Dalam perlombaan panahan, teropong menjadi salah satu elemen penting bagi penonton atau pelatih. Sebab dari lensa teropong itu lah kita bisa memastikan: Kabar buruk atau kabar baik dari anak panah yang baru saja dilesatkan atlet-atlet jagoan.
Bungah dan keluh kesah saat meneropong arena panahan
Suasana khidmat menyelimuti Stadion Supersoccer Arena (SSA) di Kudus, Jawa Tengah pada Selasa (16/12/2025) pagi, sebagai arena MilkLife Archery Challenge (MLARC) Kejuaraan Nasional (Kejurnas) Antarklub 2025. Sebuah kompetisi yang digagas Persatuan Panahan Indonesia (Perpani), MilkLife, dan Djarum Foundation.
Meski banyak penonton di tribun, tapi mereka harus berekspresi dalam diam. Karena aturannya memang begitu, tidak bola ada keriuhan atau sorak-sorai, demi menjaga fokus para atlet di arena.
Di sela-sela kursi tribun, beberapa orang tampak tak melepaskan picingan mata dari tabung-tabung teropong di hadapan mereka. Begitu lah cara penonton memantau hasil di dalam arena panahan: Anak panah mengenai target atau justru meleset.

Salah satu dari penonton itu adalah Ilyas, orang tua dari salah satu atlet klub Segar Archery School, Jakarta Barat. Selain menyemangati anaknya bertanding, pria yang akrab dipanggil “Paman” itu juga fokus mengamati peserta lain dengan teropongnya dari atas tribun.
Sesekali Ilyas berseru bungah saat anak panah jagoannya melesat ke zona target berwarna kuning. Tapi tak jarang pula ia mengeluh saat anak panah jagoannya menancap ke zona berwarna biru.
“Aduh, 6 poin! Padahal, tadi udah bagus dapat 9,” ucap Ilyas sembari menjauhkan matanya dari teropong. Saya menangkap setiap ekspresinya karena sedari tadi saya duduk bersampingan dengannya.
Karena penasaran, saya izin untuk meminjam teropong Ilyas. Dengan senang hati Ilyas mempersilakan saya melihat, bahkan mengatur posisi teropongnya agar saya nyaman.
“Ini jaraknya bisa sampai 2 kilometer. Sudah saya atur di target terjauh ya, yang paling ujung (nomor 54). Kakak bisa lihat,” tutur Ilyas.
Ragam cara memastikan lesatan anak panah di arena panahan
Lewat teropong yang dipinjamkan Ilyas, saya bisa melihat sebuah anak panah menancap ke papan target dari kejauhan. Anak panah yang tadinya sama sekali tak terlihat lesatannya dari atas tribun, kini bisa dengan jelas saya lihat, bahkan di detik-detik sebelum ia menancap.

Begitu juga Lila yang terbantu saat mengamati pertandingan anaknya lewat teropong. Menurut dia, menggunakan teropong atau tidak punya sensasi yang berbeda. Dengan teropong, ia jadi tahu hasil pertandingan sebelum juri atau penonton lain. Oleh karena itu, ia rela membeli teropong khusus untuk melihat panahan saja.
“Rasanya itu ‘greget’ banget, apalagi pas lihat anak panah melesat dan menancap tepat di titik kuning. Ada kepuasan tersendiri bisa melihat detail perkenaan anak panah secara real-time,” ucap ibu dari salah satu atlet panahan di klub Segar Archery School itu.
Meski begitu, Lila mengaku punya cara lain untuk memastikan lesatan anak panah tanpa memakai teropong. Sebab dulu, ia perlu mengatur uang lebih dulu untuk memprioritaskan kebutuhan membeli teropong, selain membeli peralatan busur yang harganya tak bisa dibilang murah.
Lila yang juga merupakan atlet panahan memberi contoh, misalnya dengan memperhatikan gerak-gerik dari sang anak usai melesatkan anak panah. Khususnya lewat ekspresi dan gestur.
“Biasanya kalau tembakannya bagus di titik kuning, dia akan tersenyum atau mengangguk kecil. Tapi kalau melesat, bahunya agak turun. Selain itu, sekarang kan biasanya ada papan skor digital atau live score di HP, jadi kita bisa pantau angkanya dari situ juga,” jelas Lila.
Untungnya, lapangan SSA di Kudus memiliki videotron besar untuk membantu penonton menikmati jalannya pertandingan. Dari videotron tersebut kita bisa melihat gestur dan ekspresi peserta, lesatan anak panah, jumlah skor, hingga waktu pertandingan.
Teropong jadi item penting pelatih dan atlet

Harga teropong panahan sendiri bervariasi mulai dari ratusan ribu untuk pemula hingga jutaan rupiah untuk profesional. Tergantung juga dengan merek dan fiturnya. Salah satu penjual peralatan panahan di pertandingan MLARC, Lia (30) berujar, teropong yang paling sering laku di tokonya adalah merek Avalon tipe klasik.
“Ini sudah standar. Bisa memperbesar objek jauh yang tampak 20 hingga 60 kali lebih dekat. Harganya Rp1,75 juta,” ucap Lia sembari menunjukkan teropong yang tinggal satu di lapaknya.
Teropong tersebut, kata Lia, jadi salah satu item yang paling sering dibeli. Setidaknya 20 unit teropong bakal terjual selama satu tahun di tokonya (FAST Archery Surabaya). Sebab, teropong tak hanya dipakai untuk penonton tapi juga atlet dan pelatih.
“Teropong bisa dipakai saat latihan bahkan selama pertandingan. Fungsinya untuk memperjelas sasaran dan memvisualisasikan titik sasaran sehingga bidikannya lebih akurat.” Jelas Lia.
Penulis: Aisyah Amira Wakang
Editor: Muchamad Aly Reza
BACA JUGA: Busur Panah Tak Sekadar Alat bagi Atlet Panahan, Ibarat “Suami” bahkan “Nyawa” atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan















