MOJOK.CO – Presiden Jokowi diketahui bertemu dengan Ketua Umum PDIP Megawati Sukarnoputri di Istana Merdeka, Jakarta, Sabtu (19/3/2023) kemarin. Ada beberapa hal penting yang dibahas. Benarkah mereka ngomongin nama capres asal PDIP dan isu reshuffle menteri?
Sebagaimana diketahui, dalam pertemuan tersebut Jokowi dan Megawati sempat berbincang selama tiga jam.
Menurut Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto, kedua tokoh ini membahas berbagai hal. Beberapa di antaranya, kata Hasto, terkait untold-story Megawati.
“Dalam dua jam pertama, pertemuan dilakukan secara khusus, di tempat yang penuh dengan memori Ibu Megawati ketika bersama Bung Karno tinggal di istana,” kata Hasto, yang juga hadir dalam pertemuan tersebut, dikutip dari Antara, Senin (20/3/2023).
“Bahkan, Ibu Mega menunjukkan berbagai hal yang bersifat untold story kepada Presiden Jokowi dan sekaligus menyampaikan bagaimana ide, pemikiran, gagasan dan cita-cita Bung Karno bagi Indonesia dan dunia,” sambungnya.
Lebih lanjut, Sekjen PDIP ini juga tak menampik bahwa pertemuan ini juga membahas topik Pemilu 2024.
“Dalam pertemuan tersebut tentu saja juga dibahas berbagai hal penting terkait dengan pelaksanaan Pemilu 2024,” pungkasnya.
Ganjar atau Puan?
Berdasarkan pernyataan Sekjen PDIP ini, pemilu masuk dalam topik pembicaraan di pertemuan tersebut. Pengamat politik Universitas Paramadina, Ahmad Khoirul Umam, bahkan berpandangan suksesi capres asal PDIP jadi pembahasan serius di situ.
Menurutnya, dalam pertemuan itu bisa saja Jokowi sedang menimang-nimang antara menduetkan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo atau Ketua DPR Puan Maharani dengan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto.
“Di kesempatan itu, besar kemungkinan Jokowi mendiskusikan proposal pasangan Capres-Cawapres Prabowo-Ganjar, Ganjar-Prabowo atau Prabowo-Puan kepada Megawati sebagai pemilik hak veto politik dalam pencapresan 2024 mendatang,” kata Umam, dikutip Kompas, Senin (20/3/2023).
Menurut Umam, keputusan Megawati soal pencalonan presiden akan menjadi kunci komunikasi lintas koalisi yang selama ini tersandera sikap “kalem” PDIP.
Lebih dari itu, Umam juga berharap Megawati dapat menyampaikan sikap tegasnya kepada Jokowi terkait wacana penundaan Pemilu. Sebab, Umam menilai wacana tersebut tampak digulirkan oleh pihak-pihak yang berada di lingkaran Jokowi.
“Sikap tegas Megawati diharapkan bisa menghentikan manuver-manuver kekuatan itu, yang belakangan konon menyimulasi untuk mengamandemen konstitusi demi skema penundaan pemilu,” kata Umam.
Bahas reshuffle menteri juga?
Sementara itu, pengamat komunikasi politik Universitas Esa Unggul Jamiluddin Ritonga menyebut, bahwa pembahasan Jokowi dan Megawati lebih dari sekadar otak-atik nama capres dan cawapres.
Kata dia, pertemuan tersebut pasti juga terkait dengan isu reshuffle kabinet.
“Karena pertemuan itu di Istana Negara, kemungkinan besar agenda utamanya membahas reshuffle kabinet. Agenda lain hanyalah bumbu-bumbu dalam pertemuan itu,” ucap Jamiluddin.
Bahkan, secara spesifik, Jamiluddin meyakini reshuffle kabinet menteri dari Partai NasDem turut masuk dalam pembahasan tersebut. Sebab, dalam pertemuan yang berlangsung sekitar tiga jam ini, ia menilai Jokowi tengah meminta saran atau masukan dari Megawati terkait susunan menteri.
“Jokowi tampaknya ingin mendapat masukan Megawati terkait perlu tidaknya menteri dari NasDem di-reshuffle. Dukungan politik itu diperlukan Jokowi mengingat me-reshuffle menteri dari NasDem secara politis sangat sensitif dan berisiko,” ujarnya, melanjutkan.
Pun demikian, Jamiluddin menyatakan, jika dukungan dari Megawati diperoleh, maka Presiden Jokowi akan lebih mudah meyakinkan partai koalisi lainnya dalam me-reshuffle menteri dari partai pimpinan Surya Paloh tersebut. Sebab, selama ini partai koalisi lainnya cenderung sejalan dengan kehendak Jokowi.
“Megawati yang memosisikan Jokowi sebagai petugas partai tak sungkan mengkritiknya secara terbuka. Karena itu, Jokowi tak ingin salah langkah dalam me-reshuffle menteri dari NasDem,” kata dia.
Penulis: Ahmad Effendi
Editor: Amanatia Junda