Sarjana Pendidikan Bahasa Arab yang setiap hari scrool media sosial cari lowongan kerja
Ia kembali mengirimkan lamaran-lamaran yang ia tahu sebenarnya sudah di luar kompetensinya. “Ya, akhirnya saya sadar, itu lowongan memang bukan untuk saya, misalnya saja sekolah bilingual, sayanya nggak bisa bahasa Inggris,” katanya tertawa.
Hasnah setiap hari scroll sosial media dan follow akun lowongan kerja untuk mencari pekerjaan. Kadang ia juga datang ke job fair karena melihat iklan loker yang menarik. Namun, saat datang mayoritas posisi yang dibutuhkan adalah marketing dan sales. Jauh dari kemampuan yang ia miliki.
Ia tidak lagi mengejar impian harus bekerja di institusi pendidikan, lowongan kerja sebagai administrasi di perusahaan konveksi, admin di klinik kecantikan ia masuki. “Saingannya banyak yang daftar, pas sesi wawancara pasti ditanya background pendidikan saya,” kata Hasnah.
Hasnah mengatakan, dari 100 teman-temannya satu angkatan di Pendidikan Bahasa Arab, hanya sedikit yang bekerja menjadi guru, itu pun kebanyakan menjadi guru honorer. Ada yang gajinya hanya sekitar 300 ribu rupiah perbulan. “Ada juga banting setir jadi admin logistik di pabrik, jadi guru honorer, tapi paling banyak ya jadi pengangguran,” kata Hasnah tertawa.
Menurut Hasnah, lowongan kerja di Lampung dibilang sedikit, tapi banyak juga info lowongan kerja, tapi disebut banyak lowongan kerja, nggak juga. “Teman-teman seumuran saya sebagian besar itu merantau ke Jawa untuk bekerja di pabrik di daerah Bekasi. Saya kalau boleh merantau pasti juga cari pekerjaan ke Jawa,” katanya.
Mode pasrah cari pekerjaan apa saja, yang penting kerja
Hasnah sudah dalam mode pasrah untuk cari pekerjaan. Ia tidak pilih-pilih pekerjaan yang penting ia ingin kerja dulu. “Mau ke pabrik, di sekolah, saya sudah pasrah waktu itu, yang penting kerja dulu,” katanya.
Akhir Desember 2023, ia akhirnya dapat kabar gembira. Setidaknya ketika ada orang yang bertanya, ia sudah bekerja. “Saya sekarang bekerja sebagai tutor online untuk bahasa Arab, agama Islam, dan Baca Tulis Al-Quran,” kata Hasnah.
Hasnah, menceritakan sebenarnya Desember lalu, ia mendapat iming-iming kerja di sekolah lewat orang dalam. Orang tersebut adalah salah satu calon anggota DPD yang mencalonkan pemilu tahun ini. “Syaratnya saat pemilihan mencoblos orang tersebut. Karena keluarga terus mendesak untuk mengambil dan berpikir untuk jenjang karir ke depannya (PNS) saya akhirnya kirim berkas ke timses beliau,” katanya.
Hasnah sebenarnya tidak berminat, karena gajinya sebagai tutor online lebih tinggi. “Dan, sampai sekarang nyatanya tidak ada kabar sama sekali. Padahal foto KTP keluarga saya sudah mereka ambil untuk keperluan pemilu tim beliau. Tapi memang harapan saya gak mau kerja di situ sih pak, sungkan. Hehee, sekaligus lagi menikmati peran sebagai freelancer,” katanya.
Sebagai seorang sarjana pendidikan, Hasnah masih menyimpan mimpi untuk menjadi guru ASN. Ia masih menunggu Kemenag membuka Program Pendidikan Profesi Guru Prajabatan. Di Kemendikbud, program ini sudah berjalan sehingga banyak freshgraduate yang mengincarnya. Ini sebagai lompatan sebelum menjadi ASN.
“Tahun 2023 sudah ada wacana di pertengahan tahun Kemenag akan membuka, tapi sampai sekarang belum terlaksana. Bukan hanya Pendidikan Bahasa Arab yang menunggu program ini, teman-teman calon guru di Pendidikan Agama Islam juga menunggu-nunggu, karena kami tidak ada PPG Prajabatan,” katanya.
Menurut Hasna, kalau Kemenang membuka program itu ia pasti akan mendaftar. Namun, selagi belum ada ia menikmati pekerjaannya sebagau tutor online sambil mencari pandangan, jika tidak menjadi ASN banting stir di instansi lain yang membutuhkan lulusan sarjana pendidikan seperti dirinya.
Penulis: Agung Purwandono
Editor: Hammam Izzuddin
Cek berita dan artikel Mojok lainnya di Google News