Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan Catatan

Pengalaman Pertama ke Borobudur Sendirian terasa Aneh, tapi Berkat “Orang Baru” Perjalanan Saya Jadi Berkesan

Aisyah Amira Wakang oleh Aisyah Amira Wakang
14 Mei 2025
A A
Jalan-jalan di Candi Borobudur, Magelang. MOJOK.CO

Ilustrasi - pengalaman pertama berkunjung ke Candi Borobudur. (Ega Fansuri/Mojok.co)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Amanat dari warga lokal Magelang

Melihat segerombolan pengunjung berbaju putih dan terlihat masih muda seperti anak kuliah, Mukhlas segera berdiri. Ia pamit ke saya untuk kembali bekerja. Pria asal Kabupaten Borobudur, Magelang itu berdiri tengah jalan sambil menawarkan payung yang ia gantung di lengannya.

“Payungnya Kak, payung. Biar nggak panas,” ucapnya berkali-kali, tapi tak satupun orang menggubris dan hanya melewatinya.

Mukhlas berujar sudah sekitar 30 tahun ini ia menjadi petugas peminjaman payung di sekitar Candi Borobudur. Satu payung ia patok seharga Rp10 ribu tanpa batas jam. Namun, masih ada saja pengunjung yang kadang lupa mengembalikan atau meletakkannya di atas.

Biasanya, petugas peminjam payung lain akan meminta payung yang sudah pengunjung pakai di pintu keluar. Sebab, kerja petugas peminjam payung bersifat kelompok. Nantinya, upah yang didapat dibagi-bagi oleh petugas lainnya.

“Ya kadang seharian bisa saja nggak dapat Mbak, tapi daripada saya nganggur di rumah,” kata Mukhlas tadi sebelum pamit.

Keramahan para turis di Candi Borobudur

Hampir 30 menit berlalu dan saya masih duduk di bangku sekitaran Candi Borobudur. Seorang lansia kemudian duduk di samping saya sembari menyapa. Sama dengan saya, ibu itu memilih tidak naik tangga. Ia lebih baik menunggu anaknya di bawah.

“Saya ke sini berdua dengan anak. Dia mau kuliah S2 di Universitas Diponegoro jadi kami liburan dulu, saya temani dia,” ujar Supirah (62).

Relief candi. MOJOK.CO
Relief candi yang berisi ajaran nilai-nilai universal. (Aisyah Amira Wakang/Mojok.co)

Perempuan asal Klaten itu berujar baru pulang ke tanah Jawa setelah 25 tahun merantau di Sorong, Papua Barat Daya untuk bekerja menjadi penyuluh tani. Mumpung kembali ke Jawa Tengah, ia ingin pergi wisata di Candi Borobudur.

Tak terasa, hampir satu jam saya dan Supirah mengobrol. Waktu sudah menunjukan pukul satu lebih. Saya pun akhirnya memutuskan naik ke candi sampai pelataran saja. Hampir 30 menit saya mengililingi empat sisi candi yang terasa sama pemandangannya. 

Tanpa sadar, saya mengilinginya dua kali hingga kembali di sisi gerbang masuk. Padahal, pintu keluar ada di sisi lain. Saya memutuskan duduk untuk beristirahat sejenak. Lagi-lagi, beberapa orang yang saya temui selalu bertanya, “Sendirian?” dan saya hanya mengiyakan karena sudah kehabisan tenaga.

Di sela-sela istirahat tersebut, saya melihat seorang turis asing juga duduk sendirian. Gerombolan anak SMA pun menghampirinya. Salah seorang anak menanyakan namanya dengan Bahasa Inggris yang medok.

Saya melihat keduanya pun saling tertawa. Si bule juga mampu menyederhanakan komunikasinya. Sementara sang anak sibuk mencatat perkataan si bule. Sepertinya, itu untuk tugas sekolah

Selamat dari kesasar dan perasaan aneh

Di sekitar situ, segerombolan bule juga baru turun dari lantai tiga Candi Borobudur, Magelang. Seorang tour guide berujar kini mereka bebas jalan-jalan karena tugasnya sudah selesai. Saat mata kami bertatapan, ia tersenyum dan saya pun mengikutinya. 

Iklan

“Bapak, pintu keluar di sebelah mana ya?,” tanya saya sembari buru-buru mengejarnya karena jarak kami mulai agak jauh.

“Mbaknya ketinggalan rombongan?” tanya Darto.

Pengunjung di candi. MOJOK.CO
Pengunjung yang ada di pelataran candi. (Aisyah Amira Wakang/Mojok.co)

“Oh nggak, Pak. Saya memang sendirian,”

“Oh gitu, kalau pintu keluar perlu jalan lagi ke sisi sana, tapi agak jauh.”

“Kalau mau ke pintu 7, Pak? Supaya dekat lewat mana ya? ”

“Turun lewat tangga arah gerbang masuk sebetulnya lebih dekat. Bareng saya saja karena pengunjung biasanya wajib lewat pintu keluar,”

“Boleh Pak? Terima kasih, ya.”

Lagi-lagi obrolan kami mengalir begitu saja hingga tak terasa kami sampai di lantai bawah tanpa cegatan. Saya pun mengucapkan terima kasih dan izin pamit. Dari perjalan tersebut, saya jadi sadar mungkin ini alasan masyarakat Indonesia terkenal ramah. 

Melansir dari akun Instagram Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), Indonesia menjadi salah satu negara teramah di dunia. Survei Local Friedliness 2024 menyebut keramahan masyarakat lokal dengan sesama dan orang asing menempati posisi kedua.

Oleh karena itu, saya tak lagi merasa aneh pergi sendirian liburan di tempat wisata, terutama di Candi Borobudur, Magelang. Berkat cerita dari Mukhlas, Supirah, turis asing yang bercengkrama dengan siswa SMA, dan Darto saya banyak belajar tentang kerja keras, pertemuan, perpisahan, dan hidup saling menolong.

Penulis: Aisyah Amira Wakang

Editor: Ahmad Effendi

BACA JUGA: Life Hack Liburan ke Candi dengan Budget Murah dan Nggak Bikin Kamu Bosan atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan.

Halaman 2 dari 2
Prev12

Terakhir diperbarui pada 15 Mei 2025 oleh

Tags: candi borobudurmagelangrekomendasi healingWaisakwisata ke Candi Borobodur
Aisyah Amira Wakang

Aisyah Amira Wakang

Artikel Terkait

Pamong cerita di Borobudur ikuti pelatihan hospitality. MOJOK.CO
Hiburan

Kemampuan Wajib yang Dimiliki Pamong Cerita agar Pengalaman Wisatawan Jadi Bermakna

16 Desember 2025
borobudur.MOJOK.CO
Hiburan

Borobudur Moon Hadirkan Indonesia Keroncong Festival 2025, Rayakan Serenade Nusantara di Candi Borobudur

15 Desember 2025
5 Hal yang Lumrah di Bekasi tapi Nggak Bisa Ditemukan di Muntilan Magelang
Pojokan

5 Hal yang Lumrah di Bekasi tapi Nggak Bisa Ditemukan di Muntilan Magelang

20 Oktober 2025
Pengunjung menikmati Borobudur Sunrise di Magelang. (Doc. InJourney)
Kilas

Pengalaman Wisatawan Menikmati Borobudur Sunrise, Datang dari Subuh untuk Melihat Rona Matahari Jingga

20 Oktober 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Busur Panah Tak Sekadar Alat bagi Atlet Panahan, Ibarat "Suami" bahkan "Nyawa" Mojok.co

Busur Panah Tak Sekadar Alat bagi Atlet Panahan, Ibarat “Suami” bahkan “Nyawa”

19 Desember 2025
Teknisi dealer Yamaha asal Sumatera Utara, Robet B Simanullang ukir prestasi di ajang dunia WTGP 2025 MOJOK.CO

Cerita Robet: Teknisi Yamaha Indonesia Ukir Prestasi di Ajang Dunia usai Adu Skill vs Teknisi Berbagai Negara

16 Desember 2025
Sirilus Siko (24). Jadi kurir JNE di Surabaya, dapat beasiswa kuliah kampus swasta, dan mengejar mimpi menjadi pemain sepak bola amputasi MOJOK.CO

Hanya Punya 1 Kaki, Jadi Kurir JNE untuk Hidup Mandiri hingga Bisa Kuliah dan Jadi Atlet Berprestasi

16 Desember 2025
bapakmu kiper.MOJOK.CO

Fedi Nuril Jadi Mantan “Raja Tarkam” dan Tukang Judi Bola di Film Bapakmu Kiper

17 Desember 2025
Elang Jawa terbang bebas di Gunung Gede Pangrango, tapi masih berada dalam ancaman MOJOK.CO

Elang Jawa Terbang Bebas di Gunung Gede Pangrango, Tapi Masih Berada dalam Ancaman

13 Desember 2025
Pontang-panting Membangun Klub Panahan di Raja Ampat. Banyak Kendala, tapi Temukan Bibit-bibit Emas dari Timur Mojok.co

Pontang-panting Membangun Klub Panahan di Raja Ampat. Banyak Kendala, tapi Temukan Bibit-bibit Emas dari Timur

17 Desember 2025

Video Terbaru

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

18 Desember 2025
Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

17 Desember 2025
Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

14 Desember 2025

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.