Pemimpin Redaksi (Pemred) Mojok, Agung Purwandono, pernah menulis panjang tentang perjalanan Olive Fried Chicken (atau yang kerap disebut Olive Chicken saja) hingga akhirnya menjadi salah satu top of mind produk ayam goreng di Jogja.
Sudah empat tahun berlalu sejak wawancara pada 2021 silam. Belakangan, dalam sebuah bincang-bincang ringan, seorang teman nyeletuk, “Owner Olive Chicken hari-hari apa ya makan ayam Olive ya?”. “ Bosen nggak ya kira-kira?”.
Pertanyaan itu sebenarnya sama saja dengan pertanyaan misalnya, “Penjual bakso apakah hari-hari juga makan bakso?”dan sejenisnya. Namun, pertanyaan di atas pada akhirnya sampai juga ke telinga Kunardi Sastrawijaya (48), owner Olive Fried Chicken.
Ingatan pada ayam goreng
Ayam goreng memang punya ruang tersendiri di dalam ingatan Kunardi dan istri, Aurora. Sejak masa kuliah di Universitas Sanata Dharma (USD), Jogja, sejak 1993-an, keduanya memang sama-sama suka ayam goreng.
Namun, karena berangkat dari ekonomi yang pas-pasan, makan ayam goreng tentu saja menjadi kemewahan bagi Kunardi.
“Dulu di kantin kampus ada yang jual fried chicken. Sesekali makan di situ. Kalau ada uang, ya berdua makan di KFC atau McD. Tapi pesannya sepiring berdua,” ujar Kunardi saat berbincang dengan Mojok, Kamis (5/12/2024) pagi WIB.
Jalan hidup Kunardi dan Aurora pada akhirnya memang seolah digariskan di bidang per-ayam-an. Lulus kuliah, Kunardi sempat bekerja di sebuah restoran cepat saji dengan menu utama ayam goreng. Sebelum akhirnya berhenti dan memutuskan membuat Olive Chicken pada 2011.
“Setelah itu (berhenti dari resto) kan sudah terlanjur tahu dan seneng di bidang per-ayam-an, dan masih ada supplier-supplier dulu yang dikenal, sehingga coba cari pasarnya,” terang Kunardi.
Mencari bumbu yang pas untuk Olive Chicken
Pada 2011 itu, berbekal pengalaman di restoran cepat saji sebelumnya, Kunardi mencoba meracik bumbu yang nantinya bakal digunakan untuk brand Olive Chicken. Saat itu, Aurora dan teman-teman dekat Kunardi menjadi tester.
Butuh waktu lama memang untuk menemukan bumbu yang pas. Setelah menemukan formula bumbu yang menurut para tester enak, akhirnya bumbu itulah yang Kunardi jadikan sebagai bumbu pakem untuk Olive Chicken.
“Dalam perjalanannya (di awal-awal masa merintis), ada bumbu-bumbu yang menurut saya kurang. Akhirnya coba-coba lagi, terus nemu yang lebih cocok. Itu yang kemudian dijadikan sebagai formula Olive Chicken sampai sekarang,” tutur pria kelahiran Pangkalpinang, Kabupaten Bangka, Kepulauan Bangka Belitung itu.
Lihat postingan ini di Instagram
Tak bosan menikmati Olive Chicken
Sampai sekarang, Kunardi dan Aurora masih menjadi pencinta ayam goreng. Apalagi Kunardi memang butuh protein untuk menunjang keperluan fitness-nya.
Kunardi dan keluarganya, selain merupakan owner, juga menjadi “pelanggan tetap” bagi gerai-gerai Olive Chicken dan Karen Chicken (brand fried chicken sebagai pengembangan dari Olive Chicken di luar Jogja).
“Kalau kami (sekeluarga) lagi kunjung ke salah satu gerai dan belum makan, ya sekalian makan (Olive Chicken). Biar pembeli juga tahu, ini loh pemiliknya aja makan sendiri produknya. Itu kan jadi nilai tersendiri,” kata Kunardi.
Bahkan, kalau sedang di rumah dan bingung makan apa, Aurora sering kali memilih memesan Olive Chicken melalui aplikasi pesan antar.
Bagian ayam paling favorit hingga momen nostalgia
“Ibu (maksudnya istri Kunardi, Aurora) suka paha atas, saya dada, kalau Karen (anak Kunardi-Aurora) sukanya paha bawah original, yang tanpa tepung. Itu adanya cuma di gerai Karen Chicken,” jelas Kunardi saat ditanya soal bagian ayam mana yang paling disukai masing-masing keluarga.
Untuk diketahui, hingga 2024 ini, ada 117 gerai Olive Chicken di Jogja. Untuk Karen Chicken tersebar di Bangka (3 gerai), Semarang (13 gerai), dan Surabaya (1 gerai).
Dari 117 gerai di Jogja, Kunardi dan Aurora acap kali menikmati sepotong ayam goreng di gerai Olive Chicken di Jalan Kabupaten. Karena gerainya memang agak besar.
“Jadi lebih enak buat makan berdua. Jadi momen nostalgia juga, karena dulu berdua sering makan ayam goreng bersama,” ucap Kunardi.
Tak hanya Kunardi dan Aurora, keluarga besar dan teman-teman dekat Kunardi pun juga lebih sering membeli ayam goreng dari gerai milik Kunardi-Aurora. Misalnya keluarga Kunardi di Bangka. Karena di sana adanya gerai Karen Chicken, maka gerai tersebut kerap jadi jujukan keluarga untuk makan ayam goreng.
Tentu menjadi kelegaan tersendiri bagi Kunardi, ketika gerainya secara rasa dan kualitas dipercaya oleh keluarga dan teman-teman sendiri.
Kesempatan makan ayam goreng untuk yang uangnya pas-pasan
Murah tapi berkualitas. Kalau tanya beberapa konsumen Olive Chicken di Jogja, kira-kira begitulah komentar mereka soal produk ayam milik Kunardi dan Aurora tersebut.
Olive Chicken berdiri pada prinsipnya memang ingin memberi kesempatan bagi mereka yang uangnya pas-pasan, tapi tetap bisa menikmati ayam goreng enak. Murah, tapi rasanya tidak murahan.
Olive Chiken menggunakan ayam yang selalu segar dengan supplier yang kredibel. Itu yang Kunardi jamin. Setiap gerai pun pasti ada SOP yang sama untuk kontrol kualitas.
Tak heran jika kemudian salah satu produk Olive Chicken, ayam gepreknya, disebut menjadi ayam geprek paling enak versi warganet.
Pada penghujung 2023 silam, akun X Jogja Menfess mengadakan turnamen online untuk mencari ayam geprek terenak di Jogja. Yang dipertandingkan adalah Bu Rum, Preksu, Bu Rini, Bu Kadek, Bu Made, Preksu, Crisbar, Mbah Noto, Hara Chicken, Mas Kobis, Chicken Crush, SA’l, Keprabon, Olive Fried Chicken, Rocket Chicken, Pak Gembus, dan Pak Wage.
Olive Chicken berhasil sampai ke final, berhadapan dengan Bu Rum. Hasilnya, ayam geprek Olive Chicken keluar sebagai juara dengan perolehan dukungan 50,7%. Unggul tipis dari Bu Rum yang meraih 49,3% dukungan.
Turnamen tersebut tentu hanya senang-senang belaka bagi warganet. Namun, hasil turnamen tersebut bisa menjadi gambaran betapa prduk Kunardi dan Aurora memang digemari banyak orang.
Hadapi PPn naik 12%
Kondisi mendatang, kata Kunardi, mungkin saja agak berat. Bagaimana tidak. Kabar-kabarnya tahun 2025 akan terjadi kenaikan PPn 12%. Kenaikan tersebut tentu akan berdampak pada naiknya harga bahan baku.
“Kami coba putar otak untuk mengantisipasinya, bagaimana semua bisa berjalan baik. Kualitas terjaga, harga nggak terlalu naik, tapi profit margin tetap sesuai target. Memang tidak mudah, tapi tetep dicoba ke depan,” tutur Kunardi.
Kunardi berharap produk ayam gorengnya masih bisa terus memberikan harga terjangkau hingga beberapa tahun ke depan.
Penulis: Muchamad Aly Reza
Editor: Ahmad Effendi
BACA JUGA: 4 Ayam Goreng Terbaik di Dunia Ada di Jogja, Olive Nggak Termasuk
Ikuti artikel dan berita Mojok lainnya di Google News