MOJOK.CO – Dua ponsel flagship asal China, Vivo Apex dan Meizu Zero, menawarkan desain smartphone futuristik: tanpa poni, tanpa tombol, dan tanpa lubang atau port seperti ponsel pada umumnya. Apa perbedaan keduanya?
Tak berbeda dengan tahun-tahun sebelumya, tahun 2019 ini bala konter mania akan dijejali dengan kehadiran berbagai smartphone baru dari segala lini. Produsen berlomba-lomba merilis jagoan terbaiknya untuk mengamankan pangsa pasarnya.
Saat mata kita lebih terpesona atas keluarga low-end dan midranger seperti Redmi Note 7, Redmi Go, atau Samsung M Series, apa kabar dengan smartphone flagship futuristik?
Meski harganya selangit, ponsel flagship selalu menjadi dambaan dan perbincangan setiap orang. Usaha seberat apapun akan diupayakan untuk membawa pulang ponsel flagship dengan berbagai alasan. Dari alasan gengsi sampai alasan ndakik-ndakik soal produktivitas.
Setelah muncul ponsel berponi, berkamera empat, sampai berlayar lipat, tahun ini dunia perponselan kedatangan dua smartphone super kece dari negeri Tirai Bambu. Dua ponsel yang dimaksud adalah Vivo Apex 2019 dan Meizu Zero. Keduanya punya desain yang serupa tapi punya spesifikasi yang berbeda.
Dengan performa tinggi dan desain mewah, dua ponsel itu menjadi menarik karena sama-sama tak mempunyai tombol, poni, dan lubang/port/colokan (holeless). Desain Vivo Apex 2019 dan Meizu Zero bukan semata-mata dibuat demi membawa perbedaan dan keunikan dengan produk yang sudah ada di pasaran, tetapi ada beberapa alasan lain di baliknya.
Pertama adalah soal tidak adanya tombol pada kedua perangkat tersebut. Tombol digantikan oleh keberadaan sensor sentuh yang kesannya tidak menonjol dan warnanya tidak begitu mencolok. Sensor tersebut terletak di bagian bawah layar menggantikan tombol fisik.
Kedua, Vivo Apex 2019 dan Meizu Zero mengusung konsep ponsel tanpa poni. Dengan kata lain, kedua perangkat tersebut hanya meninggalkan sebuah noktah kecil di bagian bezel atas (Meizu Zero) yang berfungsi sebagai sensor kamera selfie demi memberikan pengalaman tampilan yang benar-benar penuh.
Notch atau poni yang dikenal sekarang memang kekinian, tetapi sebetulnya kurang nyaman dari sisi tampilan. Metode tersebut bagi sebagian orang dianggap kekanak-kanakan dan justru lebih banyak digunakan oleh sederet smartphone low-end maupun midranger.
Ketiga adalah soal hilangnya lubang port charger, audio jack, speaker, earpiece, dan slot kartu SIM. Bagian ini bisa menjadi pisau bermata dua. Bagi beberapa orang, hilangnya colokan-colokan itu akan membuat tampilan ponsel menjadi semakin bersih tanpa lubang. Kalau ponsel jatuh ke dalam air tak perlu khawatir airnya masuk dan merusak komponen yang ada di dalam perangkat.
Namun, bagi sebagian lainnya yang belum terbiasa dengan hilangnya port tersebut pasti bakal bingung dan memunculkan pertanyaan-pertanyaan seperti: Lho, smartphone kok nggak ada lubangnya? Kalau mau isi baterai caranya gimana ini? Duh, sudah beli headset tapi kok nggak ada colokannya?
Soal performa, Meizu Zero hadir dengan Qualcomm Snapdragon 845 (octa-core 2.8 GHz). Sementara Vivo Apex 2019 menggunakan chipset Snapdragon 855 (octa-core 2.84 GHz) yang dipadukan dengan RAM 12 GB.
Menurut uji benchmark melalui aplikasi GeekBench, keduanya mampu menyejajarkan diri dengan prosesor laptop hemat daya dari keluarga AMD Ryzen 7 dan Intel Core i5 generasi ke-7.
Di atas kertas, performa Vivo Apex mempunyai unjuk kerja yang lebih baik ketimbang Meizu Zero, meskipun keduanya sama-sama menjalankan Android 9.0 Pie. Vivo Apex juga menjadi sebagai salah satu ponsel dengan dukungan 5G pertama di dunia.
Dari sektor fotografi, kamera belakang Meizu Zero lebih unggul dengan dual camera 12 MP dan 20 MP. Sedangkan Vivo Apex mempunyai komposisi lensa 12 MP dan 13 MP. Bagaimana dengan kamera depannya? Meizu Zero dibekali 20 MP, sedangkan Vivo Apex masih misterius. Dari beberapa sumber, Vivo Apex malah tak akan melengkapi perangkatnya dengan kamera depan untuk memaksimalkan lebar layar depannya yang tanpa bezel.
Bagaimanapun juga, kamu tidak akan bisa berkomunikasi secara normal dengan perangkat ini. Kok bisa? Kehilangan slot kartu SIM berarti ponsel ini akan menggunakan e-SIM yang sayangnya belum satupun operator di Indonesia yang mendukung e-SIM. Lagipula, Indonesia juga belum akan mendukung koneksi data 5G paling tidak hingga tahun 2022. Jadi, mau nggak mau, kalau mau pakai ponsel ini harus bergantung pada WiFi.
Tanpa audio jack, bagaimana nasib anak kampus seperti saya yang dengan budget minim ingin mendengar musik secara pribadi dan sangat tergantung pada headset kabel murahan? Dan namanya juga manusia yang banyak kerja sambilan, lupa membawa charger itu sudah sering kejadian.
Pakai HP dengan USB Type-C saja sudah repot cari pinjaman, apalagi cari charger prioprietary yang hanya cocok untuk ponsel itu saja. Zero dikabarkan akan menggunakan wireless charging 18 W bernama mCharge besutan Meizu, sedangkan Apex mengusung sistem pengisian daya ala-ala Apple MagSafe.
Untuk memindahkan data ke perangkat lain haruslah menggunakan Bluetooth yang pastinya berlangsung jauh lebih lama dan berisiko dibandingkan melalui kabel USB atau USB OTG. Sangat merepotkan untuk orang-orang yang banyak berurusan dengan data berukuran besar dan harus tersedia di seluruh perangkat. Sementara itu, kedua perangkat ini juga tidak menyediakan penyimpanan eksternal melalui slot microSD.
Jika sudah meluncur ke pasaran, perkiraan harga banderol kedua perangkat tersebut tidak akan dihargai di bawah Rp 15 juta untuk Vivo Apex 2019 dan Rp 12 juta untuk Meizu Zero, hanya demi perangkat yang lengkap segala kemubazirannya untuk ekosistem di Indonesia.
Saya sendiri tidak akan membeli keduanya. Kemahalan? Bukan, dong. Masalahnya sampai tulisan ini dibuat belum ada keterangan resmi dan informasi yang jelas apakah ponsel ini akan masuk ke Indonesia atau tidak. Tak sudi kalau harus beli barang nonresmi, bakal banyak aplikasi bawaan yang mengganggu.
Lha, hari gini kok masih tertarik beli barang black market. Kalau saya mending NO aja deh.