Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Liputan Aktual

Memahami “Bahasa Bayi” Swasembada Pangan yang Dibanggakan Presiden Prabowo selama Satu Tahun Menjabat di Saat Petani Makin Nelangsa

Aisyah Amira Wakang oleh Aisyah Amira Wakang
21 Oktober 2025
A A
Swasembada Pangan di era Prabowo. MOJOK.CO

ilustrasi - definisi swasembada pangan di era Prabowo mengulang era Soeharto. (Ega Fansuri/Mojok.co)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto boleh berbangga atas hasil pencapaian swasembada pangan selama satu tahun ini. Namun, tak boleh menutup mata bahwa belum ada lompatan inovasi dan terobosan teknologi yang menyejahterakan hidup petani.

***

Wakil Menteri Pertanian Sudaryono mengungkap Indonesia sudah tidak lagi mengimpor beras dan jagung selama pemerintahan Presiden Prabowo Subianto. Hal itu menjadi perwujudan dari swasembada pangan yang tercantum dalam Asta Cita ke dua.

“Memantapkan sistem pertahanan keamanan negara dan mendorong kemandirian bangsa melalui swasembada pangan, energi, air, ekonomi kreatif, ekonomi hijau dan ekonomi biru,” dikutip dari laman resmi Tentara Nasional Indonesia, Selasa (21/10/2025).

Sudaryono menyebut pemerintah Republik Indonesia (RI) justru sudah bisa melakukan ekspor. Pun tidak lagi mengimpor gula dan garam. Dampaknya, kesejahteraan petani mulai meningkat jika dilihat dari nilai tukar petani (NTP) yang terus naik.

“Tahun ini (2025), nilai NTP di sektor pertanian insyaallah menjadi yang tertinggi sepanjang sejarah, yakni mencapai 124. Belum pernah kami capai pada periode-periode sebelumnya,” kata Sudaryono lewat keterangan resmi, Senin (20/10/2025).

Masalahnya, kata Anggota Pengurus Pusat Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia (PERHEPI) Khudori, pemerintah tak pernah menjelaskan apa yang dimaksud dengan swasembada pangan sejak dilantik pada tahun 2024 lalu.

Khudori menegaskan target swasembada pangan oleh pemerintah harusnya lebih konkrit, sebab ada swasembada berbasis gizi seperti karbohidrat, protein, dan lemak. Atau seperti di era Presiden Joko Widodo dan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang menerjemahkan swasembada pangan sebagai swasembada komoditas.

Nyatanya, menurut Khudori, pemerintah Prabowo sedang mencontek dan memodifikasi upaya pencapaian swasembada pangan yang pernah dilakukan Presiden Soeharto selama masa orde baru. Salah satunya, berhasil mengimpor beras jadi swasembada beras pada 1984.

Apa itu swasembada pangan?

Jujur saja, Khudori masih menerka-nerka pengertian swasembada yang ditargetkan oleh Presiden Prabowo dan kabinetnya. Bisa jadi, swasembada yang mereka pahami adalah, saat 90 persen kebutuhan dalam negeri bisa dipenuhi dari produksi domestik. Artinya, masih ada ruang impor sebesar 90 persen.

Atau sepenuhnya tidak ada impor (100 persen), tapi kebutuhan domestik harus dipenuhi dan diproduksi sendiri. Begitu juga dengan definisi pangan yang masih rancu.

Pengertian pangan secara harfiah tercantum dalam Undang-Undang Pangan Nomor 18/2012. Di mana, pangan dimaknai sebagai segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, perairan, dan air.

Pangan bisa jadi produk yang bisa diolah maupun tidak dan diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia. Termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lainnya yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, dan atau pembuatan makanan atau minuman.

“Nah, kalau swasembada pangan yang dimaksud Prabowo mengacu pada definisi UU Pangan di atas, mustahil Indonesia bisa meraih swasembada pangan,” ucap Khudori melalui keterangan tertulis, Senin (20/10/2025).

Iklan

Khudori tak menampik bahwa Indonesia kaya akan sumber daya alam dan plasma nutfah, sehingga memungkinkan untuk mencapai swasembada pangan. Masalahnya, Khudori pesimis jika Indonesia mampu memproduksi kebutuhan pangannya sendiri.

“Apalagi, kalau menggunakan definisi swasembada, manakala tidak ada impor alias 100 persen kebutuhan konsumsi dipenuhi dari produksi sendiri,” tegas Khudori.

Swasembada pangan berbasis komoditas

Menurut pengamatan Khudori, yang juga merupakan anggota komite ketahanan pangan Ikatan Nasional Konsultan Indonesia (INKINDO), pemerintah RI tengah menargetkan swasembada berbasis komoditas. 

Sebab, pemerintah telah memfokuskan komoditas padi dan jagung di tahun-tahun awal. Sementara, komoditas lain digarap pada tahun-tahun berikutnya.

“Jadi, definisi swasembada menurut pemerintah RI saat ini adalah ketika 90 persen kebutuhan dalam negeri bisa dipenuhi dari produksi sendiri,” kata Khudori.

Komoditas beras misalnya, diperkirakan mengalami surplus cukup besar yakni lebih dari 3 juta ton. Jujur saja, angka itu terbesar sejak tahun 2019. Sementara, produksi jagung naik lumayan tinggi yakni 8 persen.

Khudori menjelaskan surplus tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor. Mulai dari peningkatan jumlah volume pupuk subsidi, peningkatan anggaran, cuaca yang bersahabat, hingga pengawalan intens dari Kementerian Pertanian. 

“Maka, ketika produksi menurun justru bakal menjadi pertanyaan besar,” ucapnya.

Belum ada inovasi teknologi yang mempermudah

Khudori harus mengakui capaian swasembada pangan tersebut, tapi ia mencatat bahwa pemerintah RI belum melakukan adopsi inovasi dan teknologi untuk melipatgandakan produksi dan produktivitas hingga sekarang. Kenaikan produksi, kata dia, masih bertumpu pada penambahan luas panen. 

Sementara untuk menambah luas panen itu tidak selalu mudah. Produktivitas padi misalnya, dalam beberapa tahun ini tak bergerak dari 5,2 hingga 5,3 ton/ha. Angka itu, menurut Khudori memang tinggi tapi masih kalah dengan Vietnam dan China.

“Selain itu, sistem budidaya pertanian Indonesia juga kian menjauhi kaidah keberlanjutan,” ucapnya.

Merujuk pada Survei Ekonomi Pertanian 2024 oleh BPS, sebesar 66,49 persen sistem budidaya pertanian di Indonesia masuk kategori tidak berkelanjutan. Lebih dari 75 persen lahan sawahnya kekurangan bahan organik secara intensif. 

“Dengan kandungan bahan organik di bawah 2 persen membuat lahan sawah kurang optimal dalam usaha tani. Seresah panen perlu dikembalikan ke sawah dan mengombinasikan pupuk kimia dengan pupuk organik,” kata Khudori.

Usaha tani hanya sambilan 

Tak hanya sampai di situ. Khudori yang juga pegiat komite pendayagunaan pertanian mencatat, jumlah petani gurem atau orang yang menguasai lahan kurang dari 0,5 ha bertambah bayak dalam 10 tahun terakhir. Berdasarkan hasil rata-rata dari Sensus Pertanian 2023, penguasaan sawah petani cuman 0,2 ha. 

“Bagi petani berlahan secuil ini, pendapatan dari non-usaha tani jauh lebih besar dan jauh lebih penting. Karena itu, usaha tani hanya sambilan,” kata Khudori.

Padahal, jika mau menyimak Asca Cita kembali dalam poin swasembada pangan, reforma agraria menjadi masalah penting untuk menyejahterakan petani. Namun, hal itu belum terwujud hingga sekarang.

“Reforma agraria selalu jadi janji politik yang menjanjikan tapi tidak benar-benar dieksekusi secara serius tatkala menjabat. Itulah sebabnya konflik agraria terus meruyak,” ucap Khudori. 

“Ketimpangan penguasaan dan kepemilikan lahan makin menganga. Hanya dengan modal lahan yang cukup janji-janji petani akan sejahtera setidaknya bisa ditunggu.” Kata Khudori.

Penulis: Aisyah Amira Wakang

Editor: Ahmad Effendi

BACA JUGA: Alkisah Suharto, Prabowo, dan Swasembada Pangan Ilusif yang Mengancam Petani atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan.

Terakhir diperbarui pada 21 Oktober 2025 oleh

Tags: 1 tahun Prabowo-Gibranasta citaberasbulognasib petanireforma agrariasatu tahun Prabowoswasembada pangan
Aisyah Amira Wakang

Aisyah Amira Wakang

Artikel Terkait

banjir sumatera. MOJOK.CO
Mendalam

Bencana di Sumatra: Pengakuan Ayah yang Menjarah Mie Instan di Alfamart untuk Tiga Orang Anaknya

1 Desember 2025
Stok Beras Bulog 2025 Aman. MOJOK.CO
Aktual

Stok Beras Bulog Memang Berlebih di Gudang, tapi Tak Jamin Masyarakat Bisa Beli dan Petani Sejahtera

24 November 2025
Prabowo-Gibran.MOJOK.CO
Aktual

7 Alasan Mengapa Satu Tahun Masa Kepemimpinan Prabowo-Gibran Layak Diberi Nilai 3/10

20 Oktober 2025
Kerja sama Pemprov Jawa Tengah dengan Uni Eropa untuk pengembangan beras rendah karbon MOJOK.CO
Kilas

Pengembangan Beras Rendah Karbon di Jawa Tengah, Kerja Sama dengan Uni-Eropa untuk Ketahanan Pangan

30 Juni 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra

4 Desember 2025
8 tahun merantau di Jakarta akhirnya resign. MOJOK.CO

Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama

4 Desember 2025
Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

2 Desember 2025
Gowes Ke-Bike-An Maybank Indonesia Mojok.co

Maybank Indonesia Perkuat Komitmen Keberlanjutan Lewat Program Gowes Ke-BIKE-an

29 November 2025
banjir sumatra.mojok.co

Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?

4 Desember 2025
banjir sumatera. MOJOK.CO

Bencana di Sumatra: Pengakuan Ayah yang Menjarah Mie Instan di Alfamart untuk Tiga Orang Anaknya

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.