Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan Kampus

Dosen Green Flag Jadi Kunci Mahasiswa Malang Lulus Cepat, Kemewahan Terakhir yang Sulit Didapatkan Mahasiswa

Ahmad Effendi oleh Ahmad Effendi
13 Februari 2024
A A
Dosen Green Flag Jadi Kunci Mahasiswa Malang Lulus Cepat, Kemewahan Terakhir yang Sulit Didapatkan Mahasiswa.mojok.co

Ilustrasi Dosen Green Flag Jadi Kunci Mahasiswa Malang Lulus Cepat, Kemewahan Terakhir yang Sulit Didapatkan Mahasiswa (Mojok)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Menurut mitos, dosen pembimbing skripsi kebanyakan killer, ribet, dan seringnya jadi alasan penghambat kelulusan mahasiswa. Pendeknya, mereka red flag banget. Namun, bagaimana jika ada dosen yang punya tipe sebaliknya alias green flag? Hal inilah yang dirasakan oleh dua mahasiswa Malang, Jawa Timur.

Sebelumnya, Mojok menayangkan tulisan berjudul “Mahasiswa UNY Dapat Dosen Pembimbing Suka Ghosting, Nyaris Bikin Lulus” pada 14 Desember 2023 lalu. Melalui liputan tersebut, saya memotret pengalaman Ismail (24) dan Rudi (23), dua mahasiswa UNY yang pernah punya dosen pembimbing alias dosbing tukang ghosting. 

Baik dosbing Ismail maupun Rudi, keduanya sama-sama suka ilang-ilangan. Akibatnya, proses bimbingan mereka menjadi molor dari yang sudah direncanakan. Mereka pun jadi telat lulus.

Ironisnya lagi, pengalaman serupa tak hanya dialami dua mahasiswa UNY itu. Nyatanya kebanyakan mahasiswa memang mengeluhkan soal dosbing mereka yang kolot, ribet, tukang ghosting, dan menyusahkan mahasiswanya untuk lulus.

Mahasiswa Malang justru dapat dosbing green flag

Untungnya, pengalaman tersebut tak pernah mahasiswa asal Malang, Jawa Timur bernama Siti A’imatul Mursidayani (23) alami. Selama bimbingan skripsi, justru dosbingnya sangat green flag: tidak kolot, tak pernah ilang-ilangan, dan penuh pengertian.

A’im, sapaan akrabnya, adalah alumnus Politeknik Kesehatan (Poltekkes) Kemenkes Malang. Ia merupakan mahasiswa jurusan Sarjana Terapan Gizi dan Dietetika angkatan 2019.

Sejak menjadi mahasiswa baru ia sudah mengenal dosen yang nantinya bakal menjadi penyelamatnya itu. Rany Adelina, nama dosen tersebut, awalnya adalah dosen pembimbing akademiknya. “Jadi sejak maba beliau sudah jadi dosen yang jadi tempat saya mengkonsultasikan soal IPK, hambatan selama kuliah hingga menunjang nilai per mata kuliah,” katanya kepada Mojok, Minggu (11/2/2024) malam.

Kini, Rany memang tercatat tak aktif lagi mengajar di Poltekkes Kemenkes Malang. Ia sedang sibuk mengambil studi doktoralnya di Kyoto University, Jepang.

Fast response adalah kunci

Tak seperti dosen-dosen pembimbing skripsi Ismail dan Rudi yang sangat lama membalas pesan, menurut A’im, Rany termasuk tipe orang yang responsif. Sejak semester kedua, kampusnya memberlakukan perkuliahan daring karena pandemi Covid-19. Alhasil, konsultasinya ke dosen pembimbing akademik pun harus ia lakukan via Whatsapp.

“Nah, saat konsultasi ke beliau ini chatan kami itu seperti teman saja, begitu kirim chat langsung centang biru dan dibalas,” ujar perempuan asal Pasuruan ini.

Awalnya A’im mengira kalau itu kebetulan saja. Ia berpikir dosennya itu sedang selo saja, makanya bisa cepat membalas cepat. Namun, ternyata teman-temannya juga merasakan hal yang sama saat konsultasi ke dosennya tersebut.

“Jadi sebelum skripsian pun udah tahu kalau beliau memang responsif.”

Sikap “anti-kertas” yang sangat membantu mahasiswa

Selain responsif, satu hal yang amat A’im syukuri: dosbingnya itu punya sikap paperless alias anti-kertas. Tentu ini menjadi kemewahan terakhir bagi mahasiswa, sebab sudah jadi rahasia umum kalau negara ini masih jauh dari paperless–orang e-KTP saja masih minta fotokopi.

Dalam kultur bimbingan skripsi, masih banyak dosen yang meminta “apa-apa” kudu ada salinan kertasnya. Pledoi yang dosen sampaikan, “biar gampang corat-coret”, katanya.

Iklan

Namun, dosen pembimbing A’im sudah meninggalkan kebiasaan tersebut. “Awalnya kupikir bimbingan saja yang online, ternyata sampai minta tanda tangan pun beliau menyuruh online juga,” katanya.

A’im yang sering bolak-balik ke luar kota untuk PKL pun cukup terbantu dengan kebijakan ini. Sebab, dia tak harus mondar-mandir untuk bimbingan di kampus atau sekadar minta tanda tangan.

Gara-gara dosen pembimbing yang green flag itulah A’im bisa menyelesaikan skripsinya tepat waktu. Tak cuma hemat waktu, sikap paperless itu nyatanya juga bikin dia hemat secara materil karena tak perlu fotokopi berkas revisian berkali-kali.

“Kalau bukan beliau, kayaknya skripsiku bakal selesai dua bulan lebih lambat,” ujarnya. “Selain itu, kalau bukan beliau, dana yang kukeluarkan bakal jadi lebih banyak pastinya.”

Dosen yang kapan saja mau diajak diskusi

Selain A’im, kemewahan dapat dosbing green flag juga pernah dirasakan Fredi* (24), alumnus Universitas Negeri Malang (UM). Mahasiswa angkatan 2019 ini nyaris tak sanggup menyelesaikan skripsinya karena dosbingnya ilang-ilangan.

Dosen Green Flag Jadi Kunci Mahasiswa Malang Lulus Cepat, Kemewahan Terakhir yang Sulit Didapatkan Mahasiswa.mojok.co
Ilustrasi Fredi tak kuat dengan dosen pembimbing yang slow response dan ilang-ilang (Mojok)

“Alasannya sih selalu sama, ke luar kota. Kalau enggak penelitian ya ada aja acaranya,” katanya, saat saya hubungi Selasa (13/2/2024). Imbasnya, dia pun khawatir kalau proses bimbingannya bakal tersendat-sendat.

Merasa tak kuat, Fredi pun mengajukan permintaan ganti dosbing ke prodinya. Fredi pun menunjuk satu nama dosen muda yang begitu ia kenal dan untungnya mendapat persetujuan.

Sikap dosen pembimbing baru ini pun seperti yang ia harapkan. Respons chatnya amat cepat, dan bisa ia ajak diskusi kapan saja. “Kalau ke beliau, bimbingan enggak kudu di kampus. Bisa langsung ke rumahnya atau ke coffee shop sambil ngopi bareng,” kata dia.

“Beliau juga enggak baperan, dichat kapan saja responsif meski saya juga tahu diri buat enggak chat larut malam. Teman saya yang coba chat dosen tua jam lima sore aja pernah kena semprot habis-habisan.”

Baca halaman selanjutnya…

Dosen tua memang berpengalaman, tapi dosen muda lebih paham kemajuan zaman

Halaman 1 dari 2
12Next

Terakhir diperbarui pada 15 Februari 2024 oleh

Tags: Dosendosen pembimbinggreen flagKampusMahasiswaMalangpilihan redaksiskripsi
Ahmad Effendi

Ahmad Effendi

Reporter Mojok.co

Artikel Terkait

Lulus S2 dari UI, resign jadi dosen di Jakarta. MOJOK.CO
Kampus

Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar

5 Desember 2025
pendidikan, lulusan sarjana nganggur, sulit kerja.MOJOK.CO
Ragam

Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada

5 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO
Ragam

Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra

4 Desember 2025
Warung makan gratis buat Mahasiswa Asal Sumatra yang Kuliah di Jogja. MOJOK.CO
Liputan

5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana

4 Desember 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Relawan di Sumatera Utara. MOJOK.CO

Cerita Relawan WVI Kesulitan Menembus Jalanan Sumatera Utara demi Beri Bantuan kepada Anak-anak yang Terdampak Banjir dan Longsor

3 Desember 2025
Kirim anak "mondok" ke Dagestan Rusia ketimbang kuliah UGM-UI, biar jadi petarung MMA di UFC MOJOK.CO

Tren Rencana Kirim Anak ke Dagestan ketimbang Kuliah UGM-UI, Daerah Paling Islam di Rusia tempat Lahir “Para Monster” MMA

1 Desember 2025
Gen Z fresh graduate lulusan UGM pilih bisnis jualan keris dan barang antik di Jogja MOJOK.CO

Gen Z Lulusan UGM Pilih Jualan Keris, Tepis Gengsi dari Kesan Kuno dan Kerja Kantoran karena Omzet Puluhan Juta

2 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra

4 Desember 2025
Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

2 Desember 2025
Para penyandang disabilitas jebolan SLB punya kesempatan kerja setara sebagai karyawan Alfamart berkat Alfability Menyapa MOJOK.CO

Disabilitas Jebolan SLB Bisa Kerja Setara di Alfamart, Merasa Diterima dan Dihargai Potensinya

2 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.