Untuk yang kesekian kalinya, polisi meminta maaf kepada rakyat atas “penindasan” yang mereka lakukan. Kali ini, kata menindas benar-benar terdifinisikan secara harfiah. Aparat kepolisian telah melindas tubuh seorang ojol saat kerusuhan demonstran di gedung DPR/MPR RI pada Kamis malam, (28/8/2025).
Polisi tak bisa lagi mengelak atau berujar jika rekaman CCTV telah hilang–seperti alasan yang sudah sering kita dengar. Sebab, buktinya sudah jelas. Semua mata melihat. Beberapa di antaranya bahkan merekam perilaku biadab itu dengan gawai mereka.
Mojok mencoba merangkum kejadian-kejadian polisi minta maaf usai mereka membuat ulah, hingga menurunkan kepercayaan kita terhadap aparat.
#1 Polisi minta maaf atas Tragedi Kanjuruhan
Tahun 2022 lalu menjadi masa paling kelam di dunia sepak bola Indonesia. Tepat pada tanggal 1 Oktober 2022, ratusan supporter bola meninggal usai pertandingan Arema FC vs Persebaya. Kejadian bermula saat beberapa penonton tiba-tiba masuk ke lapangan hijau untuk menunjukkan rasa kekecewaannya.
Melihat kejadian itu, polisi langsung menembakkan gas air mata karena menilai mereka anarkis. Situasi itu membuat penonton panik dan berbondong-bondong menuju pintu keluar. Sayangnya, beberapa di antara mereka salah pintu sehingga terjadi penumpukan orang yang mengakibatkan mereka kekurangan oksigen.
Koordinator Save Our Soccer, Akmal Marhali mengatakan tindakan polisi yang menembakkan gas air mata sebetulnya tidak sesuai prosedur dan melanggar aturan FIFA. Karena gas air mata itulah, kata dia, salah satu faktor yang membuat supporter sesak napas.
“No firearms or ‘crowd control gas’ shall be carried or used (senjata api atau ‘gas pengendali massa’ tidak boleh dibawa atau digunakan)” ujar Akmal sesuai beleid yang tertuang dalam FIFA Stadium Safety dan Securitu Regulations pasal 19 b.
Atas kejadian tersebut, diperkirakan 131 orang tewas dan polisi hanya bisa meminta maaf. Kepala Kepolisian Daerah Jawa Timur Inspektur Jenderal Nico Afinta langsung meminta maaf dihadapan publik usai memantau kondisi korban yang dirawat di rumah sakit.
“Saya sebagai Kapolda prihatin dan turut menyesal, sekaligus minta maaf di dalam proses pengamanan ada kekurangan. Ke depan, kami akan mengevaluasi bersama-sama dengan panitia penyelanggara, Presiden Liga, dan PSSI. Harapannya, pertandingan sepak bola ke depan aman, nyaman, dan bisa menggerakkan ekonomi,” kata Nico dikutip dari Kompas.com, Selasa (4/10/2022).
Nyatanya, kita semua tahu kasus ini belum diusut tuntas. Bahkan tak sedikit dari anggota keluarga korban Tragedi Kanjuruhan yang masih mencari keadilan.
#2 Kasus Gamma yang berbelit dan berakhir begitu saja
Keadilan, tak hanya dibutuhkan oleh keluarga korban Tragedi Kanjuruhan tapi juga orang tua Gamma siswa SMKN 4 Semarang yang meninggal ditembak polisi. Remaja berusia 17 tahun itu tewas ditembak anggota Satresnarkoba Aipda Robig di dekat wilayah Paramount, Semarang pada Minggu (24/11/2024).
Polrestabes Semarang mengklaim penembakan terjadi karena Aipda Robig melihat adanya tawuran antar dua gangster. Namun, keterangan ini berbeda dengan temuan LBH Semarang. Berdasarkan rekaman CCTV dan para saksi, Gamma dan beberapa temannya tidak sedang tawuran, melainkan Robig tidak terima karena sepeda motornya tidak sengaja dipepet oleh salah satu kendaraan yang bersama Gamma.
Saat dipanggil oleh Komisi III DPR untuk menjelaskan kasus penembakan Gamma, Kepala Kepolisian Resor Kota Besar Semarang Komaris Besar Irwan Anwar pun meminta maaf atas kematian Gamma.
“Kami mengucapkan sekali lagi belasungkawa kami atas nama kepolisian Kapolrestabes Semarang atas berpulangnya ananda Gamma akibat tidak profesionalnya anggota kami,” ucap Irwan di Gedung DPR, Jakarta pada Selasa (3/12/2024).
Kasus ini sempat berbelit-belit di kejaksaan hingga hakim ketua sidang menyatakan jika Robig terbukti bersalah. Namun, ia hanya dijatuhi hukuman penjara selama 15 tahun. Sementara, duka orang tua atas kehilangan anaknya masih membekas selamanya.
#3 Kematian driver ojol yang dilindas polisi
Terkini, polisi lagi-lagi minta maaf atas kendaraan taktis (rantis) Brimob yang menabrak ojol saat kerusuhan demonstran di gedung DPR/MPR RI pada Kamis malam, (28/8/2025). Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo mengatakan penyesalannya dan segera mengerahkan bawahannya untuk menangani kasus tersebut.
“Saya sangat menyesali terhadap insiden yang terjadi, dan mohon maaf sebesar-besarnya atas peristiwa ini,” ujarnya dikutip dari detik.com, pada Kamis (28/8/2025).
Sigit menegaskan sudah memerintahkan Kepala Polisi Daerah (Kapolda) untuk mencari keberadaan korban. Lalu, memastikan penanganan medis driver ojol bersama tim Pusat Kedokteran dan Kesehatan (Pusdokkes) serta Kepala Rumah Sakit (Karumkit) Polri.
Saat bertemu dengan keluarga driver ojol di rumah sakit, Sigit langsung memeluknya. Kini, tujuh orang polisi yang berada di dalam kendaraan rantis telah diperiksa. Sayangnya, amarah masyarakat tak bisa redam begitu saja. Beberapa netizen meminta Sigit mengusut tuntas kasus tersebut.
“…Tindakan yang telah merenggut nyawa anggota keluarga korban bukan hanya melukai hati, tetapi juga menciderai rasa keadilan…,” ujar salah satu akun @sal*** di Instagram, dikutip Jumat, (29/8/2025).
“Usut tuntas!” kata @muh*** dengan emoticon api yang membara.
Penulis: Aisyah Amira Wakang
Editor: Muchamad Aly Reza
BACA JUGA: Riwayat Warga Kampung Kentingan Baru Melawan Mafia Tanah Solo, Digusur Paksa Polisi dan Preman atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan.















