Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan Catatan

Dapat Gaji Besar di Solo tapi Tetap Menderita karena Judi Slot, Hidup Hancur pun Masih Setia Mengabdi ke Bandar

Ahmad Effendi oleh Ahmad Effendi
10 April 2025
A A
slot.MOJOK.CO

Ilustrasi - Dapat Gaji Besar di Solo tapi Tetap Menderita karena Judi Slot, Hidup Hancur pun Masih Setia Mengabdi ke Bandar (Ega Fansuri/Mojok.co)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Kalau saja hidupnya nggak neko-neko, para pekerja sebuah rumah makan di Solo bisa hidup serba berkecukupan. Upah harian besar, tersedia tempat tinggal, makan sudah ditanggung. Bahkan, tiap kali penjualan mencapai target, bonus juga melimpah. Sialnya, gara-gara judi slot privilese tadi seakan tak berarti. Yang tersisa dari para perantau ini cuma kecanduan dan kekalahan yang berjalan berdampingan.

Ketika libur lebaran kemarin, saya pulang ke desa. Biasanya, tiap momen lebaran para pegawai rumah makan tersebut mudik. Sebagai informasi, mayoritas pemuda di desa saya–kawasan paling selatan di Kabupaten Wonogiri–bekerja untuk rumah makan terkenal di Solo.

“Kok mereka nggak kelihatan mudik ya?,” tanya saya kepada salah satu tokoh desa saat melangsungkan tahlilan di rumah warga, Jumat (4/4/2025) lalu. Saya bertanya demikian karena para pekerja memang rutin pulang seminggu atau dua minggu sekali untuk bertemu istri, keluarga, atau kerabat.

“Katanya nggak libur. Lebaran begini rumah makan sedang ramai-ramainya,” jawabnya.

Jawaban itu cukup melegakan, meskipun aneh juga karena pada lebaran tahun-tahun sebelumnya mereka selalu pulang. Bahkan, sampai bikin acara syawalan; hahal bihalal antarperantau.

Lantas, keanehan tersebut menjadi-jadi ketika saya menyaksikan pemuda desa yang hadir di acara tahlilan sibuk main judi slot di ponsel mereka. Dari yang saya dengar, “budaya ngeslot” itu ditularkan oleh para perantau di Solo. Pikiran saya makin berkelana kemana-mana.

Gaji bersih Rp2,5 juta tak bersisa karena slot

Soal kebiasaan warga desa yang mulai ngeslot, sebelumnya pernah saya tulis dalam artikel “Gara-gara Slot, Suasana di Desa Tak Sehangat Dulu Lagi”. Di situ saya gambarkan bagaimana “kehancuran demi kehancuran” dialami para pemuda akibat judi slot.

Mulai dari jual tanah buat bayar utang, cerai dengan istri karena masalah ekonomi, sampai ada yang gantung diri karena depresi berat. Pendeknya, dampak judi slot terhadap pemuda desa benar-benar merusak.

Namun, cerita para perantau di Solo yang juga hancur karena judol memang agak lain. Sebab, selama ini mereka bisa melakukan apa saja dari kerja di rumah makan tersebut. Membeli sepeda motor baru, ponsel mahal, membangun rumah, sampai menyekolahkan adik-adiknya.

Bagaimana tidak. Para perantau ini digaji Rp110 ribu per hari. Mereka bekerja lima hari dalam seminggu. Untuk yang bekerja di tanggal merah, gajinya mencapai Rp150 ribu sehari. Dengan demikian, dalam sebulan rata-rata mereka mengantongi Rp2,5 juta.

Itu pun menjadi uang bersih. Sebab, bos sudah menyediakan mess sebagai tempat tempat. Makan juga sudah ditanggung, sepuasnya.

Maka dari itu, tak heran mengapa tiap pemuda desa sini yang baru lulus SMA, selalu merantau ke Solo untuk bekerja di rumah makan tersebut. Sampai ada istilah, mereka sudah dikader sejak masih kelas 1 SMA. Sialnya, judi slot telah mengubah semuanya.

Istri cuma dijatah 100 ribu seminggu

“Kemarin ada yang sudah pisah ranjang, digugat cerai, gara-gara seminggu cuma menjatah istri 100 ribu,” ucap Pujantoko (38), kepala desa yang saya temui malam itu, Jumat (4/4/2025) di acara tahlilan.

“Itu baru yang digugat cerai. Ada juga yang kabur ke Sumatera, soalnya bawa duit bosnya buat main slot. Makanya, kalau mau jujur, banyak perantau Solo nggak pulang bukan karena sibuk kerja, tapi nggak punya duit aja.”

Iklan

Cerita sang kepala desa kembali bikin saya kaget. Tak terbayangkan berapa uang yang mereka habiskan tiap hari buat main slot, sampai-sampai untuk kebutuhan keluarga saja tak ada.

Seumur-umur hidup di desa, ini pertama kalinya saya merasakan situasi segenting ini. Taraf kehidupan mereka yang sempat upgrade berkat merantau ke Solo, kini kembali terperosok gara-gara kecanduan judol.

Tak heran, ketika saya pulang kampung setelah terakhir enam bulan lalu, cerita-cerita miring soal pemudanya lebih dominan ketimbang kabar baik. Perceraian, terlilit utang, sampai bunuh diri. Semua gara-gara judi.

Hidup sudah hancur, tapi masih setia mengabdi ke bandar

Pada Sabtu (5/4/2025), saya juga berbincang dengan Akmal (25), pemuda desa yang sudah tak bekerja lagi di rumah makan Solo tersebut. Dua bulan lalu ia resign. Alasannya karena sudah tak cocok. Namun, dari cerita yang saya dapat dari Pujantoko, Akmal doyan utang dan diusir ke teman-temannya karena sudah meresahkan.

Saat saya mengobrol dengannya, jari-jari di tangan kirinya tengah mengapit kretek, sementara tangan kanan sibuk dengan gawai. Ia tak fokus mengobrol, sebab matanya tak bisa berpaling dari layar ponsel. Ya, ia sedang main slot.

“Sudah kalah berapa?,” tanya saya basa-basi.

“Abis njedot [kalah besar],” ujarnya singkat.

Dari obrolan kami yang terkesan searah itu, Akmal terang-terangan mengakui kalau hidupnya benar-benar kacau akibat slot. Motornya sudah dijual buat bayar utang. Pinjaman ke teman-temannya sudah tak terhitung lagi jumlahnya. Kini ia pun cuma bisa kerja serabutan; biasanya kerja ngglidig (pembelah batu) yang diupah Rp50 ribu sehari.

Namun, ia mengaku tak bisa berhenti slot lantaran sudah kalah besar. Baginya, kekalahan besar itu cuma bisa dibayar dengan kemenangan besar pula. Caranya, menurut dia, dengan tidak berhenti bermain.

“Sudah habis-habisan tapi tetap yakin,” ujarnya. Ibarat kata, hidupnya sudah hancur tapi masih saja setia mengabdi ke bandar.

Kalau kata Pujantoko, sang kepala desa: “ngomong sama orang ngeslot kayak ngomong sama batu. Mereka baru mau berhenti kalau sudah mati.”

Penulis: Ahmad Effendi

Editor: Muchamad Aly Reza

BACA JUGA: Gara-gara Slot, Suasana di Desa Tak Sehangat Dulu Lagi: dari Ronda Malam sampai Tahlilan, Tak Pernah Absen Main Judol Jahanam atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan.

Terakhir diperbarui pada 10 April 2025 oleh

Tags: judi slotjudolpekerja solopilihan redaksislot
Ahmad Effendi

Ahmad Effendi

Reporter Mojok.co

Artikel Terkait

UGM.MOJOK.CO
Kampus

Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa

25 Desember 2025
elang jawa.MOJOK.CO
Ragam

Melacak Gerak Sayap Predator Terlangka di Jawa Lewat Genggaman Ponsel

23 Desember 2025
Anugerah Wanita Puspakarya 2025, penghargaan untuk perempuan hebat dan inspiratif Kota Semarang MOJOK.CO
Kilas

10 Perempuan Inspiratif Semarang yang Beri Kontribusi dan Dampak Nyata, Generasi ke-4 Sido Muncul hingga Penari Tradisional Tertua

23 Desember 2025
elang jawa.MOJOK.CO
Ragam

Upaya “Mengadopsi” Sarang-Sarang Sang Garuda di Hutan Pulau Jawa

22 Desember 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Melalui Talent Connect, Dibimbing.id membuat bootcamp yang bukan sekadar acara kumpul-kumpul bertema karier. Tapi sebagai ruang transisi—tempat di mana peserta belajar memahami dunia kerja MOJOK.CO

Talent Connect Dibimbing.id: Saat Networking Tidak Lagi Sekadar Basa-basi Karier

24 Desember 2025
UGM.MOJOK.CO

Rp9,9 Triliun “Dana Kreatif” UGM: Antara Ambisi Korporasi dan Jaring Pengaman Mahasiswa

25 Desember 2025
Atlet pencak silat asal Kota Semarang, Tito Hendra Septa Kurnia Wijaya, raih medali emas di SEA Games 2025 Thailand MOJOK.CO

Menguatkan Pembinaan Pencak Silat di Semarang, Karena Olahraga Ini Bisa Harumkan Indonesia di Kancah Internasional

22 Desember 2025
Wisata Pantai Bama di Taman Nasional Baluran, Situbondo: Indah tapi waswas gangguan monyet MOJOK.CO

Pantai Bama Baluran Situbondo: Indah tapi Waswas Gangguan Monyet Nakal, Itu karena Ulah Wisatawan Sendiri

25 Desember 2025
Kisah Kelam Pasar Beringharjo Jogja yang Tak Banyak Orang Tahu MOJOK.CO

Kisah Kelam Pasar Beringharjo Jogja di Masa Lalu yang Tak Banyak Orang Tahu

24 Desember 2025
ugm.mojok.co

UGM Dorong Kewirausahaan dan Riset Kehalalan Produk, Jadikan Kemandirian sebagai Pilar

20 Desember 2025

Video Terbaru

Petung Jawa dan Seni Berdamai dengan Hidup

Petung Jawa dan Seni Berdamai dengan Hidup

23 Desember 2025
Sepak Bola Putri SD Negeri 3 Imogiri dan Upaya Membangun Karakter Anak

Sepak Bola Putri SD Negeri 3 Imogiri dan Upaya Membangun Karakter Anak

20 Desember 2025
SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

18 Desember 2025

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.