Mampu berdamai, dan malah bersyukur karena tahu sekarang biaya kuliah di kampus ini amat mahal
Driver ojol ini tak ingat secara pasti berapa lama ia berlarut-larut dalam kekecewaannya gagal lolos UNY. Tapi yang pasti, kegagalannya masuk PTN nyaris mengubur mimpinya buat kuliah.
“Waktu itu takut buat daftar PTS karena sudah pasti mahal. Padahal orang tua biasa-biasa aja secara ekonomi,” jelasnya.
Ia pun memilih buat gapyear. Keputusan ini pada akhirnya ia syukuri, karena saat itu pandemi Covid-19 tiba-tiba menerjang. Mobilitas masyarakat, termasuk kehidupan perkuliahan, seketika berhenti.
Selain itu, kegagalannya masuk UNY menjadi berkah tersendiri baginya. Sebab, ia menyadari kalau biaya kuliah di kampus ini ternyata amat mahal. Baik itu dari besaran UKT, maupun biaya tambahan seperti uang pangkal.
“Bayangin kalau waktu itu saya diterima UNY pas seleksi mandiri, buat ngasih makan ego kena uang pangkal Rp10 juta. Belum UKT-nya entah berapa,” kata Prayoga.
Berita-berita soal mahasiswa UNY yang kena uang pangkal hingga puluhan bahkan ratusan juta, bikin niatnya daftar UNY di tahun berikutnya surut. Belum lagi cerita-cerita soal UKT mahal membuatnya makin ragu.
Akhirnya, pada 2020 Prayoga memutuskan mendaftar di salah satu PTS Jogja. Kalau dia bandingkan, biaya kuliah per semesternya jauh lebih rendah ketimbang teman-temannya UNY.
Penulis: Ahmad Effendi
Editor: Muchamad Aly Reza
Ikuti berita an artikel Mojok lainnya Google News