Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Esai

Kristen Gray Beraninya Pakai Visa Akal-akalan di Bali, Cobain Sini ke Bantul, Mbak!

Katharina Stogmuller oleh Katharina Stogmuller
19 Januari 2021
A A
Kristen Gray Beraninya Jadi Imigran Gelap di Bali, Cobain Sini ke Bantul, Mbak!

Kristen Gray Beraninya Jadi Imigran Gelap di Bali, Cobain Sini ke Bantul, Mbak!

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Membaca kicauan Kristen Gray soal hidup bebas di Bali bikin bule Austria-Bantul ini jadi gatel ingin komentar pula.

Sebagai peranakan Austria blasteran Bantul, saya cukup dikejutkan dengan trending topic Twitter seorang bule Amerika, namanya Kristen Gray, yang mengaku bisa bebas tinggal selama satu tahun di Bali. Saya gumun, kok bisa sih lolos tanpa dideportasi?

Buat kamu yang nggak ngikutin thread-nya, jadi gini, saya ceritakan sekilas.

Unggahan Twitter Mbak Kristen Gray yang pada akhirnya dihapus itu, cerita soal pengalamannya hidup enak hidup di Bali selama pandemi. Biaya hidup murah meriah, sehingga bikin Mbak Kristen Gray bisa seenaknya tinggal di Indonesia, plus merasakan hidup sedikit “mewah”.

Sebagai perbandingan, dia tinggal di Bali itu cuma habis ngontrak Rp5,6 juta per bulan. Bandingkan dengan biaya kontrakannya di Los Angeles yang harus siap sedia Rp18,4 juta per bulan. Tiga kali lipat lebih mahal, Cuy.

Namun persoalannya jelas bukan di sana. Persoalannya adalah Mbak Kristen gray ini diduga nggak punya visa tinggal tetap di Indonesia, artinya dia ini cuma pakai visa liburan alias kunjungan. Yaktul, masa tinggalnya di Bali itu diduga menyalahi aturan resmi.

Lebih parahnya lagi, Mbak Kristen Gray ini malah koar-koar dong, ngajakin temen-temen Amriknya untuk ikutan pindah ke Bali dengan ngasih tips ngakali imigrasi. Entah karena nggak punya duit atau ogah bersentuhan dengan proses perizinannya yang emang ribet banget.

Nah kalau soal ogah ngurus proses izin itu sih, maaf, saya agak lumayan ngerti bagian bikin malesnya ada di mana.

Soalnya gini, sedekat pengalaman saya aja, ngurus perizinan tinggal di Indonesia bagi orang-orang luar itu serius, emang ribet banget. Sama ribetnya kayak kisah cinta saya.

Bagaimana saya bisa tahu? Lah ya karena dulu bapak saya dari Austria tiap enam bulan sekali harus keluar-masuk Singapura untuk dapat izin tinggal. Syukurlah sekarang bapak saya sudah dapat izin tinggal seumur hidup walaupun persyaratannya dan harganya lumayan.

Gara-gara Mbak Kristen Gray pula, saya sempet kesindir sama balasan netien Indonesia di Twitter. Katanya gini, “Indonesia nggak butuh londo kere seperti kalian.”

Hm.

Ya bener sih. Memang tidak murah dan mudah untuk tinggal di Indonesia. Terutama kalau sudah punya anak, wah, pusingnya bisa kuadrat.

Untuk ngurus izin tinggal dirinya sendiri aja udah ribet lha ini ditambah ada krucil yang baru lahir nambahi mumet wae. Saya sih nggak yakin Mbak Kristen Gray sudah sampai pada tahap pusing yang ini.

Iklan

Lagi-lagi dari mana saya tahu? Pengalaman, Mbak Kristen Gray. Meski—yah—pengalamannya tentu nggak sebrutal kayak panjenengan.

Saya tahu persis itu ketika adik saya lahir. Ceprot, belum apa-apa, Bapak udah harus bikin laporan ke imigrasi sampai harus foto segala. Baru lahir lho ini, bayangkan saja bayi masih merah-merah dan bau ketuban gitu harus segera dilaporkan, kalau tidak mau dikenai denda!

Yah, kecuali kalau mau main ilegal-ilegalan kayak Mbak Kristen Gray sih beda perkara ya.

Selain orang yang ngatain “bule kere” atau “londo kere”, ada juga yang ngetweet minta harga turis lokal dan asing diperlakukan biar orang-orang kayak Mbak Kristen Gray ini nggak kemlinthi.

Waduh, waduh. Hakok serem. Gini lho, Lur, sebagai wong Sewon yang dulu pengin ndelok candi tapi terus dikenai harga turis, hal kayak gitu tu benar-benar menyebalkan. Padahal penjaga loketnya kadang juga sadar kalau bahasa Jawa dan bahasa Indonesia saya itu bahasa ibu saya. Fluent njobo-njero saya.

Jadi selain makin banyak netizen yang geram dengan Mbak Kristen Gray buat ngakalin imigrasi untuk tinggal di Indonesia, saya juga ikut sebal. Sebab, saya dan keluarga susah-susah ngurusin imigrasi, ini orang enak aja melanggar hukum selama setahun.

Padahal kalau dia mau ngurus izin itu semua, klaim Mbak Kristen Gray soal hidup di Bali itu murah dan mudah itu jelas nggak bakal muncul. Kenapa? Ya karena ngurusnya itu emang betulan tidak mudah dan tidak murah

Asal kamu tahu aja, biaya yang sudah dihabiskan oleh saya dan bapak saya dulu untuk ngurus izin tinggal di Indonesia itu bisa seharga satu unit mobil.

Dengan biaya semahal itu, sudah tentu konsekuensi dan penindakan yang diterima kalau melewati itu pakai cara ilegal kudu serius dong ya. Ini duit banyak lho buat negara. Jadi saya heran, kok bisa imigrasi di Bali semudah itu kecolongan?

Kan ini jadi cuma ada dua kemungkinan. Mbak Kristen Gray yang pinter atau bagian imigrasi yang cuek mampus.

Nah, anggap lah ini Mbak Kristen Gray yang jago banget kayak di film-film agen gitu. Saya jadi penasaran kalau Mbak Kristen Gray ini tinggal di Sewon, Bantul. Bisa nggak dia lolos kayak di Bali?

Soalnya, meski lebih ndesit ketimbang Bali, Bantul itu punya mata-mata imigrasi banyak sekali. Guyupnya warga di sini justru bikin setiap ghibah dan informasi intelejen soal keberadaan bule jadi lebih cepat nyebar ketimbang telegram. Bahkan konon tembok dan pohon talok pun punya telinga di sini.

Jadi kalau ada bule tinggal ke sebuah kampung beberapa hari, hayakin bakal udah jadi bahan obrolan tetangga yang gurih ini. Nah, kalau visa imigrasimu nggak beres, pembicaraan antar-tetangga ini bisa sampai ke telinga imigrasi. Jadi bukan tidak mungkin hanya dalam beberapa hari kamu bakal dijemput cantik.

Mbah Kakung saya dari Austria aja kalau mau datang nengokin perlu bikin laporan ke Polda dulu, karena satu kampung pasti tahu kedatangan simbah saya. Iya, simbah mau nengokin cucunya aja harus laporan ke Polda, lho!

Wedyan, wis koyok penjahat perang wae, Lur.

Ini baru soal perizinan aja nggak semudah itu, Lur, apalagi soal klaim murah Mbak Kristen Gray yang menyesatkan itu. Kenapa? Gini.

Hidup di Indonesia itu bikin saya agak populer di kalangan teman-teman bule saya. Dulu ada pacar temen kepikiran tinggal di Indonesia untuk bikin usaha ini-itu. Maklum, dia pikir di Indonesia apa-apa murah.

Lalu, saya sedikit menertawakannya, dikira tinggal di Indonesia semurah itu apa? Setelah dia survei cek sana-sini, pacar teman saya ini sambat, kok pajak di negeri ini tinggi banget untuk bule kayak dia. Ealah, lah kalau nggak tinggi dari dulu bapak saya udah buka angkringan sambil jualan tembakau tingwe dong. Dasar, lalapan Kinderjoy.

Ini belum dengan adanya aturan (nggak tahu ini berlaku di Yogyakarta saja atau di luar juga ada) bahwa orang asing tidak boleh memiliki aset atas namanya. Artinya, bapak saya nggak bisa beli apa-apa di sini.

Motor Beat yang saya pakai aja itu atas nama ibu saya, bukan Bapak. Bahkan dulu pernah ada kejadian, teman bapak saya orang Swiss cerai. Karena cerai sama orang Indonesia, ya harta gono-gininya jadi punya mantan istrinya semua. Balik ke Swiss nggak bisa bawa balik apa-apa akhirnya. Kere seketika.

Jadi percayalah, proses yang melibatkan orang asing di Indonesia itu rumit dan perlu modal yang gede. Kayak saya sendiri misalnya. Meski saya sudah dua puluh tahun tinggal di Sewon, dan cuma empat tahun pertama saja tinggal di Austria, proses jadi Warga Negara Indonesia (WNI) itu susahnya tetep saja ngidap-ngidapi.

Banyak menerjemahin dokumen ke bahasa Jerman dulu, bayar penerjemah yang bisa disumpah pula, udah gitu biaya pengurusannya mahal, dan satu lagi—ini yang bikin dilematis—kalau bayar tertib semua saya malah dikatain temen-temen saya. Katanya, udah enak-enak jadi warga negara Austria malah milih Indonesia. Mau ngarepin apa, katanya.

Lah, akal-akalan kayak Mbak Kristen Gray dikatain netizen sedunia maya, jadi warga resmi Indonesia kayak saya malah dikatain juga. Ilegal kena, legal pun ternyata kena pula.

BACA JUGA Ribetnya Punya Bapak Bula dan cerita menarik dari Katharina Stogmuller lainnya.

Terakhir diperbarui pada 19 Januari 2021 oleh

Tags: austriaBaliBuleimigrasiYogyakarta
Katharina Stogmuller

Katharina Stogmuller

Numpang lahir di Vocklabruck, Austria. Mahasiswi Atma Jaya Jogja.

Artikel Terkait

Starcross Membuktikan bahwa Nilai Kreativitas dan Komunitas Lebih Kuat dari Tren yang Datang dan Pergi
Video

Starcross Membuktikan bahwa Nilai Kreativitas dan Komunitas Lebih Kuat dari Tren yang Datang dan Pergi

8 November 2025
Kenangan mahasiswa di Jogja dengan pensiun dokter. MOJOK.CO
Sosok

Kebaikan Seorang Pensiunan Dokter yang Dikenang Mahasiswa Jogja, Berikan Tempat Inap Gratis hingga Dianggap Seperti Keluarga

25 Oktober 2025
Peserta kegiatan Main Bareng Lareplay di Taman Bakung, Baciro, Kota Yogyakarta MOJOK.CO
Kilas

Main Bareng Lareplay: Ajak Anak-anak Kota Yogyakarta Peduli Lingkungan dengan Cara-cara Unik

23 Oktober 2025
Bumiku Lestari: Inovasi Bank Sampah yang Bisa Ditukar dengan Bahan Makanan Sehat
Video

Bumiku Lestari: Inovasi Bank Sampah yang Bisa Ditukar dengan Bahan Makanan Sehat

23 Oktober 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Menanti kabar dari keluarga, korban bencana banjir dan longsor di Sumatera. MOJOK.CO

‘Kami Sedih dan Waswas, Mereka seperti Tinggal di Kota Mati’ – Kata Keluarga Korban Bencana di Sumatera

1 Desember 2025
Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

Udin Amstrong: Menertawakan Hidup dengan Cara Paling Jujur

2 Desember 2025
UGM MBG Mojok.co

Gadjah Mada Intellectual Club Kritisi Program MBG yang Menyedot Anggaran Pendidikan

28 November 2025
Bakpia Mojok.co

Sentra Bakpia di Ngampilan Siap Jadi Malioboro Kedua

1 Desember 2025
pendidikan, lulusan sarjana nganggur, sulit kerja.MOJOK.CO

Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada

5 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Tragedi Sumatra Timbulkan Trauma: “Saya Belum Pernah Lihat Gayo Lues Seporak-poranda ini bahkan Saat Tsunami Aceh”

2 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.