Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Kotak Suara

Sejarah IWD: Dirintis Buruh Perempuan, Dirayakan Perempuan Sedunia

Ahmad Effendi oleh Ahmad Effendi
8 Maret 2023
A A
hari perempuan internasional

Ilustrasi Hari Perempuan Internasional yang dirayakan tiap 8 Maret.

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Hari Perempuan Internasional atau International Woman’s Day (IWD) diperingati setiap tanggal 8 Maret. Peringatan ini bertujuan untuk mencapai perdamaian dan kesetaraan bagi kaum perempuan di seluruh dunia, tanpa memandang etnis, ras, dan agama.

Melansir laman UN Women, IWD 2023 mengusung tema “DigitALL: Innovation and technology for gender equality” atau “Inovasi dan teknologi untuk kesetaraan gender”. Tema tersebut akan berfokus pada peran teknologi dan pendidikan digital secara global bagi kaum perempuan.

Menurut PBB, peringatan IWD 2023 bertujuan untuk memperjuangkan hak perempuan dan anak perempuan dalam kemajuan bidang teknologi transformatif dan pendidikan digital. Harapannya, kesenjangan teknologi bisa dihilangkan dan perempuan memiliki hak yang setara dalam mengakses teknologi.

Namun, sebelum sampai pada peringatan tahun 2023 ini, sebenarnya seperti apa sih sejarah IWD itu sendiri?

Dari menuntut upah layak, hingga hak politik

Melansir laman resmi IWD, disebutkan bahwa awal mula Hari Perempuan Internasional diperingati terjadi pada 1908. Kala itu, ada sekitar 15 ribu perempuan berbaris di New York, melakukan aksi demontrasi dengan membawa tiga tuntutan utama: pengurangan jam kerja, upah layak, dan hak memilih.

Kendati demikian, protes itu sebenarnya bukan yang pertama. Dua tuntutan pertama yang terkait hak-hak sebagai buruh, telah disuarakan pada 8 Maret 1857.

Seperti dicatat Temma Kaplan dalam Feminist Studies (1985), saat itu terjadi protes besar yang dilakukan pekerja perempuan pabrik tekstik di New York. Sayangnya, setelah protes itu belum ada dampak signifikan terkait hak-hak mereka.

Barulah pada 1908, atau lima puluh tahun kemudian, perempuan kembali berkumpul dan menambah satu lagi tuntutan terkait hak politik. Seperti diketahui, pada saat itu, perempuan belum memiliki hak untuk memilih, sekalipun di negara-negara Barat seperti Amerika Serikat.

Sejak saat itu, diskursus mengenai hak-hak perempuan terus menjadi sorotan. Di negeri Paman Sam, Partai Sosialis Amerika mendeklarasikan Hari Perempuan Nasional atau National Woman’s Day pertama. Kala itu, awalnya, Hari Perempuan dirayakan di seluruh Amerika Serikat pada 28 Februari dan terus dirayakan hingga 1913.

Sementara di belahan bumi lain, di Eropa, seorang aktivis kiri Clara Zetkin menyampaikan ide “Hari Perempuan” dalam Konferensi Internasional untuk Pekerja Wanita di Kopenhagen, Denmark, pada 1910. Saat itu konferensi dihadiri 100 perempuan yang berasal dari 17 negara dan disepakati bahwa perlu dirayakan Hari Perempuan Internasional.

Alhasil, merujuk pada keputusan konferensi tersebut, Hari Perempuan Internasional pun akhirnya dirayakan pada 1911 di Austria, Denmark, Jerman dan Swiss. Saat itu, keempat negara mengambil tangga 19 Maret sebagai peringatan.

Sempat ada perbedaan tanggal

Awalnya, sempat ada perdebatan mengenai tanggal paling pas untuk dijadikan Hari Perempuan Internasional. Pilihannya ada dua, antara tanggal 8 Maret dan 19 Maret.

8 Maret dipilih berdasarkan tanggal dilakukannya unjuk rasa kaum buruh perempuan di New York. Sementara opsi kedua, 19 Maret, didasarkan pada digelarnya aksi demonstrasi kaum perempuan secara serentak di beberapa negara di Eropa pada tanggal 19 Maret 1909.

Bahkan, pada tanggal 19 Maret 1911, lebih dari sejuta orang di Eropa—meliputi Austria, Hungaria, Denmark, Jerman, dan Swiss—menggelar demonstrasi demi mewujudkan hak politik, hak memilih, serta hak jabatan publik untuk perempuan. Mereka juga memprotes perlakuan diskriminatif, termasuk seks, terhadap buruh wanita di tempat kerja.

Iklan

Di sisi lain, “para pendukung” 8 Maret konsisten menyelenggarakan aksi di tanggal ini. Di Amerika Serikat, misalnya, setiap tanggal 8 Maret bahkan telah diperingati sebagai National Woman’s Day, dan terus dirayakan setiap tahunnya.

Lebih jauh, seperti dicatat Kaplan, di beberapa negara di Eropa lain seperti Rusia, Jerman, Inggris, dan lainnya, juga digelar kegiatan khusus setiap tanggal 8 Maret untuk memperjuangkan hak-hak kaum perempuan.

Di Rusia, pada 8 Maret 1917, kaum perempuan melakukan protes Perang Dunia I dengan gerakan “Bread and Peace”. Empat hari kemudian, Tsar Rusia memberikan hak untuk memilih kepada perempuan.

Proses menuju penetapan tanggal 8 Maret sebagai Hari Perempuan Sedunia masih panjang karena situasi yang masih sering labil lantaran perang panjang pada masa-masa itu.

Meskipun begitu, setiap tanggal 8 Maret selalu dirayakan dengan berbagai cara oleh kaum perempuan di berbagai negara. Hingga akhirnya, tanggal 8 Maret 1975, PBB mulai memperingatinya walaupun belum ditetapkan secara resmi.

Peresmian tanggal 8 Maret sebagai Hari Perempuan Sedunia terjadi dua tahun kemudian, pada 8 Maret 1977, dan terus diperingati hingga saat ini.

Penulis: Ahmad Effendi
Editor: Amanatia Junda

BACA JUGA Isu Pekerja Perempuan yang Penting Dibahas Saat Musim Kampanye dan Pemilu

Terakhir diperbarui pada 8 Maret 2023 oleh

Tags: 8 MaretdigitALLhari perempuan internasionalinternational woman's dayisu pekerja perempuaniwdPemilu 2024
Ahmad Effendi

Ahmad Effendi

Reporter Mojok.co

Artikel Terkait

Rasanya Satu Kelompok KKN dengan Anak Caleg, KKN Undip.MOJOK.CO
Kampus

Rasanya Satu Kelompok KKN dengan Anak Caleg, Semua Urusan Jadi Mudah Meski Suasana Bikin Tak Betah

14 Juli 2024
Komeng: Olok-Olok Rakyat Biasa untuk Menertawakan Politik MOJOK.CO
Esai

Komeng Adalah Bentuk Olok-Olok Paling Menohok yang Mewakili Lapisan Masyarakat Biasa untuk Menertawakan Politik

19 Februari 2024
bayi prabowo gibran di sumatera selatan.MOJOK.CO
Ragam

Kisah Bidan yang Membantu Persalinan Bayi Bernama Prabowo Gibran di Sumatera Selatan

16 Februari 2024
Menyaksikan Coblosan di Wotawati, Kampung Warisan Majapahit yang Mataharinya Tenggelam Pukul 15.00 MOJOK.CO
Aktual

Menyaksikan Coblosan di Wotawati, Kampung Warisan Majapahit yang Mataharinya Tenggelam Pukul Tiga Sore

14 Februari 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Pamong cerita di Borobudur ikuti pelatihan hospitality. MOJOK.CO

Kemampuan Wajib yang Dimiliki Pamong Cerita agar Pengalaman Wisatawan Jadi Bermakna

16 Desember 2025
Busur Panah Tak Sekadar Alat bagi Atlet Panahan, Ibarat "Suami" bahkan "Nyawa" Mojok.co

Busur Panah Tak Sekadar Alat bagi Atlet Panahan, Ibarat “Suami” bahkan “Nyawa”

19 Desember 2025
Elang Jawa terbang bebas di Gunung Gede Pangrango, tapi masih berada dalam ancaman MOJOK.CO

Balada Berburu Si Elang Jawa, Predator Udara Terganas dan Terlangka

19 Desember 2025
Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

17 Desember 2025
Bagian terberat orang tua baru saat hadapi anak pertama (new born) bukan bergadang, tapi perasaan tak tega MOJOK.CO

Katanya Bagian Terberat bagi Bapak Baru saat Hadapi New Born adalah Jam Tidur Tak Teratur. Ternyata Sepele, Yang Berat Itu Rasa Tak Tega

18 Desember 2025
Kegigihan bocah 11 tahun dalam kejuaraan panahan di Kudus MOJOK.CO

Kedewasaan Bocah 11 Tahun di Arena Panahan Kudus, Pelajaran di Balik Cedera dan Senar Busur Putus

16 Desember 2025

Video Terbaru

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

18 Desember 2025
Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

17 Desember 2025
Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

14 Desember 2025

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.