Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Kotak Suara

Angka Kelahiran Anak Indonesia Menurun, Benarkah Menunjukkan Fenomena Resesi Seks?

Ahmad Effendi oleh Ahmad Effendi
17 Februari 2023
A A
angka kelahiran anak menurun

Ilustrasi pasangan suami istri yang mengalami resesi seks (Mojok.co)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Angka kelahiran anak di Indonesia terus mengalami penurunan dalam tiga dekade terakhir. Benarkah ini mengindikasikan fenomena resesi seks di Indonesia?

Menurut data World Population Prospects, pada tahun 1990 angka kelahiran atau total fertility rate (TFR) Indonesia masih berada di level 3,10. Artinya, setiap satu orang perempuan rata-rata melahirkan tiga anak sepanjang masa reproduksinya.

Kemudian, dalam tiga dekade selanjutnya, angka ini terus merosot. Bahkan, TFR bergerak turun hingga mencapai 2,15 pada 2022 lalu. Secara kumulatif, angka kelahiran Indonesia sudah berkurang 30,64 persen selama periode 1990-2022.

Lebih lanjut, data proyeksi PBB itu juga mencatat bahwa angka TFR di Indonesia sejak 1950-2023 terus menunjukkan penurunan tiap tahunnya. Misalnya saja, sejak 2020 angka kelahiran konsisten turun 0,8 persen tiap tahunnya.

Sudah diprediksi

Meski demikian, sebenarnya kemerosotan ini sudah diprediksi sejak 2016 lalu. Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kemenpppa) bersama Badan Pusat Statistik (BPS), kala itu telah memproyeksikan bahwa bakal ada penurunan angka kelahiran signifikan pada 2023.

Berdasarkan data gabungan Kemenpppa dan BPS tersebut, 32,24 persen atau 83,4 juta jiwa penduduk Indonesia pada tahun 2016 adalah anak-anak. Namun, proporsi ini tidak akan mengalami perubahan signifikan pada tahun-tahun berikutnya.

Menurut data Hasil Proyeksi Penduduk Indonesia itu, secara umum pada 2016 hingga 2022 angka kelahiran ada sedikit peningkatan. Namun, ia akan mengalami penurunan pada 2023, dari yang berjumlah 84.323.000 menjadi 84.032.000.

“Hal ini dapat diasumsikan sebagai akibat dari mulai menurunnya angka Total Fertility Rate (TFR) di Indonesia pada masa-masa yang akan datang,” tulis laporan tersebut, dikutip dari laman kemenpppa.go.id, Kamis (16/2/2023).

Menurut lembaga tersebut, ada banyak hal yang mempengaruhi angka TFR menjadi turun. Salah satunya adalah mulai meningkatnya concern masyarakat Indonesia terhadap pentingnya kualitas anak di dalam pendidikan dan kesehatan.

“Ada juga karena tingginya kesadaran akan kesetaraan gender, sehingga konsep banyak anak sudah mulai ditinggalkan,” sambungnya.

Akibat resesi seks?

Sebelumnya, Kepala BKKBN Hasto Wardoyo mengakui bahwa Indonesia punya potensi mengalami resesi seks. Hal ini mengingat di sejumlah kota atau kabupaten di Indonesia, banyak yang tidak mengalami kelahiran baru alias zero growth.

Gaya hidup, menurut Hasto, ia duga menjadi salah satu pemicu dari peristiwa resesi seks. Tak hanya itu, banyak perempuan atau laki-laki yang menunda pernikahan karena menempuh studi atau karier.

Resesi seks (sex recession) sendiri pertama kali pertama dicetuskan oleh peneliti dan penulis Kate Julian dalam tulisannya untuk The Atlantic pada 2018. Istilah ini merujuk pada fenomena hubungan seks yang kian surut.

Menurut Kate, salah satu ancaman yang timbul akibat resesi seks adalah penurunan tingkat kesuburan dan angka kelahiran di suatu negara. Bahkan, penurunan ini sudah dialami sejumlah negara, seperti Korea Selatan, China, Jepang, dan Thailand.

Iklan

Bahkan, pada akhir 2022 lalu, TFR Korea Selatan mencapai rekor terendah yaitu 0,79. Banyak warga Korsel yang menunda atau memilih tidak mempunyai anak di tengah perlambatan ekonomi dan tingginya harga rumah. Sehingga, pemerintah semakin gencar memberikan insentif agar pasangan muda termotivasi memiliki keturunan.

Kendati menyebut “ada potensi resesi seks di Indonesia”, Hasto tetap menegaskan bahwa penurunan angka kelahiran ini sama sekali tidak mengindikasikan bahwa saat ini Indonesia mengalami resesi seks, sebagaimana di Korsel, Jepang, maupun Thailand.

“Di Indonesia, dalam satu tahun yang lahir hampir 4,8 juta (anak). Jadi, jauh dari resesi seks,” tegasnya kepada Detik.

“Orang mau berkeluarga di Indonesia cenderung untuk prokreasi atau mendapatkan keturunan, itu hampir 99 persen. Coba tanyakan ke pasangan usia subur atau orang yang baru menikah, tujuannya pasti prokreasi,” kata Hasto.

BACA JUGA Benarkah Keluarga Berencana Jadi Solusi dari Perubahan Iklim?

Terakhir diperbarui pada 17 Februari 2023 oleh

Tags: angka kelahiranBKKBNHasto WardoyoPemilu 2024resesi seksTFRtingkat fertilitas
Ahmad Effendi

Ahmad Effendi

Reporter Mojok.co

Artikel Terkait

Hasto Wardoyo pilih urus sampah di Kota Jogja di tengah ketidakpastian instruksi retret Megawati untuk kader PDIP MOJOK.CO
Aktual

Urus 1.600 Ton Sampah Kota Jogja di Tengah “Drama”

21 Februari 2025
Pesan Damai untuk Pilkada Jogja, Hasto Wardoyo: Kita Ini Lomba Lari, Bukan Tinju. MOJOK,CO
Kilas

Pesan Damai untuk Pilkada Jogja, Hasto Wardoyo: Kita Ini Lomba Lari, Bukan Tinju!

23 November 2024
Calon Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo, Bakal Sediakan Satu Bidan untuk Satu Kampung MOJOK.CO
Politik

Akses Kesehatan di Kota Yogyakarta Masih Sulit, Hasto Wardoyo Siapkan Pelayanan Kesehatan “Tanpa Dinding”

10 November 2024
Hasto Wardoyo: Siap Memberi Solusi untuk Semua Masalah Kesehatan di Jogja
Video

Hasto Wardoyo: Siap Memberi Solusi untuk Semua Masalah Kesehatan di Jogja

31 Oktober 2024
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

8 tahun merantau di Jakarta akhirnya resign. MOJOK.CO

Nekat Resign usai 8 Tahun Kerja di BUMN, Nggak Betah Hidup di Jakarta dan Baru Sadar Bawa Trauma Keluarga Terlalu Lama

4 Desember 2025
banjir sumatra.mojok.co

Kelumpuhan Pendidikan di Tiga Provinsi, Sudah Saatnya Penetapan Bencana Nasional?

4 Desember 2025
banjir sumatera. MOJOK.CO

Bencana di Sumatra: Pengakuan Ayah yang Menjarah Mie Instan di Alfamart untuk Tiga Orang Anaknya

1 Desember 2025
Para penyandang disabilitas jebolan SLB punya kesempatan kerja setara sebagai karyawan Alfamart berkat Alfability Menyapa MOJOK.CO

Disabilitas Jebolan SLB Bisa Kerja Setara di Alfamart, Merasa Diterima dan Dihargai Potensinya

2 Desember 2025
pendidikan, lulusan sarjana nganggur, sulit kerja.MOJOK.CO

Overqualified tapi Underutilized, Generasi yang Disiapkan untuk Pekerjaan yang Tidak Ada

5 Desember 2025
S3 di Bandung, Istri PNS Makassar- Derita Jungkir Balik Rumah Tangga MOJOK.CO

Jungkir Balik Kehidupan: Bapak S3 di Bandung, Istri PNS di Makassar, Sambil Merawat Bayi 18 Bulan Memaksa Kami Hidup dalam Mode Bertahan, Bukan Berkembang

1 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.