Arema FC baru saja merayakan gelar juara Piala Presiden 2024. Gelar juara tim asal Malang yang kemudian memberi tangis haru keluarga korban tragedi Kanjuruhan.
***
Meski hanya kompetisi pramusim, tapi gelar juara Piala Presiden 2024 tetaplah prestisius bagi skuad Arema FC. Lebih-lebih, klub asal Malang, Jawa Timur, tersebut punya catatan impresif dalam kompetisi tersebut.
Tim berjuluk Singo Edan itu tercatat sebagai tim tersukses di Piala Presiden dengan koleksi empat piala juara. Masing-masing juara tahun 2017, 2019, 2022, dan terbaru 2024. Di final Piala Presiden 2024, Singo Edan menumbangkan Borneo FC dengan skor akhir 4-3 (1-1) melalui adu penalti.
Tak hanya gegap gempita yang mengiri perayaan juara Arema FC. Tangis para keluarga korban tragedi Kanjuruhan pun tak luput mengiringi.
Iktikad baik Arema FC untuk keluarga korban tragedi Kanjuruhan Malang
Di tengah euforia sebagai juara Piala Presiden 2024, satu hal yang langsung jadi wacana pihak manajemen adalah menyalurkan sumbangan pada para keluarga korban tragedi Kanjuruhan.
Manajemen klub asal Malang tersebut mengalokasikan 13,5 persen dari total hadiah yang Arema FC terima dari Piala Presiden 2024.
“Kami ingin memberikan santunan bagi keluarga korban sebagai bentuk penghormatan kepada mereka,” ujar General Manager Arema FC, Yusrinal Fitriandi dalam keterangan persnya Kamis, (8/8/2024).
“Kami ingin mempersembahkan gelar juara ini kepada seluruh keluarga korban Tragedi Kanjuruhan. Doa dan dukungan mereka selalu menyertai kami dalam setiap pertandingan,” sambungnya.
Keluarga 135 korban harus kebagian semua
Manajemen Arema FC merencanakan akan membagi sumbangan secara rata ke keluarga dari 135 korban tragedi Kanjuruhan di Malang.
“Agar tidak menjadi fitnah, maka masing-masing keluarga korban akan mendapatkan Rp5 juta,” terang Yusrinal.
Unruk diketahui, sebagai juara Piala Presiden 2024, klub asal Malang tersebut menerima hadiah dengan nominal kotor sebesar Rp5,25 miliar. Angka Rp5,25 miliar tersebut lalu dipotong pajak sebesar 15 persen (Rp787,5 juta). Dengan begitu, nominal bersih yang Arema FC terima adalah sebesar Rp4,4625 miliar.
Kemudian ketemu hitungan, sumbangan yang seharusnya disalurkan ke keluarga korban tragedi Kanjuruhan masing-masing yakni sebesar Rp4,4625 juta. Hanya saja, manajemen Arema FC menyepakati untuk diambil angka bulat Rp5 juta. Nominal itulah yang akan disalurkan pada keluarga 135 korban tragedi Kanjuruhan.
“Kami sadar bahwa materi tidak dapat mengganti nyawa. Namun, kami ingin berbagi kebahagiaan ini dengan para keluarga korban,” beber Yusrinal.
Manajemen klub asal Malang itu memastikan akan menyalurkan sumbangan tersebut secara bertahap. Dimulai dari Kamis (8/8/2024), manajemen Arema FC bersama perwakilan Presidium Aremania mulai mengunjungi keluarga korban satu persatu.
Ia yang ikhlas atas tragedi Kanjuruhan Malang
Sudah hampir dua tahun tragedi Kanjuruhan (22 Oktober 2022) berlalu. Akan tetapi, ingatan para keluarga korban tentu masih sangat basah. Ketika anak/saudara/pasangan berangkat ke Stadion Kanjuruhan, Malang, dengan gairah mendukung tim kebanggaan, tapi justru pulang sebagai jasad yang membujur tanpa nafas dan detak jantung.
Kengerian tragedi Kanjuruhan, jerit para korban di tengah semprotan gas air mata, adalah detil yang terus-menerus berkelindan di ingatan.
Meski begitu, hidup harus terus berlanjut. Lupa tentu tidak akan bisa. Namun, keluarga Winto perlahan-lahan mencoba mengikhlaskan.
Winto adalah ayah salah satu dari 135 korban tragedi Kanjuruhan Malang bernama Vera Puspita Ayu. Winto menjadi keluarga yang pertama-tama mendapat saluran sumbangan dari manajemen Arema FC.
“Tragedi Kanjuruhan adalah takdir Tuhan. Kami ikhlas menerima kepergian anak kami,” tutur Winto dengan mata berkaca-kaca saat manajemen Arema FC berkunjung ke kediamannya di Jalan Bunga Cendara, Lowokwaru, Malang.
Winto tak menyangka bahwa ternyata Arema FC masih memiliki kepedulian pada keluarga korban tragedi Kanjuruhan. Menerima kepedulian itu, Winton tak bisa menyembunyikan rasa haru.
“Ini sangat berarti bagi kami,” sambung Winto.
Air mata dan trauma
Keluarga lain yang pertama-tama mendapat saluran sumbangan yakni keluarga mendiang Iwan Junaedi (Sam Nawi), salah satu senior komunitas Curva Nord Aremania yang turut menjadi korban tragedi Kanjuruhan.
Istri mendiang Sam Nawi, Eka, menyambut hangat manajemen Arema FC yang datang bertamu di kediamannya di Singosari, Malang. Air mata tak terbendung dari kedua mata Eka karena ingatan tentang sang suami.
Terlebih, sebelum meninggal di tragedi Kanjuruhan, Sam Nawi melakukan upaya terakhir untuk melindungi anak dan istrinya.
Pada setiap laga Arema FC di Malang, Sam Nawi sebenarnya kerap mengajak anak dan istri untuk nribun. Namun, di hari ketika tragedi Kanjuruhan terjadi, Sam Nawi dengan alasan tak jelas meminta agar anak istrinya tetap tinggal di rumah.
Siapa nyana, ternyata di hari itu tragedi maut merenggut 135 nyawa orang, di mana Sam Nawi termasuk di dalamnya. Hanya saja, ia berhasil menyelamtkan anak dan istrinya karena sebelumnya melarang mereka ikut ke stadion.
Tragedi Kanjuruhan menyisakan trauma mendalam bagi Eka. Hampir dua tahun pasca kejadian itu, Eka dan anaknya masih belum bisa mendatangi Stadion Kanjuruhan. Tapi ia menegaskan, sebagaimana selama ini sang suami mendukung Arema FC dengan sepenuh jiwa, begitu juga lah Eka pada Singo Edan.
“Meskipun suami saya gugur, sampai hari ini kami tetap keluarga Aremania dan tetap mendukung Arema FC selamanya,” tutur Eka.
“Terimakasih, matur nuwun sanget buat manajemen dan pemain. Keluarga Mas Nawi tetap suporter. Ke mana-mana kita tetap mendukung. Salam satu jiwa,” tegasnya.
Penulis: Muchamad Aly Reza
Editor: Hammam Izzuddin
Ikuti berita dan artikel Mojok lainnya di Google News.