Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan Histori

Traumanya Keraton Yogyakarta dan Keraton Surakarta, Tak Mau Lagi Pakai Nama Diponegoro

Agung Purwandono oleh Agung Purwandono
30 Maret 2024
A A
Traumanya Keraton Yogyakarta dan Keraton Surakarta, Tak Mau Lagi Pakai Nama Diponegoro MOJOK.CO

Ilustrasi Traumanya Keraton Yogyakarta dan Keraton Surakarta, Tak Mau Lagi Pakai Nama Diponegoro. (Ega Fansuri/Mojok.co)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Kasultanan Yogyakarta (Keraton Yogyakarta) dan Kasunanan Surakarta (Keraton Surakarta) tidak pernah lagi menggunakan nama Pangeran Diponegoro untuk nama-nama pangerannya. Ada trauma tersendiri dengan penggunaan nama tersebut. 

Tanggal 28 Maret, 194 tahun silam, sebuah peristiwa bersejarah terjadi di Magelang, Jawa Tengah. Catatan sejarah menyebutkan di tanggal tersebut, Pangeran Diponegoro ditangkap Belanda melalui muslihat perundingan. Hari itu adalah hari kedua Lebaran di tahun 1830. 

Penangkapan putra Sultan HB III tersebut menandai berakhirnya Perang Jawa yang berlangsung dari tahun 1825 hinga purna tahun 1930. Perang ini konon menyebabkan kematian 200 ribu orang Jawa dan 15 ribu serdadu Belanda. 

Fakta nama Pangeran Diponegoro 

Sebelum menyandang nama Pangeran Diponegoro, sosok pahlawan nasional ini tercatat empat kali berganti nama. Pertama, usai dilahirkan oleh Raden Ayu Mangkorowati pada 1785 namanya adalah Bendara Raden Mas Mustahar. Seiring memasuki masa remaja, namanya menjadi Raden Mas Ontowiryo. 

Namanya berubah lagi usai sang ayah yang bernama Pangeran Adipati Anom menjadi Sultan Hamengku Buwono III. RM Ontowiryo berganti nama menjadi Bendoro Pangeran Haryo Diponegoro. 

Raden Mas Ontowiryo merupakan anak laki-laki tertua dari Sultan HB III. “Biasanya, anak laki-laki tertua para raja dinasti Mataram Islam akan menggunakan nama Pangeran Hangabei. Namun, saat itu ada pangeran lain yang lebih senior sehingga Raden Mas Ontowiryo menggunakan nama Bendoro Pangeran Haryo Diponegoro,” kata Yosef Kelik dalam program Jasmerah di YouTube Mojok, yang tayang, Selasa (27/3/2024).  

Terakhir nama yang Pangeran Diponegoro gunakan adalah Sultan Ngabdulkamid Herucakra. Nama ini Pangeran Diponegoro gunakan saat dimulainya Perang Jawa pada tahun 1825. 

Nama Diponegoro tak lagi keraton gunakan 

Menurut Yosef Kelik, usai Perang Jawa yang berlangsung 1825-1830, nama gelar Pangeran Diponegoro tak lagi dipakai baik oleh Kasultanan Yogyakarta maupun Kasunanan Surakarta. “Kedua kerajaan ini rupanya kadung punya kenangan buruk bahwa sosok Pangeran Diponegoro itu bikin repot, terutama dengan pemberontakan yang pangeran lakukan,” ujar Yosef Kelik.

Perang Jawa memberi konsekuensi berat bagi Yogyakarta dan Surakarta. Kedua kerajaan dipaksa untuk menyerahkan wilayah atau kabupaten mancanegaranya di Jawa Tengah maupun di Jawa Timur kepada pihak Belanda. Hal itu sebagai ganti rugi biaya perang yang saat itu menggerogoti kas Kerajaan Belanda hingga 25 juta gulden. 

Penguasaan wilayah milik Keraton Yogyakarta dan Keraton Surakarta juga agar Belanda bisa menjalankan kebijakan cultuur stelsel atau tanam paksa menjadi lebih mudah. 

“Belanda bahkan sempat berencana menghapuskan sama sekali Kasultanan Yogyakarta dari peta Jawa. Namun, hal ini kemudian urung Belanda lakukan, karena menganggap eksistensi Keraton Yogyakarta masih diperlukan sebagai penyeimbang pihak Kasunanan Surakarta,” kata Yosef Kelik.

Baca halaman selanjutnya

Pangeran Diponegoro dari Kartasura yang memberontak pada Amangkurat IV

Halaman 1 dari 2
12Next

Terakhir diperbarui pada 2 April 2024 oleh

Tags: diponegorokeraton solokeraton surakartakeraton Yogyakartapangeran diponegoro
Agung Purwandono

Agung Purwandono

Jurnalis di Mojok.co, suka bercocok tanam.

Artikel Terkait

Keturunan Keraton Yogyakarta Iri, Pengin Jadi Jelata Jogja Saja! MOJOK.CO
Esai

Keresahan Pemuda Berdarah Biru Keturunan Keraton Yogyakarta yang Dituduh Bisa Terbang, Malah Pengin Jadi Rakyat Jelata Jogja pada Umumnya

18 Desember 2025
Daendels Pesek Masih Menyiksa Rakyat Kecil Sampai Sekarang MOJOK.CO
Esai

Kita Masih Melihat “Daendels Pesek” Menyiksa Rakyat Kecil dalam Perayaan 200 Tahun Perang Jawa

24 Agustus 2025
200 Tahun Perang Jawa- yang Tersisa dari Perang Besar MOJOK.CO
Esai

200 Tahun Perang Jawa: Menyusuri yang Tersisa di Selarong, Bagelen, dan Wates

23 Agustus 2025
Berandal-Berandal Bagelen MOJOK.CO
Esai

Berandal-Berandal Bagelen

22 Agustus 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Gedung Sarekat Islam, saksi sejarah dan merwah Semarang sebagai Kota Pergerakan MOJOK.CO

Upaya Merawat Gedung Sarekat Islam Semarang: Saksi Sejarah & Simbol Marwah yang bakal Jadi Ruang Publik

20 Desember 2025
Slipknot hingga Metallica Menemani Latihan Memanah hingga Menyabet Medali Emas Panahan Mojok.co

Slipknot hingga Metallica Menemani Latihan Memanah hingga Menyabet Medali Emas Panahan

21 Desember 2025
Pamong cerita di Borobudur ikuti pelatihan hospitality. MOJOK.CO

Kemampuan Wajib yang Dimiliki Pamong Cerita agar Pengalaman Wisatawan Jadi Bermakna

16 Desember 2025
Terpaksa jadi maling, buronan polisi, hingga masuk penjara karena lelah punya orang tua miskin MOJOK.CO

Terpaksa Jadi Maling-Mendekam di Penjara karena Lelah Punya Orang Tua Miskin, Sejak Kecil Hanya Bisa Ngiler ke Hidup Enak Teman Sebaya

22 Desember 2025
Keturunan Keraton Yogyakarta Iri, Pengin Jadi Jelata Jogja Saja! MOJOK.CO

Keresahan Pemuda Berdarah Biru Keturunan Keraton Yogyakarta yang Dituduh Bisa Terbang, Malah Pengin Jadi Rakyat Jelata Jogja pada Umumnya

18 Desember 2025
SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

18 Desember 2025

Video Terbaru

Sepak Bola Putri SD Negeri 3 Imogiri dan Upaya Membangun Karakter Anak

Sepak Bola Putri SD Negeri 3 Imogiri dan Upaya Membangun Karakter Anak

20 Desember 2025
SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

18 Desember 2025
Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

17 Desember 2025

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.