena merepotkan Khausan. Seperti merenggut masa mudanya untuk bersenang-senang dan mengejar banyak hal.

“Bapak memang masih nyopir. Tapi sudah kupaksa berhenti, istirahat. Tapi cara orang tua menyikapi keputusanku itu melegakan, dan aku merasa bangga bisa membantu mereka, walaupun tanpa gelar sarjana,” tutup Khausan.

Penulis: Muchamad Aly Reza
Editor: Ahmad Effendi

BACA JUGA: Ibu Meninggal kala Saya Masih Berjuang, Jadi Titik Terendah Hidup tapi Bangkit demi Jadi Sarjana Pertama Keluarga atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan

Terakhir diperbarui pada 25 November 2025 oleh

Tags: kuliah ptnlulusan SMKPTNptn surabayasarjana
Muchamad Aly Reza

Muchamad Aly Reza

Reporter Mojok.co

Artikel Terkait

Sisi Gelap PTN yang Bikin Dosen Menderita. MOJOK.CO
Mendalam

Sisi Gelap PTN yang Bikin Dosen Menderita, Sibuk Mengejar Akreditasi tapi Kesejahteraan Dosen Jauh Panggang dari Api

21 November 2025
Mahasiswa Universitas Negeri Jakarta (UNJ) nyaris drop out usai ibu tiada. MOJOK.CO
Kampus

Kisah Wisudawan UNJ Nyaris Drop Out Kuliah karena Fakta Mengejutkan dari Sang Ayah soal Ibu yang Sudah Tiada

3 November 2025
Kisah mahassiwa beasiswa KIP Kuliah Aliya Eka Lestiyanti, ibu meninggal kala ia masih berjuang, sampai akhirnya jadi harapan keluarga usai jadi sarjana cumlaude MOJOK.CO
Kampus

Ibu Meninggal kala Saya Masih Berjuang, Jadi Titik Terendah Hidup tapi Bangkit demi Jadi Sarjana Pertama Keluarga

3 November 2025
Wisudawati jual harta berharga untuk kuliah di Universitas Muhammadiyah Surabaya (UMSurabaya), sempat ditolak di PTN. MOJOK.CO
Kampus

Uang Habis untuk Biaya Pengobatan Ibu sampai Jual Harta Berharga agar Bisa Kuliah, Kini Jadi Wisudawati dengan Segudang Prestasi

27 Oktober 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Judi Online, judol.MOJOK.CO

Pengalaman Saya 5 Tahun Kecanduan Judol: Delusi, bahkan Setelah Salat pun Doa Minta Jackpot

2 Desember 2025
Relawan di Sumatera Utara. MOJOK.CO

Cerita Relawan WVI Kesulitan Menembus Jalanan Sumatera Utara demi Beri Bantuan kepada Anak-anak yang Terdampak Banjir dan Longsor

3 Desember 2025
banjir sumatera. MOJOK.CO

Bencana di Sumatra: Pengakuan Ayah yang Menjarah Mie Instan di Alfamart untuk Tiga Orang Anaknya

1 Desember 2025
8 tahun merantau di Jakarta akhirnya resign. MOJOK.CO

Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama

4 Desember 2025
Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

1 Desember 2025
Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

2 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.