Selalu gagal menurunkan UKT tanpa diberikan alasan logis
Jujur, sejak awal masuk sebagai mahasiswa jalur Seleksi Mandiri UNY, Basri kuliah dengan setengah hati. Perasaan untuk berhenti selalu terlintas. Namun, ia tak berani jujur karena ibunya pasti akan sangat sedih.
Sadar akan tingginya biaya, Basri pun melakukan banyak upaya buat meringankan beban ibunya. Salah satunya, dan yang juga dilakukan ribuan mahasiswa UNY lainnya, adalah pengajuan penurunan UKT.
Sayangnya, upaya dia selalu menemui kegagalan. Total empat kali percobaan, hasilnya selalu sama: tidak turun sepeser pun.
“Ada temanku yang UKT-nya turun. Ya meski cuma berapa ratus setidaknya ada hasil kan ya. Sementara aku, 100 perak aja enggak,” jelas mahasiswa jebolan Seleksi Mandiri UNY ini.
Dan, yang selalu Basri pertanyakan, tak pernah ada penjelasan soal mengapa pengajuannya selalu ditolak. Padahal, kalau merujuk syarat dan ketentuan, harusnya dia bisa lolos.
“Ada temanku sekelas yang nasibnya sama kayak aku, dia yatim juga dan ngandalin uang pensiunan buat hidup. Bedanya, UKT dia turun aku enggak,” jelasnya.
“Aku tanya ke dosen, ke jurusan, tak sekalipun ada jawaban memuaskan.”
Enam semester kuliah di UNY, Basri sama sekali tak merasakan kebahagian. Apalagi jika melihat fakta kalau lulusan UNY, terlebih jurusan keguruan berakhir tragis. Kalau nggak jadi guru honorer, ya menjadi buruh upah murah.
Memutuskan cuti kuliah
Di tengah ketidakpastiannya tersebut, Basri memutuskan cuti untuk semester 7 nanti. Baginya, bekerja dan mengumpulkan uang buat membayar biaya kuliah adalah keputusan paling logis yang bisa ia ambil hari ini.
“Sekarang kalau aku gantian tanya, apa sih opsi terbaik selain cuti dan kerja ngumpulin duit bagi aku sekarang? Kalau lanjut kuliah, yang ada ibuku makin tersiksa,” ujar Basri.
Apalagi, adiknya tahun depan juga akan masuk kuliah. Tentunya, beban sang ibu yang cuma mengandalkan uang pensiuan almarhum ayahnya akan semakin berat. Kalau harus melimpahkan sebagian besar beban itu ke kakaknya yang sudah bekerja pun, rasanya sangat tidak adil. Sebab, ia tahu betul penghasilan kakaknya juga sangat pas-pasan.
“Aku udah bersumpah, ngomong ke adikku, nggak usah daftar UNY kalau lewatnya jalur mandiri. Biar aku aja yang hidup sama penyesalan ini.”
Penulis: Ahmad Effendi
Editor: Muchamad Aly Reza
Ikuti artikel dan berita Mojok lainnya di Google News