Alasan Mbah Darmo tidak wariskan resep sego welut ke anaknya
Mbak Surani menjelaskan, sebelum bernama Sego Welut Mbak Surani warungnya tanpa merek. Orang mengenalnya sebagai Warung Mbah Darmo.
Menurut Mbak Surani, ada cerita tersendiri mengapa ia yang meneruskan usaha Mbah Darmo tersebut. Ternyata itu tak lepas dari anak keturunan Mbah Darmo yang meneruskan usaha tersebut. Mbah Darmo berhasil menyekolahkan anak-anaknya dan mereka memilih jalan masing-masing, ada yang jadi pejabat publik dan juga pegawai negeri.
Karena tidak ada yang meneruskan, salah satu karyawan Mbah Darmo yang sudah dianggap seperti anak sendiri kemudian meneruskan usaha tersebut.
“Yang meneruskan itu bulik saya, tapi cuma sebentar, setelah itu di tahun 1997 saya yang meneruskan sampai sekarang,” kata Surani.
Seperti Mbah Darmo, Surani juga masih belum tahu, apakah akan ada anak-anaknya yang meneruskan jualan mangut welut. Kedua anaknya kini punya kesibukan masing-masing. Satu anak laki-lakinya menjadi tentara dan ditempatkan di luar kota. Sedangkan anak perempuannya menjadi guru dan bersuamikan tentara juga.
Misteri bulan purnama yang membuat Sego Welut Mbak Surani tutup
Salah satu warisan dari Mbah Darmo yang sampai saat ini Mbak Surani lestarikan selain resep rahasianya, adalah bahan baku. Sampai sekarang, ia masih mengandalkkan belut tangkapan dari alam.
“Dulu itu kalau bulan purnama itu warung kami pasti libur. Rata-rata libur tiga hari,” kata Surani (56) di warungnya, Sego Welut Mbak Surani, Jumat (8/9/2023). Libur jualan bagi Mbak Surani adalah harga mati karena memegang prinsip yang diturunkan oleh Mbah Darmo, cikal bakal berdirinya warung belut ini.
“Bulan purnama itu kan belut-belut pada bersembunyi, jadi karena belutnya nggak ada, ya kami libur,” kata Surani.
Namun, kini kondisi tersebut tidak lagi terjadi. Ini karena Mbak Surani sekarang memiliki pemasok tetap yang mengirimkan belut hasil tangkapan alam.”Belutnya masih hasil tangkapan alam sekitar sini. Kalau pun susah karena musim kemarau seperti sekarang ini, biasanya ambil dari daerah lain, tapi masih hasil tangkapan alam,” kata Mbak Surani.
Gara-gara bulan purnama pula, Surani kemudian tidak hanya menyediakan menu mangut welut saja. Ia dan suaminya berpikir untuk menyediakan menu baru agar mereka tidak perlu libur saat purnama tiba.
Gara-bara bulan purnama, Sego Welut Mbak Surani jadi punya menu baru
“Jadi pas saya sama suami makan gudeg di daerah Kadipiro, kepikiran untuk buat menu gudeg,” ujar Surani.
Ternyata banyak yang suka dengan menu gudeg buatannya. Sejak itu, bukan hanya mangut welut saja yang laris, tapi juga gudeg.
Belum lama ini, Mbak Surani menambah satu menu lagi yang sebelumnya nggak ada. Menu sambal welut. Namun, menu ini berbeda dengan menu sambel welut pada umumnya yang biasanya daging belutnya diulek.
“Digoreng dulu terus dicampur sama sambel dan cabai utuh dan petai,” kata Mbak Surani. Sebagai informasi, mangut welut di warung ini punya cita rasa pedas. Paling aman bagi yang nggak suka pedas, bisa pesan gudeg.
Saya yang sudah jadi pelanggan lama, kemudian menanyakan menu yang lama tidak saya temui di warung ini. Terutama sejak warung ini pindah. Menu iwak wader dan kutuk atau gabus yang dulu sering saya temui.
“Sudah nggak ada, Mas. Dulu itu kan ikannya saya dapat dari pencari ikan. Nah, ternyata nyarinya dengan nyetrum. Karena nyetrum itu dilarang ya sudah saya pilih nggak jualan,” kata Mbak Surani.
Gurih dan pedasnya pas
Awal tahun lalu saya mengajak, Lucky (35) kawan saya yang kini tinggal di Jakarta untuk makan di tempat ini saat main ke Jogja. Ia datang bersama bersama istri dan tiga anaknya. Ia dan istrinya mengaku suka dengan cita rasa mangut dan sambel welut Mbak Surani. Ia bahkan menambah sambel welutnya untuk ia makan tanpa nasi.
“Pedesnya nggak terlalu, gurihnya pas,” katanya sembari menyeka keringat.
Pengunjung lain bernama Ari (45) yang saya temui bahkan mengaku sudah menjadi pelanggan Sego Welut Mbak Surani sejak kecil karena orang tuanya kerap mengajak ke warung itu. Saat saya temui, Ari tengah makan bersama istri dan dua anaknya.
“Kalau langganan sejak kecil karena orang tua sering mengajak ke sini. Tapi setelah ada menu gudeg, saya pilih gudegnya. Menurut saya selera saya beda dengan orang tua. Saya lebih suka gudeg dari pada mangut welutnya,” kata Ari, Jumat (8/9/2023).
Ari suka dengan gudeg buatan Mbak Surani karena tidak terlalu kering. Ia suka dengan gudeg basah seperti yang Warung Sego Welut Mbak Surani sajikan. Begitu juga dengan cita rasanya yang menurutnya tidak terlalu manis. Harga satu porsi menu sego welut dengan lauk mangut sekitar Rp16 ribu.
Penulis: Agung Purwandono
Editor: Hammam Izzuddin
BACA JUGA Sate Donal Pak Min Kaliurang, Racikan Lezat Penjaga Rumah Peristirahatan Sultan Jogja
Cek berita dan artikel Mojok lainnya di Google News