Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan Mendalam

Malang di Persimpangan: Ketika Kos LV dan Kumpul Kebo Menguji Identitas Kota Pendidikan

Ahmad Effendi oleh Ahmad Effendi
30 Juli 2025
A A
mahasiswa malang, mahasiswa jogja, kumpul kebo, kohabitasi, kos LV.MOJOK.CO

Ilustrasi - kumpul kebo alias kohabitasi. (Ega Fansuri/Mojok.co)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Keresahan warga lokal akan citra yang tercoreng

Di sisi lain, warga asli Malang ternyata merasakan keresahan yang mendalam terkait fenomena kos LV dan kumpul kebo ini. 

Salah satunya Siti (31), perempuan yang mengaku melanjutkan bisnis kos orang tuanya di lingkungan padat penduduk. Ia mengungkapkan perasaannya yang merasa “campur aduk” dan takut nama baik kota ini tercoreng.

Keresahan Siti berakar pada beberapa hal. Pertama, adanya pergeseran identitas kota. 

“Dulu, kalau ada mahasiswa lewat, kami bangga. Sekarang, kadang mau negur saja sungkan, takut salah. Tapi kalau dibiarkan, rasanya mata ini perih melihat pemandangan yang tidak pantas di depan rumah,” ujarnya, Selasa (29/7/2025).

Malang, yang dikenal sebagai pendidikan, kini dikhawatirkan akan dikenal sebagai “kota bebas” karena perilaku segelintir oknum pendatang. Bagi Siti, ini adalah pukulan telak bagi citra kota kelahirannya itu.

Kedua, ancaman norma moral. Menurutnya, praktik kumpul kebo bertentangan langsung dengan nilai kesopanan, kekeluargaan, dan ajaran agama yang dipegang teguh masyarakat. 

“Anak-anak saya mulai bertanya, ‘Bu, kok pacaran begitu boleh ya?’ Bagaimana saya menjelaskan?” Ada kekhawatiran perilaku ini “menular” atau memengaruhi generasi muda lokal,” jelasnya.

“Kami paham. Itu kan hak pribadi mereka. Kami nggak bisa ikut campur terlalu jauh. Tapi lama-lama, itu bisa bikin citra kota kami jadi buruk, Mas.”

Kumpul kebo berada di ruang abu-abu

Keresahan serupa juga dirasakan oleh Andri (30), seorang warga asli Malang yang kini bekerja sebagai dosen di salah satu perguruan tinggi di kota ini. Setelah menempuh pendidikan S1 dan S2 di luar Malang, ia merasakan betul perbedaan kota kelahirannya. 

“Malang yang dulu saya kenal, beda sekali dengan yang sekarang,” ujarnya. “Dulu, kota ini identik dengan ketenangan dan nilai-nilai yang kuat. Sekarang, saya melihat sendiri bagaimana gaya hidup yang lebih ‘bebas’ semakin terang-terangan, terutama di lingkungan sekitar kampus.”

Meskipun ada rasa prihatin dengan kumpul kebo di Malang, Andri menjelaskan bahwa fenomena tak bisa dibicarakan sesederhana membahas nilai moral dan agama. Ada benturan nilai yang kompleks di dalamnya. 

Misalnya, kebutuhan akan kebebasan dan privasi dari pendatang berhadapan langsung dengan norma moral dan sosial yang dipegang teguh oleh masyarakat lokal.

“Ada area abu-abu hukum, di mana hukum positif mungkin tidak secara spesifik mengatur kumpul kebo tanpa unsur pidana lain. Seperti prostitusi, misalnya,” kata dia.

“Namun, praktik tersebut jelas melanggar hukum adat atau norma yang hidup di masyarakat,” imbuhnya.

Iklan

Alhasil, benturan nilai ini bukan tanpa konsekuensi. Di balik setiap razia dan keluhan warga, ada harga yang harus dibayar. Bukan hanya citra kota yang terancam, tapi juga erosi kepercayaan antargenerasi.

“Anak-anak muda lokal mungkin mulai mempertanyakan nilai-nilai yang mereka anut. Sementara warga asli merasa asing di tanah sendiri,” pungkasnya.

Penulis: Ahmad Effendi

Editor: Muchamad Aly Reza

BACA JUGA: Tak Mudah Jadi Orang dengan KTP Malang, Susah Payah Berbuat Baik tapi Sia-sia karena Cap Aremania atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan.

Halaman 2 dari 2
Prev12

Terakhir diperbarui pada 30 Juli 2025 oleh

Tags: Kos LVkos lv di malangKota Malangkumpul kebokumpul kebo di malangkumpul kebo mahasiswa malangmahasiswa malangMalangpilihan redaksi
Ahmad Effendi

Ahmad Effendi

Reporter Mojok.co

Artikel Terkait

UGM.MOJOK.CO
Ragam

Ketika Rumah Tak Lagi Ramah dan Orang Tua Hilang “Ditelan Layar HP”, Lahir Generasi Cemas

20 Desember 2025
Elang Jawa terbang bebas di Gunung Gede Pangrango, tapi masih berada dalam ancaman MOJOK.CO
Ragam

Balada Berburu Si Elang Jawa, Predator Udara Terganas dan Terlangka

19 Desember 2025
elang jawa.MOJOK.CO
Ragam

Mempertaruhkan Nasib Sang Garuda di Sisa Hutan Purba

18 Desember 2025
Drama sepasang pekerja kabupaten (menikah sesama karyawan Indomaret): jarang ketemu karena beda shift, tak sempat bikin momongan MOJOK.CO
Ragam

Menikah dengan Sesama Karyawan Indomaret: Tak Seperti Berumah Tangga Gara-gara Beda Shift Kerja, Ketemunya di Jalan Bukan di Ranjang

17 Desember 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Saat banyak teman langsungkan pernikahan, saya pilih tidak menikah demi fokus rawat orang tua MOJOK.CO

Pilih Tidak Menikah demi Fokus Bahagiakan Orang Tua, Justru Merasa Hidup Lebih Lega dan Tak Punya Beban

15 Desember 2025
Elang Jawa terbang bebas di Gunung Gede Pangrango, tapi masih berada dalam ancaman MOJOK.CO

Balada Berburu Si Elang Jawa, Predator Udara Terganas dan Terlangka

19 Desember 2025
Keturunan Keraton Yogyakarta Iri, Pengin Jadi Jelata Jogja Saja! MOJOK.CO

Keresahan Pemuda Berdarah Biru Keturunan Keraton Yogyakarta yang Dituduh Bisa Terbang, Malah Pengin Jadi Rakyat Jelata Jogja pada Umumnya

18 Desember 2025
UAD: Kampus Terbaik untuk “Mahasiswa Buangan” Seperti Saya MOJOK.CO

UNY Mengajarkan Kebebasan yang Gagal Saya Terjemahkan, sementara UAD Menyeret Saya Kembali ke Akal Sehat Menuju Kelulusan

16 Desember 2025
Drama sepasang pekerja kabupaten (menikah sesama karyawan Indomaret): jarang ketemu karena beda shift, tak sempat bikin momongan MOJOK.CO

Menikah dengan Sesama Karyawan Indomaret: Tak Seperti Berumah Tangga Gara-gara Beda Shift Kerja, Ketemunya di Jalan Bukan di Ranjang

17 Desember 2025
Gedung Sarekat Islam, saksi sejarah dan merwah Semarang sebagai Kota Pergerakan MOJOK.CO

Upaya Merawat Gedung Sarekat Islam Semarang: Saksi Sejarah & Simbol Marwah yang bakal Jadi Ruang Publik

20 Desember 2025

Video Terbaru

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

18 Desember 2025
Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

17 Desember 2025
Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

14 Desember 2025

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.