Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan Kampus

Ilmu Perpustakaan: Dulu “Jurusan Buangan” Kini Jadi Rebutan, Sampai Alumninya “Nyasar” ke Banyak Bidang

Ahmad Effendi oleh Ahmad Effendi
1 Oktober 2025
A A
Ilmu Perpustakaan.MOJOK.CO

Ilustrasi - Kuliah Ilmu Perpustakaan (Ega Fansuri/Mojok.co)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Dulu, Ilmu Perpustakaan sering jadi bahan olok-olok. Katanya, jurusan itu buat mereka yang gagal masuk Ilmu Komunikasi atau Manajemen. Bahkan, ada stereotipe kalau kuliahnya cuma belajar nyusun buku berdasarkan abjad.

Singkatnya, banyak yang menganggap jurusan ini sebagai pelarian saja. Namun, siapa sangka, di era ketika data dihargai begitu mahal, justru “si pelarian” ini pelan-pelan berubah jadi jurusan yang relevansinya makin kuat. 

Anak Ilmu Perpustakaan, pada akhirnya nggak cuma belajar cara mengarsip buku, tapi juga bagaimana mengelola informasi digital, bikin sistem repository kampus, sampai ngulik metadata yang bikin perpustakaan online kita bisa diakses dari mana aja. 

Diterima di Ilmu Perpustakaan, malah sempat hilang semangat kuliah

Dina (27) masih ingat hari ketika pengumuman SNBP (dulu SBMPTN) keluar, pada 2017 lalu. Nama jurusan yang terpampang di layar membuatnya bengong cukup lama: Ilmu Perpustakaan. 

Ia menatap ulang, memastikan tidak salah baca. Hatinya campur aduk antara lega karena lolos perguruan tinggi negeri di Jawa Barat, tapi canggung karena jurusan itu sama sekali tidak pernah ia masukkan dalam daftar impian.

“Aku milih Ilmu Perpustakaan di pilihan ketiga, karena peminatnya sedikit. Di pilihan 1 ambil Psikologi, pilihan 2 Manajemen,” kata perempuan asal Jogja ini, Senin (29/9/2025) malam.

Alhasil, saat teman-temannya sibuk mengunggah kabar diterima di Teknik Informatika, Kedokteran, atau Hukum, Dina hanya menatap layar ponselnya tanpa keberanian berbagi cerita.

Di lingkungan sekolahnya, Ilmu Perpustakaan memang tak mendapat stigma sebagai “jurusan pelarian.” Namun, ketika ia cerita bahwa dirinya lolos di jurusan ini, gurunya sempat bergurau:

“Lho, itu kuliahnya belajar cara jaga buku, ya?” Gurauan yang disambut tawa teman-temannya, tapi meninggalkan bekas getir di hati Dina. 

Belum lagi komentar-komentar di media sosial, seperti “Masa kuliah cuma buat jadi pustakawan?” atau “Kerjanya nanti cuma nyusun buku sesuai abjad?” Candaan-candaan seperti itu mungkin ringan, tapi bagi Dina yang baru melangkah ke dunia kuliah, terasa seperti beban tambahan yang harus ia pikul.

“Rasanya udah nggak semangat kuliah, padahal mulai aja belum,” imbuhnya.

Ketakutan akan masa depan

Ketakutan soal masa depan pun menghantuinya. Ia sempat membayangkan dirinya lulus lalu menganggur, atau paling banter bekerja sebagai penjaga perpustakaan kecil di sekolah. 

“Aku sampai kepikiran, masa iya empat tahun kuliah nanti cuma buat ngelanjutin jadi tukang fotokopi?” katanya sambil tertawa pahit ketika mengenang masa-masa awal kuliah. 

Kekhawatiran itu wajar, mengingat stereotipe yang menempel di dunia kerja Indonesia. Di mana “jurusan keren” akan langsung mengantarkan lulusannya ke karier gemerlap, sementara “jurusan kroco” seperti Ilmu Perpustakaan hanyalah persinggahan bagi mereka yang gagal masuk jurusan “bergengsi.”

Iklan

“Aku nggak munafik. Jujur banget dulu sangat takut kalau abis lulus nggak jadi apa-apa.”

Kuliah Ilmu Perpustakaan nggak cuma menata buku

Namun, waktu membuktikan lain. Selama kuliah, Dina justru menemukan sisi yang tak pernah ia bayangkan. 

Misalnya, ia belajar tentang manajemen informasi, digitalisasi arsip, sistem katalogisasi, hingga bagaimana mengelola repositori ilmiah. Dunia yang tadinya dianggap sebatas buku dan rak kayu, ternyata membuka jalan ke berbagai bidang baru. 

“Ternyata kami belajar coding dasar juga, untuk sistem informasi perpustakaan,” ujarnya.

Setelah lulus pun, apa yang ditakutkannya, nyatanya tak terbukti. Hari ini, Dina bekerja di sebuah lembaga penelitian swasta di Jakarta. Posisinya bukan sekadar staf administrasi, tapi manajer pengelolaan data digital, yang tugasnya memastikan ribuan dokumen riset bisa diakses, ditelusuri, dan disimpan dengan rapi. 

Gajinya? Relatif stabil, bahkan di atas rata-rata fresh graduate. 

“Kadang aku mikir, kalau dulu aku nekat pindah jurusan, mungkin nggak akan sampai di sini,” ucapnya. 

Ironi itu membuatnya kerap tersenyum: jurusan yang dulu ia jalani dengan terpaksa, justru menjadi pintu menuju kenyamanan karier.

Lulusannya bisa kerja di banyak bidang

Cerita Dina sebenarnya sejalan dengan data di sejumlah kampus. Penelitian di UIN Ar-Raniry, Aceh, misalnya, mencatat lulusan Ilmu Perpustakaan tersebar ke berbagai sektor, mulai dari sekolah, instansi pemerintah, sampai perusahaan swasta. 

Sementara itu, tracer study di UIN Alauddin, Makassar, menemukan 60–70 persen lulusan Ilmu Perpustakaan terserap kerja, meski tidak semuanya bekerja di perpustakaan. 

Angka itu mungkin belum menggambarkan situasi nasional. Namun, ia cukup buat menunjukkan bahwa stigma “jurusan buangan” tidak sepenuhnya benar.

Kisah serupa Dina juga datang dari Rahmat (27). Ia kawan satu angkatan Dina. Bedanya, Rahmat sejak awal memang sudah niat mendaftar ke jurusan ini.

Bukan apa-apa, ia sebelumnya memang sudah riset soal gambaran besar jurusan ini. Kalau menurut cerita Rahmat, awal masuk kuliah memang jadi masa yang berat.

“Jurusannya dianggap remeh lah, dipandang sebelah mata, pokoknya kayak nggak dianggep,” katanya, Senin (29/9/2025) malam.

Namun, titik balik muncul ketika ia magang di sebuah perusahaan startup teknologi di Surabaya. Di sana, Rahmat ditempatkan di divisi knowledge management—bagian yang mengatur alur dokumen, database internal, hingga perpustakaan digital perusahaan.

Keahliannya di bidang katalogisasi dan metadata, yang dulu dianggap remeh, justru membuatnya cepat diandalkan. Setelah lulus, ia langsung direkrut permanen sebagai staf arsip digital.

Kini, setelah dua tahun bekerja, ia malah sudah naik menjadi supervisor dan memimpin tim kecil yang mengelola ribuan file perusahaan. 

“Kadang aku ketawa sendiri, dulu dibilang kuliah jurusan buangan, sekarang malah bisa kerja di perusahaan teknologi,” pungkasnya.

Penulis: Ahmad Effendi

Editor: Muchamad Aly Reza

BACA JUGA: Dari Dulu Nggak Percaya ITB Kampus Terbaik, Masuk Jurusan Teknik Perminyakan UPN Veteran Yogyakarta adalah Keputusan Tepat atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan

Terakhir diperbarui pada 30 September 2025 oleh

Tags: data analystilmu perpustakaanjurusan ilmu perpustakaanjurusan prospek kerja tinggipilihan redaksiprospek kerja jurusan ilmu perpustakaan
Ahmad Effendi

Ahmad Effendi

Reporter Mojok.co

Artikel Terkait

pendidikan, lulusan sarjana nganggur, sulit kerja.MOJOK.CO
Ragam

Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada

5 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO
Ragam

Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra

4 Desember 2025
Gen Z fresh graduate lulusan UGM pilih bisnis jualan keris dan barang antik di Jogja MOJOK.CO
Ragam

Gen Z Lulusan UGM Pilih Jualan Keris, Tepis Gengsi dari Kesan Kuno dan Kerja Kantoran karena Omzet Puluhan Juta

2 Desember 2025
Judi Online, judol.MOJOK.CO
Ragam

Pengalaman Saya 5 Tahun Kecanduan Judol: Delusi, bahkan Setelah Salat pun Doa Minta Jackpot

2 Desember 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Maybank Cycling Mojok.co

750 Pesepeda Ramaikan Maybank Cycling Series Il Festino 2025 Yogyakarta, Ini Para Juaranya

1 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra

4 Desember 2025
pendidikan, lulusan sarjana nganggur, sulit kerja.MOJOK.CO

Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada

5 Desember 2025
Guru sulit mengajar Matematika. MOJOK.CO

Susahnya Guru Gen Z Mengajar Matematika ke “Anak Zaman Now”, Sudah SMP tapi Belum Bisa Calistung

2 Desember 2025
Menanti kabar dari keluarga, korban bencana banjir dan longsor di Sumatera. MOJOK.CO

‘Kami Sedih dan Waswas, Mereka seperti Tinggal di Kota Mati’ – Kata Keluarga Korban Bencana di Sumatera

1 Desember 2025
Pelaku UMKM di sekitar Prambanan mengikuti pelatihan. MOJOK.CO

Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih

3 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.