Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan

Karena Urusan Perut, Kang Sunar Ternak Bekicot

Nikma Al Kafi oleh Nikma Al Kafi
29 April 2021
A A
Kang Sunar memilih ternak bekicot untuk menghidupi keluarganya

Kang Sunar memilih ternak bekicot untuk menghidupi keluarganya

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Soal makanan ekstrim, Gunungkidul bukan hanya punya belalang atau walang goreng. Sebagian masyarakat disana juga akrab dengan makanan dari olahan daging bekicot. Berbeda dengan belalang, saat ini sudah ada masyarakat yang membudidayakan bekicot untuk  konsumsi.

***

Namanya, Sunarto (34), akrab dipanggil Kang Sunar. Tinggal di Dusun Brongkol, Purwodadi, Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunungkidul.  Kang Sunar menjadi sosok yang belakangan ini jadi perhatian warga di Gunungkidul karena usaha uniknya, budidaya bekicot. Video cara budidaya bekicot sempat viral melalui aplikasi WhatsApp.

Hal ini karena, apa yang dilakukan Kang Sunar ora umum dilakukan masyarakat setempat. Kalaupun beternak, kebanyakan mereka memelihara kambing atau sapi jarang orang di Gunungkidul beternak bekicot. Mereka biasanya tinggal mencarinya di sawah.

Awalnya dari urusan perut

Bagi Kang Sunar, bekicot atau yang memiliki nama ilmiah Achatina fulica adalah penyelamat ekonomi keluarga di masa pandemi. Sebelum pandemi ia bekerja sebagai buruh kuli bangunan. Namun, Covid-19 membuatnya ketakutan. Ia khawatir jika sampai terpapar virus yang menyerang seluruh dunia itu.

“Kalau itu sederhana, cuma urusan perut,” katanya ketika saya tanya alasannya beternak bekicot. Ia bingung setelah menganggur apa yang bisa ia lakukan agar dapur keluarga tetap ngebul.

Bekicot menjadi pilihannya karena di lingkungannya, masyarakat biasa mengonsumsi bekicot untuk lauk sehari-hari. Mereka mencarinya di alas (kebun). “Masyarakat di sekitar banyak yang berminat mengkonsumsi bekicot. Namun, dari banyaknya masyarakat yang suka makan bekicot belum ada yang terpikir untuk budidaya bekicot,” kata Kang Sunar.

Salah satu pertimbangan Kang Sunar untuk beternak bekicot karena ia ingin agar penggemar makanan berbahan bekicot tidak kesulitan mencari saat musim kemarau. “Kehidupan bekicot itu tergantung dengan musim. Melimpah ketika musim penghujan dan sulit ditemui ketika kemarau. Budidaya bekicot inilah jalan keluarnya,” imbuhnya saat dijumpai penulis, Minggu 24 April 2021.

Menurut Kang Sunar, bekicot alias siput darat acap kali dianggap masyarakat sebagai hama tanaman. Hal tersebut seperti yang diyakini oleh masyarakat luas di Gunungkidul maupun masyarakat lainnya. Tak ayal bekicot memang kerap merusak tanaman.

Meski bekicot lebih akrab dianggap sebagai hama. Namun sebagian diantaranya mengonsumsi. Ada juga yang menjualnya  sebagai oleh-oleh seperti belalang goreng. Bedanya belalang goreng lebih populer daripada bekicot.

Bagi masyarakat dan petani di Gunungkidul yang tidak suka dengan bekicot, biasanya mereka hanya bersikap cuek ketika bertemu. Kecuali bekicot itu berada di sekitar tanaman. Sudah tentu bekicot itu akan berhadapan dengan nasib buruk. Kalau tidak dibunuh, ya dilempar secara random ke arah bebatuan.

Tetapi jika masyarakat dan petani itu menyukai bekicot. Mereka akan mengumpulkannya untuk dikonsumsi di rumah. Bahkan jika masyarakat sangat gemar memakan bekicot, mereka akan rela macari sampai ke lubang-lubang batu yang jadi tempat persembunyian bekicot.

Mengkonsumsi bekicot telah menjadi kebiasaan yang melekat pada kehidupan masyarakat di Gunungkidul. Terutama masyarakat yang berada dalam kawasan perbukitan, Kecamatan Tepus salah satu wilayahnya. Namun, masyarakat di sana lebih sering mengkonsumsi bekicot ketika sedang musim penghujan. Sebab ketika musim kemarau bekicot begitu sulit ditemukan.

Iklan

Cuma butuh kandang sederhana

Saya diajak Kang Sunar menengok tempat di mana para bekicot itu dibudidayakan. Seperti arus kemacetan manusia, bekicot itu bergerombol, berjejer dan terlihat berdesakan. Kandang yang dijadikan tempat menampung bekicot itu memang tidak terlalu besar dan dibuat dengan ala kadarnya. Terdapat dua kandang yang menampung  bekicot.

Sesekali saya mencoba menghitung namun saya terlalu capek untuk menghitung seluruhnya. “Dalam satu kandang ini, sekitar ribuan bekicot jumlahnya, Mas, ” katanya sembari mengambil satu bekicot yang hampir melepaskan diri dari kandang.

Kandang bekicot tempat Kang Sunar memeliharanya. Foto oleh Nikma Al Kafi/Mojok.co
Kandang bekicot tempat Kang Sunar memeliharanya. Foto oleh Nikma Al Kafi/Mojok.co

Semangat Kang Sunar semakin bersemangat dalam menekuni budidaya bekicot ini. Apalagi beliau telah mendapat tanggapan positif dari masyarakat sekitar. Perangkat desa setempat pun sampai datang menyaksikan proses budidayanya.

Awalnya, bukan perkara mudah bagi Kang Sunar untuk budidaya bekicot. Saat mengawali usahanya, itu musim kemarau, ia harus berburu ke alam untuk mendapatkan indukan bekicot berkualitas. Selepas pukul 10 malam ia menyusuri licinnya bebatuan dan dinginnya malam untuk mencari indukan bekicot. Binatang ini memang aktif di malam hari.

“Perasaan takut ya ada. Tapi kalau nggak begini saya nggak bisa bayar sekolah anak dan beli keperluan dapur keluarga di rumah. Bahkan yang sering bikin merinding bukan hantu yang saya takuti, tapi beberapa gunjingan dari orang-orang yang mengatakan saya kurang kerjaan,” jelas Kang Sunar.

Indukan yang dipelihara tersebut kemudian berkembang biak. Masyarakat jadi tahu kalau ia membudidayakan bekicot. Pernah juga ada orang yang membeli bekicotnya 10 kg sekaligus.

Kemudian dari hasil transaksi yang diperoleh, ia mencoba memberikan informasi ke masyarakat sekitar bahwa dirinya juga menjadi pengepul bekicot. Dari sana kemudian banyak masyarakat yang menjual bekicot pada Kang Sunar. Sekarang bekicot yang dibudidaya olehnya jumlahnya sangat banyak.

Untuk merawat bekicot peliharaannya, Kang Sunar tidak terlalu repot karena untuk pakan sudah disediakan alam. “Biasanya saya kasih pakan dari  bayam, daun pepaya sekaligus buahnya. Pakan itu mudah saya dapatkan di pekarangan saya. Untuk perawatan yang terpenting cukup menjaga kelembaban kandang,” pungkasnya.

Kang Sunar mengatakan, bekicot siap dipanen setelah usia 5 bulan sejak dari telur. Namun, ia juga membeli bekicot yang dijual oleh masyarakat. “Biasanya bekicot itu didapat masyarakat di sawahnya. Jadi daripada dibuang, mending dijual ke saya,” kata Kang Sunar.

Harga jual  dan macam olahan bekicot 

 Mungkin banyak orang menganggap bekicot ini menjijikan dan terlihat ekstrim ketika memakannya. Tapi di Gunungkidul banyak peminatnya. Nyatanya dari data yang ada, bekicot ini jadi menu kuliner mahal di beberapa negara. Di Perancis menu kuliner berbahan bekicot yang disebut escargot punya tempat tersendiri bagi penikmatnya. Bekicot disukai selain karena citarasa yang enak juga karena kandungan gizi di dalamnya. Indonesia sendiri setiap tahunnya mengekspor bekicot ke pasar Eropa dan Amerika.

Kang Sunar terlihat sumringah saat menceritakan bagaimana pemasaran hasil bekicot peliharaannya. Pun beliau juga menyampaikan secara detil harga yang dibandrol ketika menjual hasil panen bekicot. Untuk bekicot yang utuh belum dicukil cangkangnya dijual seharga Rp. 2.500 per kg sedangkan untuk bekicot yang sudah dicukil dan dibersihkan dijual  Rp. 35.000 per kg.

Namun, Kang Sunar tak hanya menjual dalam bentuk mentahan. Dirinya juga menyediakan pesanan olahan bekicot seperti; rica-rica bekicot, tongseng bekicot dan sebagainya. Harga olahan matang tersebut dibandrol Rp. 20.000/Porsi.

Saya sendiri beberapa kali pernah mengonsumsi bekicot yang dimasak rica-rica. Secara tekstur, dagingnya menurut saya seperti rendang daging sapi. Berserat, ada yang kenyal dan lembut.

Setiap bulan ia menjual 25-30 kg daging bekicot. Menu olah bekicot biasanya ia jajakan di sekitaran pantai-panti di Gunungkidul. Ia senang, dengan ternak bekicot yang tak pernah ia pikirkan sebelumnya, mampu memenuhi kebutuhan harian keluarganya.

Kang Sunar merasa yang ia capai belum seberapa, ia memiliki harapan besar namun sederhana dari ternak bekicot yang dijalaninya. Ia ingin menciptakan lapangan kerja di desa dengan beternak bekicot.

BACA JUGA 21 Tahun Terkurung di Rumah dan Tak Sekolah, Bu Nani Dirikan PAUD dan liputan menarik lainnya.

Terakhir diperbarui pada 29 April 2021 oleh

Tags: bekicotgunungkidulternakternak bekicot
Nikma Al Kafi

Nikma Al Kafi

Mahasiswa Sastra Indonesia, Universitas Ahmad Dahlan.

Artikel Terkait

Pembukaan Pameran Gelar Olah Rupa dalam Festival Kebudayaan Yogyakarta (FKY) 2025 di Gunungkidul MOJOK.CO
Kilas

“Kulonuwun Gunungkidul” Jadi Upaya Merawat Hubungan Sosial Lewat Olah Rupa, Bertamu Tak Sekadar Bertemu

11 Oktober 2025
Adoh Ratu Cedhak Watu jadi tema Festival Kebudayaan Yogyakarta (FKY) 2025 di Gunungkidul MOJOK.CO
Kilas

Festival Kebudayaan Yogyakarta (FKY) 2025: Menyerap Etosa Budaya Gunungkidul dalam Adoh Ratu Cedhak Watu

4 Oktober 2025
Pantai Watu Kodok, Gunungkidul, Jogja. MOJOK.CO
Catatan

Jalan-jalan ke Pantai Watu Kodok Jogja Jadi Tak Menyenangkan karena “Orang yang Mencurigakan”

17 September 2025
Pilih slow living di Gunungkidul, Jogja usai pindah kerja di sebuah perusahaan yang ada di Dubai. MOJOK.CO
Ragam

Merelakan Gaji Besar dari Perusahaan di Dubai daripada Mental Rusak karena Tekanan Hidup dan Pilih Slow Living di Gunungkidul

12 Juni 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

musik rock, jogjarockarta.MOJOK.CO

JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan

5 Desember 2025
Warung makan gratis buat Mahasiswa Asal Sumatra yang Kuliah di Jogja. MOJOK.CO

5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana

4 Desember 2025
banjir sumatera. MOJOK.CO

Bencana di Sumatra: Pengakuan Ayah yang Menjarah Mie Instan di Alfamart untuk Tiga Orang Anaknya

1 Desember 2025
Dari Jogja ke Solo naik KRL pakai layanan Gotransit dari Gojek yang terintegrasi dengan GoCar. MOJOK.CO

Sulitnya Tugas Seorang Influencer di Jogja Jika Harus “Ngonten” ke Solo, Terselamatkan karena Layanan Ojol

1 Desember 2025
Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

Wonogiri Bukanlah Anak Tiri Surakarta, Kami Sama dan Punya Harga Diri yang Patut Dijaga

1 Desember 2025
Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

2 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.