Dalam setiap bidang, selalu ada jenis persaingan yang melibatkan dua kubu yang paling berpengaruh, paling mumpuni, paling hebat, paling baik, dan paling-paling yang lainnya. Sejenis persaingan yang membuat banyak orang tertarik untuk menunggu siapa yang pada akhirnya bakal menjadi pemenang dan siapa yang tumbang, atau setidaknya, siapa yang lebih unggul atas yang lainnya.
Di dunia sepak bola, kita mengenal persaingan antara Ronaldo dan Messi. Di ranah sistem operasi smartphone, ada persaingan antara iOS dan Android. Di dunia mi instan, ada persaingan antara Indomie dan Mie Sedaap. Di dunia larutan penyegar, ada persaingan antara Larutan Penyegar Cap Badak dan Larutan Penyegar Cap Kaki Tiga.
Nah, di Indonesia, persaingan jenis itu untuk bidang minimarket sudah tak diragukan lagi pemainnya: Indomaret dan Alfamart.
Dua brand ini boleh dibilang memang menjadi pemain utama dalam bisnis jaringan minimarket di Indonesia. Persaingan keduanya terasa sangat unik dan menggelikan. Di banyak daerah, di mana ada Indomaret, hampir bisa dipastikan di dekatnya, atau bahkan di sebelahnya persis ada Alfamart.
Mereka serupa seperti musuh yang saling menyayangi.
Dari segi persebaran pasar, kekuatan Indomaret dan Alfamart memang cukup berimbang. Jumlah total gerai keduanya tak terpaut jauh.
Berdasarkan data dari PT Indomarco Prismatama sebagai perusahaan yang menaungi bisnis minimarket Indomaret, per Januari 2020, total gerai Indomaret di seluruh Indonesia mencapai 17.681. Sementara itu, berdasarkan data dari PT Sumber Alfaria Trijaya, Tbk. selaku perusahaan yang menaungi Alfamart, jumlah total gerai mereka per kuartal ketiga 2020 mencapai 17.129. Hanya beda-beda tipis.
Saking tipisnya perbedaan jumlah gerai keduanya, sampai-sampai ada rumor yang menyatakan bahwa Indomaret tak punya tim riset wilayah, sebab mereka mengandalkan hasil riset Alfamart. Rumor lain mengatakan sebaliknya.
Benar-benar musuh yang mesra.
***
Bagi banyak orang, mungkin menjadi hal yang mudah belaka untuk memilih antara Indomaret atau Alfamart. Umumnya tinggal pilih mana yang lebih dekat di antara keduanya. Namun, bagi banyak orang yang lain, memilih antara Indomaret atau Alfamart adalah sebuah kerja batin yang membutuhkan banyak pertimbangan.
Saya mencoba mencari tahu hal ini melalui semacam jajak pendapat sederhana yang saya bikin di Twitter tentang apa alasan seseorang lebih memilih Indomaret ketimbang Alfamart dan sebaliknya serta alasan “ideologis” apa yang menyertainya.
Dari sanalah saya menemukan banyak sekali alasan unik orang-orang memilih Indomaret atau Alfamart selain alasan jarak atau ada dan tiadanya tukang parkir.
Nompang nanya, Bung, Ses. Di luar faktor jarak terdekat, mana di antara dua ini yang langsung menjadi jujugan kalian kalau pengin belanja sesuatu saat sedang dalam perjalanan. Apakah ada alasan ideologisnya?
— Agus Mulyadi (@AgusMagelangan) February 15, 2021
Tentu saja saya bukan tanpa alasan mencoba mencari tahu hal sereceh ini. Sejak lama, saya punya semacam pertanyaan sederhana yang membuat saya senantiasa gelisah.
Saya, dengan segenap kesadaran, mengakui bahwa saya adalah tim Indomaret. Awalnya saya tak menyadari hal ini. Saya merasa saya cukup netral dan lebih banyak ke Indomaret murni karena faktor gerainya yang lebih dekat dengan rumah saya.
Namun semakin lama, saya semakin menyadari bahwa alasan itu bukan alasan yang kuat, sebab ketika dalam perjalanan, ternyata saya punya kecenderungan untuk tetap lebih memilih Indomaret ketimbang Alfamart walaupun jarak ke Alfamart mungkin lebih dekat untuk saya jangkau.
Kelak, saya menemukan alasan sederhana kenapa saya merasa Indomaret lebih bisa membikin saya nyaman. Alasannya sederhana. Warna biru.
Ya, saya cenderung lebih memilih Indomaret ketimbang Alfamart karena warna biru yang dominan pada gerai Indomaret.
Seperti diketahui, baik Indomaret dan Alfamart sama-sama punya warna logo dengan elemen warna merah, biru, kuning, dan putih. Bedanya, warna biru pada logo Indomaret lebih dominan, sementara pada Alfamart, warna merahlah yang dominan.
Pertanyaan ini lama sekali pendam. “Apakah hanya saya yang merasakan hal ini?”
Dari jajak pendapat itu, saya merasa sangat puas saat mengetahui bahwa apa yang saya rasakan ini ternyata juga dirasakan oleh orang lain. Di luar sana, ternyata tak sedikit orang yang lebih suka memilih Indomaret ketimbang Alfamart hanya karena nuansa biru yang lebih dominan.
Kawan saya, Bayu Faisal, adalah salah satu yang punya selera yang sama dengan saya dalam hal ini.
“Indomaret dominan biru, jadi adem, Alfa mah panas kesannya,” ujarnya.
Kawan saya yang lain, Annisa Malchan juga senada. Hanya saja, penafsiran warnanya saja yang agak berbeda.
“Indomaret rasanya lebih terang, karena cat dominan putih dan biru dikit, dan penataan barang terasa luas, jadi nggak sumpek. Alfa warna catnya merah-kuning, bikin terasa agak temaram,” katanya.
Saya mencoba menanyakan kecenderungan penafsiran warna ini kepada Wijaya Whiz, seorang pakar visual branding asal Rembang yang namanya cukup moncer di kalangan praktisi modelling product.
Whiz, panggilan akrabnya, mengatakan bahwa warna biru memang punya kecenderungan menenangkan.
“Warna biru memberikan persepsi rasa tenang, nyaman, aman dan damai,” ujarnya. “Indomaret dengan tambahan warna biru dipersepsikan sebagai tempat yang nyaman, menggembirakan, serta memberikan rasa aman terpercaya dalam bertransaksi.”
Ada semacam labeling warna, bahwa biru (dan hijau) adalah warna yang menyimbolkan kebenaran dan kebaikan, sedangkan merah menyimbolkan kesalahan dan kekacauan. Itulah kenapa peringatan akan sebuah kesalahan dalam visual kerap menggunakan warna merah.
Bila dibandingkan dengan warna Alfamart yang dominan merah, nuansa tenang memang lebih bisa dimunculkan pada Indomaret. Whiz mengatakan bahwa dari sisi kesan, warna merah sebenarnya lebih cocok dan bagus jika digunakan sebagai warna gerai makanan, utamanya makanan-makanan berbasis rasa pedas.
***
Kalau Indomaret bisa unggul dari segi warna, Alfamart justru bisa unggul dari segi roti. Ya, roti.
Dalam jajak pendapat yang saya bikin, tak sedikit yang mengatakan lebih memilih Alfamart karena menyediakan produk roti tawar yang lebih lengkap ketimbang Indomaret.
Baik Alfamart maupun Indomaret memang sama-sama menyediakan roti tawar Sari Roti, namun hanya Alfamart-lah yang juga menyediakan roti tawar lokal seperti Prambaru atau Borobudur.
Berdasarkan keterangan dari Ikhwan Sapta Nugraha, kawan saya yang juga menggeluti bisnis minimarket, baik Indomaret maupun Alfamart memang terikat dengan Izin Usaha Toko Modern atau IUTM, di mana dalam IUTM tersebut, salah satu klausul yang wajib dipenuhi olah minimarket-minimarket modern adalah penyediaan produk-produk lokal.
Nah, dalam hal ini, Alfamart cukup cerdas memilih segmentasi produk lokal mereka: roti tawar.
Roti tawar memang menjadi komoditi konsumsi penting bagi masyarakat. Itulah kenapa, hampir semua minimarket selalu menyediakan kompartemen khusus untuk men-display produk roti tawar.
Lantas, kenapa peranan roti tawar lokal menjadi cukup penting? Tentu saja karena faktor harga.
Produk roti tawar kupas Sari Roti, misalnya, dijual dengan harga 15 ribu rupiah, sedangkan roti tawar lokal seperti Prambaru atau Borobudur dijual dengan harga 12 ribu rupiah. Selain itu, ukuran roti tawar lokal jauh lebih besar ketimbang roti tawar Sari Roti yang memang ukurannya cukup minimalis itu.
Tak hanya urusan roti, Alfamart juga unggul dalam urusan sandal jepit. Seperti diketahui, Indomaret menjual produk sandal jepit merek sendiri dengan harga 49 ribu, sedangkan Alfamart, walaupun tidak punya produk sandal jepit sendiri, namun mereka menyediakan sandal Swallow dengan harga yang hanya belasan ribu.
Hal tersebut tentu menjadi pertimbangan tersendiri bagi orang-orang yang tak ingin menghabiskan uang terlalu banyak hanya untuk sandal jepit.
Dari kaki, naik ke hati.
Nah, kalau Anda, lebih pilih mana? Indomaret atau Alfamart? Apa alasannya?
BACA JUGA Pengakuan Penjual Akun Netflix Ilegal, Cuan di Antara Celah Kemalasan dan beragam laporan dari rubrik Sungguh-sungguh Liputan lainnya.
[Sassy_Social_Share]