Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan Kuliner

Penjual Gulali Alkid Jogja Tetap Bertahan Meski Jajanan Tradisional Mulai Dilupakan, Kalau Berhenti Anak-Cucu Tak Akan Mengenal Lagi Makanan Ini

Ahmad Effendi oleh Ahmad Effendi
19 Mei 2024
A A
Penjual Gulali Alkid Jogja Tetap Bertahan Meski Jajanan Tradisional Mulai Dilupakan, Kalau Berhenti Anak-Cucu Tak Akan Mengenal Lagi Makanan Ini.MOJOK.CO

Ilustrasi Penjual Gulali Alkid Jogja Tetap Bertahan Meski Jajanan Tradisional Mulai Dilupakan, Kalau Berhenti Anak-Cucu Tak Akan Mengenal Lagi Makanan Ini (Mojok.co/Ega Fansuri)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Di tengah gempuran jajanan modern yang semakin beraneka ragam, jajanan tradisional semakin sedikit peminatnya. Salah satunya gulali, jajanan khas Sunda yang mulai jarang kita temui.

Gulali sendiri merupakan jajanan tradisional yang populer di kalangan anak-anak pada 1980-an hingga awal 2000-an. Sebenarnya tak hanya di daerah Sunda, jajanan manis ini dulu terkenal nyaris di pelosok Jawa.

Biasanya, makanan berbahan gula yang dilelehkan ini punya dua warna, merah dan orange. Melalui adonan gula yang bertekstur seperti tanah liat, para penjual membentuk gulali ke dalam berbagai macam hewan, bunga, atau benda tertentu.

Penjual Gulali Alun-Alun Jogja Tetap Bertahan Meski Jajanan Tradisional Mulai Dilupakan, Kalau Berhenti Anak-Cucu Tak Akan Mengenal Lagi Makanan Ini.MOJOK.CO
Gulali bentuk pocong yang saya pesan ke pedagang legendaris (Mojok.co/Ahmad Effendi)

Cara membentuknya sendiri beragam. Ada yang dicetak, tapi tak sedikit juga gulali dibentuk berbekal keterampilan tangan para penjualnya. Pembeli bahkan bisa request bentuk sesuai permintaan mereka.

Dulu, setidaknya saat saya masih kecil, gulali masih mudah kita dapatkan. Jajanan ini biasanya dijual di dekat sekolah-sekolah, berdampingan dengan ikan cupang, anak ayam warna-warni, dan komik horor mini. Sayangnya, eksistensinya sekarang kalah dengan gorengan instan seperti sosis, nugget, dan aneka makanan Korea.

Namun, bagi yang ingin bernostalgia dengan jajanan manis, kita masih bisa menemuinya di pojokan Alun-Alun Kidul Kota Jogja. Di sana kita akan menemui Pak Mamat (57), lelaki asal Garut, Jawa Barat yang sudah hampir 30 tahun berjualan gulali.

30 tahun berkeliling Jawa berjualan gulali

Sejak masih muda, Mamat sudah mulai berjualan gulali. Ia tak ingat betul tepatnya tahun berapa. Namun, ia ingat sejak akhir 1980-an sudah mulai menjajakan jajanan manis itu ke sekolah-sekolah di kota asalnya, Garut.

“Zaman saya dulu sempat ada semacam kursusnya gitu. Jadi bikin bentuk-bentuk gini meskipun kelihatan mudah tapi juga ada latihan khususnya,” kata Mamat, yang Mojok temui saat tengah berjualan di Pasar Kangen UNY, Minggu (19/5/2024).

“Setelah sudah terampil, saya langsung cari modal buat berjualan. Saya awalnya keliling ke sekolah-sekolah di Garut sana,” lanjutnya.

Mamat ingat betul, awal 1990-an seperti masa keemasan bagi penjual gulali seperti dirinya. Terutama di Garut, karena jajanan ini sudah dikenal, kehadirannya pun selalu ditunggu-tunggu.

“Saya ingat dulu itu saya selalu mangkal di sekolah jam 7 pagi. Itu saya belum datang saja anak-anak sudah banyak yang antre, minta dibikinin bentuk macam-macam,” ungkapnya, mengenang masa lalu.

Penjual Gulali Alun-Alun Jogja Tetap Bertahan Meski Jajanan Tradisional Mulai Dilupakan, Kalau Berhenti Anak-Cucu Tak Akan Mengenal Lagi Makanan Ini.MOJOK.CO
Mamat (kanan) dan keponakannya (kiri) 30 tahun berjualan gulali. Ia datang ke Pasar Kangen UNY, Minggu (19/5/2024) (Mojok.co/Ahmad Effendi)

Saking lakunya, memasuki awal 2000-an Mamat memberanikan diri buat merantau bersama keponakannya. Ia ingin memperkenalkan gulali ke sekolah-sekolah di Jawa.

Awalnya Mamat berjualan di Semarang pada 2001. Nyaris lima tahun di sana, ia pindah ke Solo. Baru sejak 2010 ia menetap di Jogja dan memilih Alun-Alun Kidul sebagai tempat mangkal.

“Dulu masih ramai yang datang. Tapi sekarang mulai jarang yang beli. Kebanyakan malah orang-orang dewasa, mungkin mereka mau nostalgia.”

Iklan

Omzet nyaris tak sebanding, tapi tetap bertahan demi nostalgia

Meskipun sempat meraih masa kejayaan, kini Mamat tangah mengalami masa sulit. Menurutnya, makin sedikitnya minat anak-anak dengan jajanan tradisional bikin gulali menjadi tak dilirik lagi.

“Sekarang yang penting cukup saja. Asal nggak rugi. Soalnya kalau ngejar untung dari jualan gulali udah nyaris nggak bisa,” kata Mamat.

Gula yang Mamat pakai adalah gula khusus. Meskipun sama-sama gula pasir, kualitasnya beda. Sebab, jika sembarangan tak bisa menciptakan tekstur yang mudah dibentuk.

Mamat menjelaskan, anggaplah untuk sekali jualan, ia mengeluarkan modal Rp150 ribu untuk 5 kilogram adonan gulali. Semua gulali ini harus habis, sebab jika sisa, sudah hampir pasti tak bisa dipakai lagi esok hari.

Makanya, ia mengaku cukup terbantu dengan event-event seperti Pasar Kangen. Meski biaya sewanya lumayan mahal, setidaknya pembeli jauh lebih banyak dari hari-hari biasa. Selain itu, kesempatannya buat mengenalkan kembali makanan tradisional ini ke anak-anak juga lebih terbuka.

“Kalau bukan orang-orang lama yang nekat bertahan, nanti generasi muda tak akan ada lagi yang mengenal gulali,” pungkasnya.

Penulis: Ahmad Effendi

Editor: Muchamad Aly Reza

BACA JUGA Bakso Tusuk Sumber Rejeki “Depan Kopma”: 10 Tahun Melegenda, Menjadi Penolong Mahasiswa UNY yang Kantongnya Sedang Merana

Ikuti artikel dan berita Mojok lainnya di Google News

Terakhir diperbarui pada 21 Mei 2024 oleh

Tags: gulalijajanan gulalijajanan tradisionalJogjakota jogjamakanan khasMakanan Tradisionalnostaligia
Ahmad Effendi

Ahmad Effendi

Reporter Mojok.co

Artikel Terkait

Kisah Kelam Pasar Beringharjo Jogja yang Tak Banyak Orang Tahu MOJOK.CO
Esai

Kisah Kelam Pasar Beringharjo Jogja di Masa Lalu yang Tak Banyak Orang Tahu

24 Desember 2025
Jogja Macet Dosa Pemerintah, tapi Mari Salahkan Wisatawan Saja MOJOK.CO
Esai

Jogja Mulai Macet, Mari Kita Mulai Menyalahkan 7 Juta Wisatawan yang Datang Berlibur padahal Dosa Ada di Tangan Pemerintah

23 Desember 2025
Pasar Kolaboraya tak sekadar kenduri sehari-dua hari. Tapi pandora, lentera, dan pesan krusial tanpa ndakik-ndakik MOJOK.CO
Liputan

Kolaboraya Bukan Sekadar Kenduri: Ia Pandora, Lentera, dan Pesan Krusial Warga Sipil Tanpa Ndakik-ndakik

23 Desember 2025
Benarkah Keturunan Keraton Jogja Sakti dan Bisa Terbang? MOJOK.CO
Esai

Benarkah Keturunan Keraton Jogja Sakti dan Bisa Terbang?

18 Desember 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

elang jawa.MOJOK.CO

Upaya “Mengadopsi” Sarang-Sarang Sang Garuda di Hutan Pulau Jawa

22 Desember 2025
Wisata Pantai Bama di Taman Nasional Baluran, Situbondo: Indah tapi waswas gangguan monyet MOJOK.CO

Pantai Bama Baluran Situbondo: Indah tapi Waswas Gangguan Monyet Nakal, Itu karena Ulah Wisatawan Sendiri

25 Desember 2025
Terpaksa jadi maling, buronan polisi, hingga masuk penjara karena lelah punya orang tua miskin MOJOK.CO

Terpaksa Jadi Maling-Mendekam di Penjara karena Lelah Punya Orang Tua Miskin, Sejak Kecil Hanya Bisa Ngiler ke Hidup Enak Teman Sebaya

22 Desember 2025
Atlet pencak silat asal Kota Semarang, Tito Hendra Septa Kurnia Wijaya, raih medali emas di SEA Games 2025 Thailand MOJOK.CO

Menguatkan Pembinaan Pencak Silat di Semarang, Karena Olahraga Ini Bisa Harumkan Indonesia di Kancah Internasional

22 Desember 2025
Melalui Talent Connect, Dibimbing.id membuat bootcamp yang bukan sekadar acara kumpul-kumpul bertema karier. Tapi sebagai ruang transisi—tempat di mana peserta belajar memahami dunia kerja MOJOK.CO

Talent Connect Dibimbing.id: Saat Networking Tidak Lagi Sekadar Basa-basi Karier

24 Desember 2025
Jogja Macet Dosa Pemerintah, tapi Mari Salahkan Wisatawan Saja MOJOK.CO

Jogja Mulai Macet, Mari Kita Mulai Menyalahkan 7 Juta Wisatawan yang Datang Berlibur padahal Dosa Ada di Tangan Pemerintah

23 Desember 2025

Video Terbaru

Petung Jawa dan Seni Berdamai dengan Hidup

Petung Jawa dan Seni Berdamai dengan Hidup

23 Desember 2025
Sepak Bola Putri SD Negeri 3 Imogiri dan Upaya Membangun Karakter Anak

Sepak Bola Putri SD Negeri 3 Imogiri dan Upaya Membangun Karakter Anak

20 Desember 2025
SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

18 Desember 2025

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.