Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan Kampus

Sudah Nggak Zamannya Aktivis Lulus Molor, Harus Membuktikan Diri Lulus Cepat IPK Tinggi Meski Sibuk-sibuknya di Organisasi

Muchamad Aly Reza oleh Muchamad Aly Reza
1 Maret 2024
A A
Aktivis Lulus Molor Sudah Nggak Zaman MOJOK.CO

Ilustrasi - Aktivis lulus molor sudah nggak zaman. (Mojok.co)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Selama ini aktivis kampus memang sering kali identik lulus molor. Sebab, para aktivis ini terlampu sibuk dengan urusan organisasi dan pergerakan. Sehingga kuliah pun keteteran.

Namun, makin ke sini, nampaknya sudah nggak zaman lagi aktivis kampus lulusnya molor, apalagi sampai terancam drop out (DO).

Justru aktivis kampus harus membuktikan diri, bahwa kesibukan di organisasi tak serta merta membuat kuliah mereka terganggu.

***

“Harus konsekuen. Pilih jadi aktivis, berarti ya harus siap tempur. Siap sibuk di organisasi, tapi juga siap aktif di perkuliahan,” ucap Fakhri (26), aktivis pergerakan di kampus Surabaya yang bisa lulus tepat waktu dan dengan IPK 3,56.

Aktivis yang Fakhri maksud bukan hanya merujuk pada mahasiswa yang aktif di organisasi pergerakan. Tapi mencakup semua organisasi, baik di kampus maupun non kampus.

Kepada junior-juniornya di organisasi, Fakhri menekankan agar menghapus image minor soal aktivis yang selama ini diamini oleh banyak mahasiswa.

“Kalau di organisasi garang, tapi kalau di perkuliahan melempem. Jangan seperti itu! Harus bisa unjuk gigi dua-duanya,” katanya.

Penuturan Fakhri tersebut selaras dengan cerita-cerita beberapa aktivis (mereka yang aktif berorganisasi di kampus) yang saya dapatkan belakangan ini. Saya ambil dua contoh saja.

Aktivis Lulus Molor Sudah Nggak Zaman MOJOK.CO
Ilustrasi aktivis kampus. (Maria Oswalt/Unsplash)

Sibuk organisasi tapi tetap berprestasi

Yang pertama adalah cerita dari  Ike Trisdayanti, aktivis dari Universitas Muhammadiyah Malang (UMM).

Ike, panggilan akrabnya, dinyatakan lulus dari Prodi Akuakultur Fakultas Pertanian Peternakan UMM dengan IPK 3,98. Ia resmi menjadi wisudawan pada Selasa, (13/2/2024) lalu.

Yang spesial adalah, Ike lulus sebagai sarjana Akuakultur UMM tanpa skripsi. Sebab, ia telah mempersembahkan prestasi yang gemilang bagi UMM.

“Pada Pekan Ilmiah Nasional (Pimnas) 2023 lalu, dua judul saya lolos dan menghasilkan medali,” ujar mahasiswi asal Blitar, Jawa Timur itu seperti termuat dalam rilis resmi UMM.

Adapun dua karya ilmiah yang Ike buat membahas aspek yang sama, yakni mengenai pencegahan penyakit udang dengan bacteriophage.

Iklan

Persisnya mencegah penyakit AHPND Acute Hepatopancreatic Necrosis Deasea, yakni penyakit yang menyebabkan organ pencernaan pada udang seperti usus tengah, hepatopankreas, dan lambung berwarna pucat dan kosong.

“Kemenangan itu juga membuat saya bisa lulus tanpa skripsi dan akhirnya bisa wisuda dengan baik,” tuturnya.

Ike sendiri bukan tipikal mahasiswi yang hanya duduk diam di bangku kuliah saja.

Selama kuliah di UMM, Ike juga bisa dibilang sebagai aktivis yang sangat sibuk karena mengikuti banyak organisasi.

Di UMM, tercata ia pernah menjabat sebagai sekretaris umum Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Akuakultur. Ia juga aktif melakukan penelitian dan membantu dosen dengan menjadi asisten laboratorium di beberapa mata kuliah serta bioteknologi.

Itu masih belum organisasi dan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) lain yang Ike ikuti.

Namun nyatanya, sebagai aktivis yang sangat sibuk, ia membuktikan bahwa hal itu tak bisa jadi alasan untuk lulus molor.

Menjadi aktivis yang berkelas

Cerita lain datang dari Magdalena Asmara, aktivis dari Universitas Sebelas Maret (UNS), Surakarta, Jawa Tengah.

Magda, sapaan akrabnya, lulus dengan predikat cumlaude (IPK 3,98). Ia baru saja resmi menjadi sarjana Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UNS pada Sabtu, (24/2/2024).

Magda memang tak sama seperti Ike, menjadi aktivis yang lulus dengan IPK sempurna bahkan tanpa mengerjakan skripsi.

Magda tetap mengerjakan skripsi. Di tengah-tengah kesibukannya sebagai aktivis di UNS, nyatanya ia mampu menuntaskan skripsinya hingga lulus di semester 7.

Dari informasi di laman resmi UNS, ada beberapa organisasi yang Magda ikuti selama kuliah di UNS, antara lain  Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Prodi Ekonomi Pembangunan, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FEB, dan tergabung dalam Semar Preneur serta Helpdesk FEB UNS.

Magda bahkan sempat mengikuti Program Kampus Merdeka Bank Indonesia (KMBI) Batch 6 pada semester 6, artinya di tengah-tengah masa skripsiannya.

Magda—dan juga Ike—menunjukkan bagaimana menjadi seorang aktivis yang berkelas. Di masa sekarang, sudah tak zamannya aktivis lulus telat. Karena sekarang situasinya cenderung serba mudah. Tak serunyam dan semencekam aktivis era 98.

Sama-sama dari orang kelas bawah

Yang spesial lagi, baik Ike maupun Magda bukan berangkat dari orang berpunya.

Ike adalah anak dari penjual warung kopi di Blitar. Sementara Magda adalah anak dari buruh bangunan di Solo.

Magda bahkan sempat berada di fase “kuliah modal dengkul” karena mengandalkan kebaikan dari teman-temannya di FEB UNS.

“Pada waktu itu saya tidak memiliki laptop. Teman-teman rela untuk meminjami hingga saya bisa beli laptop sendiri,” tutur Magda.

Masih ada banyak cerita-cerita dari kalangan aktivis kampus yang lulus tepat waktu dan dengan IPK memuaskan. Bahkan, rata-rata dari mereka berangkat dari keluarga yang sangat sederhana.

Coba cek saja di Google dengan mengetikkan “kisah unik mahasiswa miskin”. Ada cukup banyak cerita-cerita mahasiswa yang mirip dengan Magda dan Ike.

Pada intinya, karena situasi di dunia aktivisme saat ini berbeda dengan era 98, di masa sekarang rasa-rasanya sudah tak zaman ada aktivis yang lulus molor apalagi sampai terancam DO.

Reporter: Muchamad Aly Reza
Editor: Agung Purwandono

BACA JUGA: Meski Punya Banyak Kampus Besar Surabaya Tak Cocok Jadi Kota Pelajar, Diskusi dan Baca Buku Saja Jadi Hal Tabu

Ikuti berita dan artikel Mojok lainnya di Google News

Terakhir diperbarui pada 29 Februari 2024 oleh

Tags: Aktivismahasiswipilihan redaksiUMMUNS
Muchamad Aly Reza

Muchamad Aly Reza

Reporter Mojok.co

Artikel Terkait

pendidikan, lulusan sarjana nganggur, sulit kerja.MOJOK.CO
Ragam

Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada

5 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO
Ragam

Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra

4 Desember 2025
Gen Z fresh graduate lulusan UGM pilih bisnis jualan keris dan barang antik di Jogja MOJOK.CO
Ragam

Gen Z Lulusan UGM Pilih Jualan Keris, Tepis Gengsi dari Kesan Kuno dan Kerja Kantoran karena Omzet Puluhan Juta

2 Desember 2025
Judi Online, judol.MOJOK.CO
Ragam

Pengalaman Saya 5 Tahun Kecanduan Judol: Delusi, bahkan Setelah Salat pun Doa Minta Jackpot

2 Desember 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

2 Desember 2025
8 tahun merantau di Jakarta akhirnya resign. MOJOK.CO

Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama

4 Desember 2025
Menanti kabar dari keluarga, korban bencana banjir dan longsor di Sumatera. MOJOK.CO

‘Kami Sedih dan Waswas, Mereka seperti Tinggal di Kota Mati’ – Kata Keluarga Korban Bencana di Sumatera

1 Desember 2025
Maybank Cycling Mojok.co

750 Pesepeda Ramaikan Maybank Cycling Series Il Festino 2025 Yogyakarta, Ini Para Juaranya

1 Desember 2025
Relawan di Sumatera Utara. MOJOK.CO

Cerita Relawan WVI Kesulitan Menembus Jalanan Sumatera Utara demi Beri Bantuan kepada Anak-anak yang Terdampak Banjir dan Longsor

3 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra

4 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.