“Loh, pakai motornya siapa?” kata Bapak saya yang sedikit kebingungan karena saya pamit hanya membawa helm.
“Pakai Vega R tahun 2007 punya Putri,” jawabku.
“Kamu memang bisa gigian?” tanyanya lagi.
“Yo nggak, Putri yang gonceng.”
“Hebat Putri, bisa gonceng kamu. Yawis hati-hati.” ujar Bapak saya memuji sahabat karib saya, mengingat bobot saya memang lebih besar dari dia.
Belum lagi, kaki kami yang hampir tak sampai menapak tanah saat mengendarai Vega R tahun 2007, sangking kecilnya tubuh kami ketimbang motor. Namun, sejak Bapak tanya seperti itu, saya sudah percaya sekali dengan kemampuan sahabat saya.
Ia pun sudah membuktikan saat awal perjalan dari Surabaya ke Kabupaten Mojokerto. Hampir dua jam perjalanan itu, kami belum menemukan kendala yang berarti sampai peristiwa buruk terjadi.
Kurang dari 20 menit sebelum sampai basecamp Gunung Lorokan, motor Vega R 2007 milik ayah teman saya itu sudah mengkis-mengkis saat melewati jalan tanjakan. Kami hanya bisa tertawa cekikikan saat motor-motor lain menyalip motor Vega R 2007 kami.
Mesin mati saat melewati tanjakan karena awam
“Tenang Bes, nggak opo penting selamet,” ujar saya kepada Putri yang mulai agak panik karena Vega R 2007 yang ia kendarai sudah mulai melambat meski speedometer-nya sudah menunjuk angka 80 km.
Baru saja saya menenangkannya, motor Vega R 2007 itu akhirnya tak sanggup membawa beban kami berdua ke atas. Ia akhirnya mati di tanjakan. Dengan sedikit panik, Putri menyuruh saya cepat-cepat turun, sebelum kami berdua meluncur ke bawah.
Untungnya, tak jauh dari tempat motor kami mati, terdapat sebuah warung yang bisa kami singgahi barang sejenak. Kami mencoba untuk tidak panik, meski dalam hati sudah kebingungan setengah mati. Tak tahu harus berbuat apa.
Pedagang warung yang melihat kami menuntun motor Vega R 2007 menuju warungnya langsung memahami situasi yang terjadi, tanpa kami harus menjelaskan. Tampaknya mereka sudah terbiasa dengan pengendara motor seperti kami.
Sambil mengistirahatkan motor di warung tersebut, saya dan Putri mencoba menghubungi orang-orang terdekat untuk mencari solusi. Atau barangkali ada tips berkendara lain yang tak kami ketahui. Dan benar saja, ada yang salah dengan cara berkendara kami.
“Awakmu nggawe gigi piro? (Kamu pakai gigi berapa?)” tanya teman saya yang lain saat saya chat lewat WhatsApp.
“Gigi 3.”
“Yo salah! Kudune gawe gigi 1 lah. Yo sampek mene yo nggak isok munggah bolo (Ya salah. Seharusnya pakai gigi 1. Mau dikendarai sampai besok pun nggak akan bisa naik, Sobat).” ucapnya.
Saya dan Putri yang mendengar jawaban itu langsung spaneng. Beruntung, motor Vega R 2007 itu masih nyala usai diistirahatkan selama beberapa menit. Kami pun tetap melanjutkan perjalanan ke Gunung Lorokan.
Penulis: Aisyah Amira Wakang
Editor: Muchamad Aly Reza
BACA JUGA: 8 Tahun Mengendarai Yamaha Mio Bekas Motor Kakak, Sudah Nggak Cocok buat Pergi Wisata dan Sering Bawa Sial tapi Tetap Berharga atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan















