Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan Catatan

Duka Merantau Lama: Rumah Jadi Tak Seperti Rumah Sendiri, Tiap Pulang Terasa Hanya Sebagai “Tamu” Bukan Penghuni Asli

Muchamad Aly Reza oleh Muchamad Aly Reza
23 Oktober 2025
A A
Duka bertahun-tahun merantau di perantauan: Rumah tak seperti rumah, pulang bukan sebagai penghuni tapi tamu MOJOK.CO

Ilustrasi - Duka bertahun-tahun merantau di perantauan: Rumah tak seperti rumah, pulang bukan sebagai penghuni tapi tamu. (Ega Fansuri/Mojok.co)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Seberapa pun jauh seseorang meninggalkan rumah untuk merantau, rumah sejatinya tetap lah rumah. Menjadi tempat untuk pulang dari perantauan.

Namun, bertahun-tahun merantau membuat rumah terasa berbeda. Alih-alih terasa seperti tempat yang sangat akrab, melainkan terasa seperti sebuah tempat yang amat asing.

Pulang ke rumah rasanya tak seperti menjadi penghuninya lagi. Malah terasa sekadar menjadi tamu: Datang beberapa saat, lalu harus lekas pamit pergi. Dan itu ternyata memicu duka berkepanjangan.

Dulu tak betah di rumah, kini berubah kala orang tua menua

Saya sebenarnya masih cukup beruntung dari para perantau kebanyakan. Sebab, jarak tempat merantau saya dengan rumah hanya terhitung setengah harian saja. Itu membuat saya masih bisa pulang sesering mungkin: Paling cepat ya dua bulan sekali lah. Kendati begitu, saya kerap diserang duka nan menyesakkan.

Sejak merantau pada 2017, saya relatif hanya bisa pulang dalam tiga momen: Libur akhir pekan, libur panjang (long weekend), dan libur lebaran (lima harian).

Dulu, pulang ke rumah, meski sejenak, rasanya sudah sangat cukup. Malah saya cenderung tak betah kalau berlama-lama di rumah.

Semua berubah ketika di tahun-tahun belakangan ini saya menyadari: Teramat banyak waktu yang saya habiskan di perantauan sampai orang tua berangsur menua. Itu memberi duka dan rasa bersalah. Karena hingga menjelang masa tua mereka, saya ternyata belum bisa sepenuhnya menemani.

Sialnya, saya juga masih belum bisa meninggalkan perantauan. Sebab, dari sanalah sumber hidup saya. Kini, tiap pulang, terasa betul perihnya.

Rasanya kangen sekali dengan masa kecil. Ketika saya bisa tidur jenak di kasur, menikmati masakan ibu saban hari. Pulang saya teramat singkat untuk perpisahan lagi yang terlampau panjang.

Merantau jadi satu-satunya pilihan untuk “menjadi orang”

Hal serupa juga dirasakan oleh Citra (26) dan Nofri (27). Mereka sama-sma meninggalkan kampung halaman sejak kuliah. Citra merantau dari Jawa Tengah ke Jakarta, sementara Nofri merantau dari Jawa Tengah ke Ibu Kota Jawa Timur (Surabaya).

Baik Citra maupun Nofri sebenarnya ingin menetap di kampung halaman saja selepas lulus kuliah. Akan tetapi, bayangan itu ternyata tak mudah terjadi.

“Susah cari kerja kalau di kabupaten kecil. Mau nggak mau harus merantau kalau menjadi “orang” ” kata Citra.

“Bagi orang daerah, merantau ke kota besar jadi satu-satunya pilihan. Bertahan di kampung halaman nggak menjanjikan banyak hal,” ucap Nofri.

Bedanya dengan Citra yang lulus kuliah langsung merantau ke Jakarta, Nofri sempat beberapa bulan kembali ke kampung halaman. Sempat bekerja juga.

Iklan

Namun, alih-alih menemukan ketenangan, Nofri malah sumpek sendiri lantaran gaji kecil yang dia terima. Itu membebaninya: Merasa gagal. Meski orang tuanya sebenarnya tak mempermasalahkan.

Bagi orang tua Nofri, kerja apa saja, hasilnya berapa pun, Nofri tetap lah anak yang akan mereka banggakan.

Baca halaman selanjutnya…

Pulang tak seperti penghuni, malah terasa tak lebih dari tamu 

Halaman 1 dari 2
12Next

Terakhir diperbarui pada 25 Oktober 2025 oleh

Tags: merantauperantauanpulangrumahrumah tak lagi sama
Muchamad Aly Reza

Muchamad Aly Reza

Reporter Mojok.co

Artikel Terkait

Tinggalkan ibunya demi kuliah di PTIQ Jakarta untuk merantau. MOJOK.CO
Ragam

Kerap Bersalah di Perantauan karena Alasan Sibuk, Tangis Ibu Pecah Saat Saya Akhirnya Pulang dari Jakarta

27 November 2025
Mahasiswa Universitas Negeri Jakarta (UNJ) nyaris drop out usai ibu tiada. MOJOK.CO
Ragam

Sibuk Skripsian sampai Abaikan Telpon Ibu dan Jarang Pulang, Berujung Sesal Ketika Ibu Meninggal

14 November 2025
Guru tak pernah benar-benar pulang. Raga di rumah tapi pikiran dan hati tertinggal di sekolah MOJOK.CO
Ragam

Guru Tak Pernah Benar-benar Merasa Pulang, Raga di Rumah tapi Pikiran dan Hati Tertinggal di Sekolah

8 November 2025
menangis, perantau, perantauan.MOJOK.CO
Ragam

Karyawan Tidak Bercerita tapi Diam-Diam Menangis di WC Tempat Kerja, Cara Terbaik Istirahat dari Hari yang Lelah

5 November 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Warung makan gratis buat Mahasiswa Asal Sumatra yang Kuliah di Jogja. MOJOK.CO

5 Warung Makan di Jogja yang Gratiskan Makanan untuk Mahasiswa Rantau Asal Sumatra Akibat Bencana

4 Desember 2025
8 tahun merantau di Jakarta akhirnya resign. MOJOK.CO

Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama

4 Desember 2025
'Aku Suka Thrifting': Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism.MOJOK.CO

‘Aku Suka Thrifting’: Dari Lapak Murah hingga Jejak Ketimpangan Dunia dan Waste Colonialism

1 Desember 2025
waspada cuaca ekstrem cara menghadapi cuaca ekstrem bencana iklim indonesia banjir longsor BMKG mojok.co

Alam Rusak Ulah Pemerintah, Masyarakat yang Diberi Beban Melindunginya

1 Desember 2025
Bakpia Mojok.co

Sentra Bakpia di Ngampilan Siap Jadi Malioboro Kedua

1 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Tragedi Sumatra Timbulkan Trauma: “Saya Belum Pernah Lihat Gayo Lues Seporak-poranda ini bahkan Saat Tsunami Aceh”

2 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.