Mojok merangkum cerita-cerita pilu dari perempuan asal Rembang, Jawa Tengah, yang menanti suami pulang kerja, tapi justru yang datang adalah duka.
***
Kepulangan orang-orang tersayang tentu menjadi hal yang paling ditunggu oleh setiap orang. Seperti misalnya seorang istri yang menunggu kepulangan suami dari tempat kerja.
Melihat sosok suami ada di depan mata: duduk di teras rumah sembari menyesap rokok dan secangkir kopi, menjadi wajah pertama yang terlihat saat bangun tidur, jelas menjadi hal yang sangat melegakan.
Terlepas dari dinamika dan problematika hidup yang menyelimuti sebuah rumah tangga, bisa kumpul dengan suami seolah memberi kelegaan untuk menyongsong hari tua. Menumbuhkan keyakinan bahwa selama menua bersama, maka hari tua rasanya tak kesepian-kesepian amat.
Bahkan ada orang yang saat dapat pertanyaan, jika harus memilih salah satu saja antara anak atau pasangan (suami/istri), pilih mana? Dengan mantap akan menjawab memilih pasangan.
Alasannya, anak-anak akan terus tumbuh dan kelak akan tiba masanya mereka makin jauh dari orang tua: meniti jala hidupnya sendiri. Sementara pasangan hidup akan membersamai sampai akhir hayat.
Namun, takdir tak ada yang tahu. Seperti kisah pilu wanita-wanita asal Rembang, Jawa Tengah ini. Setia menanti kepulangan suami dari kerja, tapi yang pulang justru hanya jasad dan tinggal nama.
Pengumuman duka usai salat Subuh
Seperti biasanya, setiap pulang ke Rembang, saya pasti bangun sedikit lebih molor. Seperti pada Selasa, (21/11/2023) silam.
Sebenarnya tak molor-molor amat, di jam lima lebih sedikit. Tapi bagi saya jam lima sudah terhitung molor. Sebab, di Surabaya, biasanya saya bisa bangun persis ketika azan Subuh berkumandang pukul 04.00 WIB.
Saat hendak ke kamar mandi, saya terhenti sejenak oleh suara pengumuman dari masjid.
Setiap ada pengumuman di jam-jam setelah salat Subuh, sudah pasti ada berita kematian. Saya mencoba menyimaknya, untuk memastikan, kabar duka datang dari keluarga siapa?
Persis setelah pengumuman itu selesai. Terdengar suara riuh dari tetangga-tetangga sekitar masjid.
Kebetulan rumah saya di Desa Manggar, Kecamatan Sluke, Rembang dengan masjid desa letaknya berdekatan. Jadi samar-samar saya bisa ketiban informasi.
Barulah saya tahu, cerita memilukan seorang istri yang menunggu suami kerja, tapi yang sampai rumah justru hanya jasadnya.
Suami tak kunjung pulang hingga hampir tengah malam
Wastini (50) makin resah ketika sang suami, Darji (53) tak kunjung pulang dari ladang, sementara Magrib hampir tiba.
Ini tak seperti biasanya. Sebab, menurut Wastini, Darji akan pulang sekitar jam empat sorean. Selambat-lambatnya jam lima sore.
Darji sendiri pamit untuk ke ladang pada Senin, (20/11/2023) pagi.
Karena petang itu Darji tak kunjung tiba di rumah, Wastini pun sontak merasa gelisah.
“Saya langsung ngomong sama sanak keluarga untuk nyusul ke ladang,” ungkap perempuan asal Desa Manggar, Rembang waktu itu.
Wastini dan beberapa anggota keluarga pun lekas bergegas ke ladang. Namun, keanehan terjadi. Seolah tak ada jejak Darji sama sekali di ladang.
“Sapi di kandang belum dikasih makan. Terus orangnya (Darji) di mana?,” tuturnya.
Pencarian terus dilakukan sampai hampir tengah malam. Saat jam sudah menunjukkan pukul 23.00 WIB, Wastini dan keluarga menyerah. Mereka lantas menghubungi Polsek Sluke.
Berdasarkan olah TKP, kemudian ada dugaan bahwa Darji tenggelam di lubang bekas galian tambang sedalam lima meter tak jauh dari ladangnya tersebut.
Benar saja. Setelah polisi dan Tim SAR dari Rembang melakukan pencarian di lubang bekas galian tambang tersebut, jasad Darji ditemukan sudah dalam keadaan tak bernyawa.
“Saya tangisan. Pamitnya ke ladang, tapi malah nggak pulang selamanya,” tutur Wastini dengan kesedihan yang mendalam.
Sampai saat ini, Wastini masih merasa sangat terpukul atas kematian sang suami. Sementara soal kematian Darji, di Desa Manggar sendiri masih menjadi perbincangan hangat terkait lubang bekas galian tambang tersebut.
Narasi-narasi mistis beredar. Meskpun ada juga yang menyalahkan pihak penambang yang tak menutup lubang dalam itu.
Jasad suami tak kunjung ketemu usai tenggelam di laut Rembang
Cerita yang hampir mirip saya dapat dari Sukanah, perempuan asal Kragan, Rembang, Jawa Tengah.
Pada Jumat, (7/1/2022) silam, saya sempat mewawancarai Sukanah bersama ibu-ibu lain yang bekerja di TPI Tasik Agung Rembang.
Kepada saya, Sukanah bercerita bahwa sejak suaminya meninggal, mau tak mau ia harus mengambil peran sebagai tulang punggung keluarga. Menanggung ibu dan satu orang anaknya yang masih SMP.
Bagian terpedihnya adalah, hinga saat ini Sukanah tak pernah bisa melihat jasad dari sang suami.
Sang suami sehari-hari berprofesi sebagai nelayan. Suami Sukanah lantas dilaporkan tenggelam di laut Kragan, Rembang saat sedang melaut pada penghujung 2017 silam.
Tidak kurang dari seminggu pencarian dilakukan oleh Tim SAR di Rembang. Sayangnya, Sukanah harus mengikhlaskan tak melihat jasad suaminya lagi. Jasad suami Sukanah tak pernah ketemu, hingga saat ini.
“Hidupku sempat tidak karu-karuan. Tapi aku ingat, aku masih punya anak dan ibu yang harus aku urus,” ujarnya saat saya wawancara 2022 silam.
“Berat, Mas, tapi aku nyoba netegke ati (menguatkan hati),” sambungnya.
Sejak saat itu, Sukanah lantas bekerja sebagai buruh di TPI, berpindah-pindah hingga akhirnya kerja di TPI Tasik Agung yang secara upah memang sedikit lebih banyak dari TPI-TPI lain di Rembang.
Namun, kehilangan suami tanpa pernah melihat jasadnya untuk yang terakhir kali tentu menciptakan lubang yang tak kunjung tertutup di hati Sukanah.
Sukanah menjadi lebih banyak diam dan melamun. Hanya ada kesan muram dan murung dari raut wajahnya.
Sebab, dari lubuk hatinya, hingga hari ini ia masih menanti ‘kepulangan’ sang suami. Entah lewat keajaiban yang seperti apa, Sukanah masih berharap bisa melihat jasad suaminya untuk yang terakhir kali.
Penulis: Muchamad Aly Reza
Editor: Agung Purwandono
Cek berita dan artikel Mojok lainnya di Google News