MOJOK.CO – Beberapa lembaga survei telah merilis jajak pendapat mengenai kandidat calon Presiden dan Wakil Presiden, yang akan berlaga di Pemilu 2024. Ada yang menemukan hasil seragam, tapi tak sedikit juga yang merilis angka berbeda.
Lembaga survei Y-Publica dan Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) misalnya, sama-sama menunjukkan bahwa elektabilitas Ganjar Pranowo lebih unggul daripada capres lain. Sementara hasil berbeda ditampilkan Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA, yang menempatkan Prabowo Subianto sebagai kandidiat paling unggul.
Selain hasil umum yang menyajikan angka elektabilitas para capres, beberapa lembaga survei juga mulai menampilkan data-data mikro. Seperti segmentasi atau pembagian kelompok-kelompok pemilih.
Beberapa lembaga survei mulai membagi tingkat elektabilitas berdasarkan rataan usia, kelompok masyarakat, atau demografi tertentu untuk memetakan kecenderungan politik mereka di Pemilu 2024 mendatang.
Lantas, bagaimana hasil survei Calon Presiden 2024 jika didasarkan pada segmentasi pemilih? Berikut Mojok telah merangkumnya:
#1 Wong Cilik pilih Prabowo
Hasil survei Political Weather Station (PWS) menunjukkan bahwa kelompok tani, buruh, dan pengangguran mengunggulkan Prabowo Subianto sebagai Capres 2024. Menurut peneliti senior PWS, Sharazani, tiga kelompok yang diidentifikasi sebagai “wong cilik” ini memilih Prabowo lantaran Menteri Pertahanan ini dianggap mampu membuat perekonomian rakyat menjadi lebih baik.
“Prabowo mereka persepsikan sebagai capres yang memiliki kemampuan membuat ekonomi rakyat menjadi lebih baik,” kata Sharazani, dikutip dari Antara.
“Makanya, sebanyak 62,5 persen responden yakin Prabowo mampu membuat kondisi ekonomi Indonesia lebih baik daripada sekarang,” imbuhnya, memaparkan angka survei.
Lebih lanjut, Sharazani juga menyampaikan bahwa tingkat keterpilihan atau elektabilitas Prabowo di kelompok petani unggul dengan perolehan 56,2 persen. Sementara 38,3 persen responden memilih kandidat lain dan 5,4 persen menjawab tidak tahu.
“Pengalaman Prabowo sebagai ketua umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) ternyata membuat namanya sudah terlanjur lekat di hati kaum tani,” ujarnya.
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan pada 4-11 November 2022 ini juga menunjukkan bahwa elektabilitas Prabowo ada di angkai 51,3 persen di kalangan buruh. Sementara di kalangan pengangguran, hasil survei PWS juga menunjukkan bahwa Ketua Umum DPP Partai Gerindra ini mencapai 54,8 persen.
#2 KIB menang di pemilih moderat
Sementara itu, temuan Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA menunjukkan hasil lain di segmentasi yang berbeda. Dalam survei nasional yang dilakukan bulan Agustus lalu, poros Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang terdiri PAN-PPP-Golkar, unggul di segmen pemilih yang moderat.
Pemilih moderat yang dimaksud adalah segmen pemilih yang berasal dari golongan tengah. Artinya, ia bukan golongan fanatik yang mendukung ideologi partai-partai Islam, tapi sekaligus juga bukan dari pendukung pemerintah Jokowi.
“Sementara itu poros PDIP lebih unggul di segmen pemilih yang puas dengan kinerja Jokowi,” kata peneliti senior LSI Denny JA, Ardian Sopa, dalam siaran persnya.
“Dan poros Gerindra plus PKB lebih unggul di segmen pemilih yang kurang puas dengan kinerja Jokowi,” sambungnya.
Lebih lanjut, temuan ini diklaim dapat menjadi cerminan arah politik PDIP kedepannya. Sekalipun PDIP sudah memenuhi 20 persen presidential threshold, kata Sopa, hampir mustahil parpol itu untuk bertarung sendirian tanpa mengandeng partai lain.
“Namun, hampir mustahil juga PDIP akan menggandeng PKS karena alasan ideologis. Mustahil juga PDIP menggandeng Demokrat, karena riwayat hubungan Megawati dan SBY,” tukasnya.
#3 PDIP juga kalah di segmentasi milenial dan pengguna medsos
LSI Denny JA juga menemukan bahwa PDIP kalah dalam segmentasi pemilih milenial dan para pengguna medsos. Secara demografi, untuk responden milenial (di bawah 25 tahun), mereka cenderung memilih Gerindra dengan total suara responden 18 persen—ketimbang PDIP (16 persen).
Partai berlogo banteng ini unggul di segmentasi pemilih di rentang usia 26 hingga 55 tahun. PDIP merajai dengan perolehan 26 suara responden, berbanding dengan Gerindra yang hanya mendapatkan 13 persen.
Selain gagal mengungguli suara responden untuk kategori milenial, PDIP juga kalah di segmentasi pemilih dari pengguna medsos. Dalam temuan LSI Denny JA, PDIP hanya meraup 12,6 persen suara responden dari kalangan pengguna Facebook. Sementara KIB, yang meraih suara tertinggi, mendapat dukungan 23 persen.
Sementara dukungan terhadap KIB dari pemilih yang menggunakan WhatsApp adalah sebesar 20,7 persen. Di sisi lain, PDIP hanya 13,8 persen.
Menurut LSI Denny JS, penyebab KIB unggul di segmen politik digital lantaran pemilihnya banyak tinggal di perkotaan. Selain itu, para pemilih itu juga memiliki pendidikan dan pendapatan tinggi, dan umumnya aktif di medsos.
#4 Pemilih kritis pilih Ganjar
Ganjar Pranowo unggul untuk segmentasi pemilih kritis berdasarkan survei yang dilakukan Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) awal tahun ini. SMRC sendiri mendefinisikan pemilih kritis sebagai sebagai warga negara Indonesia (WNI), yang mengikuti isu nasional, memiliki telepon seluler, dan tinggal di perkotaan.
Dalam survei yang yang dilakukan melalui dua metode, double sampling dan random digital dailing (RDD), menunjukkan kecenderungan besar pemilih kritis terhadap sosok Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.
“Menurut top of mind atau pertanyaan spontan kita memperoleh hasil Ganjar Pranowo mendapat dukungan spontan 19,9 persen dari pemilih kritis, unggul signifikan dari calon-calon lain,” ujar Direktur Riset SMRC Deni Irvani dalam video rilis survei yang diunggah SMRC TV, dikutip Rabu (16/11/2022).
Selanjutnya, di bawah nama Ganjar, ada nama Ketua Umum Partai GerindraPrabowo Subianto, dengan perolehan dukungan 10,4 persen. Sementara di urutan ketiga ada nama mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang mendapat 9,8 persen suara dari total responden yang sebanyak 1.268 orang.
Penulis: Ahmad Effendi
Editor: Purnawan Setyo Adi