Lulusan cumlaude UNDIP yang tak jadi apa-apa
Ruli mengaku sang ibu mendorong betul agar ia mengikuti rekrutmen-rekrutmen dari instansi pemerintah. Mulai dari rekrutmen BUMN hingga Seleksi CPNS ia ikuti. Tapi nggak ada yang lolos.
Dalam rentang 2021 hingga 2022, Ruli sempat menjadi pengangguran, tak punya pekerjaan tetap.
“Saat itu ya paling bantu-bantu bapak di selepan,” katanya.
Karena lamanya durasi nganggur Ruli, ibunya sering kali menyindir dan membanding-bandingkan Ruli dengan anak teman-teman ibunya yang setelah lulus rata-rata langsung dapat kerja, di instansi pemerintah hingga perusahaan mentereng pula. Alhasil makin tekanan batin lah Ruli.
Bahkan, kadang setiap kali ada yang tanya-tanya tentang Ruli, ibu Ruli malah menjawab dengan tendensi merendahkan.
“Misal yang sering aku dengar dari ibu, kuliah habis uang banyak, tapi ya gitu, masih nganggur. Nggak jadi apa-apa,” ujar Ruli menirukan perkataan ibunya.
Lama-lama Ruli tak tahan. Daripada ia terus-terusan nganggur dan selalu mendapat “komentar rendah” dari ibunya sendiri, ia kemudian nekat bekerja sedapat-dapatnya di Semarang.
Per akhir 2022, atas bantuan dari temannya, ia bekerja di sebuah outlet perlengkapan naik gunung di Semarang.
Pekerjaan yang, menurut ibu Ruli, juga tak sepatutnya untuk seorang sarjana. Apalagi yang menyandang predikat cumlaude dari UNDIP Semarang.
“Sarjana cumalude kok “jaga toko”. Itu kata ibu. Padahal kalau ngomong gaji, gaji Semarang lumayan lah ketimbang di Pati,” ucap Ruli.
Ruli sendiri sempat bertanya-tanya, sebenarnya ibunya itu ibu kandung nggak sih?
Karena ketika ia bercerita pada teman-temannya, banyak dari temannya yang ikut tak habis pikir dengan ibu Ruli.
Sebab, umumnya seorang ibu, pasti akan menerima apapun dan bagaimanapun kondisi sang anak. Bahkan untuk kondisi terburuk sekalipun. Yang identik jahat kan ibu tiri.
Reporter: Muchamad Aly Reza
Editor: Agung Purwandono
Ikuti berita dan artikel Mojok lainnya di Google News