Sahabat lama, yang tak pernah berjumpa selama 20 tahun terakhir, akhirnya dipertemukan. Momennya pun unik, yakni saat mengantar anak mereka tes UTBK di UNY pada Sabtu (4/5/2024). Tak cuma sukacita, momen pertemuan itu sekaligus jadi tempat “adu nasib” dan berbagi keresahan soal mahalnya uang kuliah.
Hendi (43) bersama istrinya, Nunung (41), tak pernah merencanakan pertemuan itu. Jangankan agenda ketemuan, nomor HP sahabatnya saja dia sudah tak punya. Wajar, sudah sekitar 23 tahun lalu Hendi dan Nunung nongkrong bareng Yahya (43), teman masa muda mereka.
Meski sama-sama berasal dari Purworejo, sejak masing-masing telah berkeluarga, mereka lost contact. Pendeknya, sudah sibuk urusan keluarga masing-masing. Kabar dari para sahabat pun hanya mereka dengar dari cerita orang lain.
Siang itu, selepas melangsungkan salat Dzuhur, Hendi dan Nunung duduk di gazebo belakang gedung Dekanat Fishipol UNY untuk menyantap bekal mereka. Di tempat itu juga ada orang lain, sepasang suami istri dan seorang anak kecil.
“Saya awalnya lama memandang, menebak-nebak, kayak kenal. Nah, dia [Yahya] juga kelihatannya sekali-kali melihat saya kayak memastikan,” kata Hendi.
“Nggak salah ternyata itu memang sahabat lama saya, datang sama istri dan anaknya. Kita semua langsung ketewa satu sama lain,” sambungnya.
Hendi mengingat, terakhir terakhir mereka bertemu saat usia mereka masih 20 tahunan. “Eh kok sekarang ketemunya pas anak-anak kita sudah 18-an tahun. Di acara yang sama [UTBK] pula.”
Kerja di bidang pendidikan, tapi nggak mau anaknya masuk jurusan kependidikan di UTBK
Hendi dan Nunung, keduanya bekerja di salah satu lembaga pendidikan nonformal di Purworejo. Pekerjaan mereka membidangi urusan terkait kejar paket A, B, dan C bagi para siswa yang tak selesai.
Begitu juga Yahya, ia bekerja sebagai karyawan honorer di sebuah SD di Purworejo. Sementara istrinya merupakan PNS guru di sekolah yang sama.
“Makanya pas ketemu langsung nyambung aja. Ya obrolannya nggak jauh-jauh soal dunia pendidikan,” kata Hendi sambil tertawa.
Meski punya latar belakang bekerja di bidang pendidikan, mereka justru tak mau anak-anak mereka mengikuti jejak orang tua. Hendi, misalnya, memilih memasukkan putrinya di jurusan Ilmu Hukum.
Pada UTBK kali ini, sang putri memilih S1 Ilmu Hukum Unsoed di pilihan pertama dan S1 Ilmu Hukum UNS Solo untuk pilihan kedua. Sementara putra Yahya, memutuskan membidik S1 Statistika dan Data Sains, serta D4 Statistika Terapan dan Komputasi Data, keduanya di UNNES Semarang.
“Sebagai orang yang kerja di bidang ini, ya, kita paham toh, Mas, bagaimana suramnya menjadi pendidik. Jadi guru itu untung-untungan saja nasibnya, meski banyak nggak untungnya,” ujar Hendi.
“Makanya sebisa mungkin anak-anak saya jangan jadi guru atau pendidik lah, harapannya begitu.”
Baca halaman selanjutnya…
Reuni tak terduga, tapi isinya sambatan biaya kuliah yang mahal. Terutama di Unsoed.