Sore yang muram menghampiri Andini (18). Di saat teman-temannya dapat kabar baik diterima di UGM, Undip, bahkan UNY saat pengumuman hasil UTBK, Kamis (13/6/2024) lalu, nasib sebaliknya justru ia dapatkan.
“Masih belum tembus. Tapi terima kasih, Mas, buat supportnya,” kata dia melalui pesan singkat yang dikirim Sabtu (15/6/2024) kemarin.
Padahal sebelumnya, usaha Andini buat bisa ikut UTBK tak main-main. Keterbatasan ekonomi bikin dia tak mendapat restu kuliah.
Dia pun secara diam-diam berangkat ke Jogja, bermodal recehan sisa-sisa uang THR lebaran. Di Jogja pun, dia menginap di kos-kosan sempit daerah Pogung, sekamar bertiga bersama kenalan barunya.
“Saya juga dikabarin teman-teman sekamar dulu juga gagal. Memang belum rezekinya saja, Mas,” ujar perempuan asal Purworejo ini.
Saya pertama kali bertemu dengan Andini pada Sabtu (4/5/2024) lalu. Kala itu, ia baru saja menyelesaikan tes UTBK-nya di Digital Library UNY. Saat teman-temannya memutuskan kembali ke kos lebih dulu, Andini memilih untuk jalan-jalan di UNY karena itu pertama kalinya dia datang ke sana.
UNY memang jadi kampus dambaannya. Pada UTBK kali ini, ia memilih prodi S1 Administrasi Publik UNY dan S1 Pendidikan Pancasila Kewarganegaraan UNY. Sayangnya, mimpinya ini harus terkubur.
“Nggak mungkin, Mas, kalau nekat ikut Ujian Mandiri di UNY karena uang pangkalnya besar. Nggak mampu aku.”
Terancam nikah muda kalau gagal UTBK
Dalam obrolan kami dulu, Andini sempat bercerita mengenai alasannya nekat diam-diam ikut UTBK meski tak direstu orang tua.
Selain karena memang sejak SMA sangat berambisi buat kuliah, terutama masuk UNY, ia mengaku kalau jalan ini diambil karena tak mau nikah muda.
“Aku nggak mau nikah muda. Masih pengin nikmati masa muda,” tegasnya kala itu.
Di tempat tinggal Andini, fenomena nikah muda memang masih sering dijumpai. Apalagi kalau perempuan. Biasanya, paling jauh dua tahun setelah lulus SMA, mereka langsung berumah tangga.
Apalagi, Andini punya tetangga yang menurut dia, selama SMA adalah siswa berprestasi. Sayangnya, setelah lulus SMA dia langsung dinikahkan dengan lelaki yang 10 tahun lebih tua.
Kini, di usia yang hampir sama dengannya, tetangganya itu kehilangan masa mudanya. “Makanya aku ikut merasa trauma, apalagi pas lulus SMA bapak bilang ‘halah, mending langsung kerja, yang deket-deket saja sambil nunggu ada yang nikahin’,” ungkapnya waktu itu.
“Ya, sejak saat itu aku deg-degan banget dong, soalnya teman-teman satu angkatan beberapa sudah ada yang sebar undangan nikah juga.”
Terpaksa daftar PTS sambil kerja
Dalam obrolan kami baru-baru ini, saya pun menanyakan kepada Andini mengenai rencana dia ke depannya. Secara, dengan kegagalannya di UTBK, bikin ancaman nikah muda tadi semakin nyata. Apalagi, keinginannya buat kuliah tidak 100 persen di-support orang tua.
Andini pun mengatakan, ia masih larut dalam kesedihannya. Sebab, selain UNY adalah mimpinya, kuliah di PTN baginya adalah gerbang beasiswa.
Menurut Andini, meski biaya kuliah sama-sama mahal, kemungkinan dapat beasiswa di PTN lebih terbuka ketimbang PTS.
“Makanya aku masih belum ada ide, mau apa ke depan karena kemarin ikhtiar banget masuk UNY dan nggak nyiapin plan B,” jelasnya.
Namun, sementara ini yang dia pikirkan adalah pergi ke Jogja untuk bekerja. Fokusnya adalah merantau dahulu, karena kalau di rumah, kemungkinan “disuruh” nikah bakal sangat besar.
Andini pun sedang riset beberapa PTS yang biaya kuliahnya masih terjangkau. Setidaknya yang bisa ia bayar biaya kuliahnya dengan kerja sambilan.
“Yang kepikiran baru-baru ini ada dua, sih, Mas,” kata Andini.
“Pertama, aku mau daftar PTS sambil kerja freelance. Kedua, ya kalau nggak nemu yang murah, mungkin aku kerja dulu setahun baru gapyear tahun depan,” imbuhnya.
Soal tawaran kerja sendiri, Andini mengaku sudah ada. Kebetulan, dari salah satu teman yang dulu tinggal satu kos saat UTBK.
Penulis: Ahmad Effendi
Editor: Muchamad Aly Reza
Ikuti artikel dan berita Mojok lainnya di Google News