Privilege kuliah di UGM
Singgih juga menekankan, bahwa kuliah di UGM itu penuh privilese. Sebagai contoh, dia bilang banyak kerja sama UGM dengan lembaga eksternal yang bikin mahasiswa mudah dalam banyak hal.
UGM memang banyak menjalin kerja sama dengan banyak lembaga eksternal atau perusahaan. Sebagai contoh, FEB UGM punya banyak kerja sama dengan perusahaan luar.
Lingkungan juga jadi privilese yang Singgih dapatkan selama kuliah di UGM. Ruang diskusi di setiap jengkal kampus adalah contoh yang dia beri. Ruang diskusi menunjukkan bahwa memang mahasiswanya peduli serta gemar mengulik bahasan yang ada.
Menutup pembicaraan kami berdua, SInggih memberikan statement penutup yang menarik.
“Kuliah di UGM itu kebanggaan untuk orang desa seperti aku. Terlebih aku adalah orang pertama di desaku, dalam sejarah, yang bisa masuk UGM. Meskipun begitu, hal yang paling menyenangkan bagiku, saat kuliah di UGM adalah iso entuk bojo anake profesor.”
Kenapa harus di UGM?
Tak bisa dimungkiri, memang banyak kampus hebat di Jogja. Tak hanya UGM, yang jelas. Tapi saya akan mengulang data di awal, bahwa ada 25 ribu lebih pendaftar SNBP UGM, padahal daya tampungnya hanya 2.802. artinya, memang banyak pemuda yang memimpikan untuk menempuh ilmu di UGM, dan itu jelas tanpa alasan.
Singgih dan Ahmad, setidaknya, memberi gambaran jelas bagaimana kuliah di UGM yang mereka rasakan. Gambaran positif tersebut, membuat kita paham kenapa kampus di Jogja ini menghasilkan orang-orang hebat macam Boediono, Mahfud MD, Retno Marsudi, Sultan HB X, dan, tentu saja, Jokowi.
Reporter: Rizky Prasetya
Editor: Agung Purwandono
BACA JUGAÂ Kisah Mahasiswa UNY Kena DO, Pindah Kampus Hampir DO Lagi, tapi Bisa Bangkit dan Berhasil Sarjana
Ikuti berita dan artikel Mojok lainnya di Google News.