Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Konter

Resep TikTok Shop Memerangi Barang KW

Dengan atau tanpa teguran dari USTR, penjualan barang-barang palsu atau KW memang harus dilawan.

Isidorus Rio Turangga Budi Satria oleh Isidorus Rio Turangga Budi Satria
2 Maret 2022
A A
Resep TikTok Shop Memerangi Barang KW Perlu Dicontoh Shopee dan Tokopedia MOJOK.CO

Ilustrasi TikTok Shope memerangi barang KW. (Mojok.co/Ega Fansuri)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

MOJOK.CO – Meski mengandung risiko, usaha TikTok Shop untuk menyaring peredaran barang KW perlu ditiru Shopee, Tokopedia, dan Bukalapak.

Dunia e-commerce Indonesia memanas beberapa hari belakangan. Pasalnya, di tengah kecamuk perang di Eropa sejak minggu lalu, tiba-tiba Amerika Serikat (AS) menyenggol soal maraknya barang palsu atau KW yang membanjiri pasar e-commerce Indonesia.

Dilansir dari Kompas, US Trade Representative atau yang sering disebut USTR telah mengindentifikasi 42 e-commerce dan 35 pasar fisik di seluruh dunia yang dianggap terlibat atau memfasilitasi pemalsuan merek dagang. Simpelnya, e-commerce ini dinilai memfasilitasi penjualan barang-barang KW brand dari AS sana, misal Apple dan Nike.

Mengintip daftar tersebut, e-commerce populer di Indonesia masuk di daftar, yakni Shopee, Tokopedia, dan Bukalapak.

Senggolan dari AS tampaknya memang bikin e-commerce papan atas Indonesia itu cukup gerah. Terbukti, dari pantauan di media sejauh ini, sejak berita tersebut jadi bola panas, Tokopedia dan Bukalapak sudah mengeluarkan rilis pers terkait ini. Shopee sendiri kayaknya masih memantau situasi.

Tokopedia misalnya, menyebut bahwa perusahaan akan menindak tegas bentuk penyalahgunaan platform untuk penyebaran barang KW dengan ketentuan hukum yang berlaku di Indonesia. Dikutip dari Investor.id, langkah Tokopedia memerangi barang palsu dengan meningkatkan sistem pelaporan dan penghapusan, serta memperbesar keterlibatan brand di platformnya.

Tokopedia juga merilis microsite Hak Kekayaan Intelektual (HKI) yang menginformasikan secara lengkap langkah Tokopedia melawan barang palsu. Di dalamnya termasuk konsekuensi bagi seller yang menjual barang palsu alias melanggar kekayaan intelektual. Jadi, kalau kamu berniat coba-coba kaya dari barang KW di Tokopedia, mending mampir ke microsite-nya dulu biar segera insyaf.

Tapi, memangnya distribusi produk KW atau barang palsu bisa dikontrol? Dan sampai di titik mana saja bahayanya? Coba kita kulik ya.

Platform e-commerce bermodel UGC

Satu yang perlu kita pahami dasarnya adalah sifat platform e-commerce terkait. Sependek yang saya tahu, platform e-commerce itu pada dasarnya bersifat user generated content (UGC).

Begini, UGC itu biasanya berkaitan dengan target salah satu aplikasi atau marketplace yang ingin mengakusisi banyak user/seller di dalam ekosistem platform-nya. Saya rasa, baik Shopee dan Tokopedia, menganut sistem tersebut, di mana setiap orang bisa dalam sekejap menjadi penjual atau seller dan bisa mengunggah produknya secara mandiri. TikTok Shop sendiri “agak berbeda”.

Nah, celah ini adalah lubang terbesar yang dimanfaatkan untuk jualan barang-barang KW atau palsu. Pasti kamu-kamu nggak asing, kan, ketika browsing di Tokopedia dan Shopee, lalu nemu sepatu Nike atau celana training Nike, bahkan iPhone yang harganya jauh di bawah harga pasar. Buat orang awam, harga iPhone yang normalnya puluhan juta rupiah, di versi KW-nya, bisa dijual jauuuh dari harga barang aslinya.

Celah ini adalah lubang menganga yang sulit sekali untuk sekadar ditambal, atau coba ditutup secara permanen. Sebab apa? Jika cara untuk menjadi seller dipersulit di e-commerce, itu bakal jadi buah simalakama bagi si platform. Mereka akan kehilangan calon-calon seller, yang otomatis menghilangkan sekian persen potensi revenue. Ini tantangan besarnya.

Lalu, bagaimana mengakali penyebaran barang-barang KW ini namun akuisisi seller tetap jalan?

Menerapkan filtrasi ala TikTok Shop

Meski belum sebesar e-commerce babon di Indonesia seperti Shopee, Tokopedia, dan Bukalapak, TikTok Shop pada dasarnya punya dasar yang oke terkait filtrasi seller.

Iklan

Sejak resmi dirilis per 2021 lalu, TikTok Shop berupaya jadi alternatif tempat berbelanja. Pada awalnya, sistem pendaftaran untuk menjadi seller relatif mudah. Namun, seiring waktu Tiktok berbenah.

Sekarang ini, setidaknya ada empat syarat utama yang bikin kita bisa jadi seller di TikTok Shop. Buat saya yang biasa jualan dengan santai di Tokopedia, empat syarat dari TikTok ini cukup effort sekali untuk dijalani, makanya saya skip saja… hahaha.

Oke jadi syarat pertama, akun TikTok kamu harus punya lebih dari 10.000 followers. Bukan syarat sulit buat beberapa orang, namun buat orang yang dari awal niatnya jualan produk KW, ini agak merepotkan ya.

Lalu syarat kedua gabung TikTok Shop, dalam rentang 28 hari terakhir, kamu harus punya video yang punya views di angka 50. Cara ini gampang lah ya.

Syarat ketiga dan keempat juga relatif mudah sebab hanya syarat administratif. Syarat ketiga, umur kamu harus 18 tahun. Lalu syarat keempat, kamu harus posting video apa saja di TikTok dalam kurun waktu 28 hari terakhir sebelum bikin akun seller di TikTok Shop.

Dengan asumsi saya adalah seller yang terbiasa dengan kenyamanan dan simpelnya jualan di Tokopedia dan Shopee, kalau saya lho ya, saya sih mager bikin akun di TikTok Shop. Tiga syarat lain, sih, lumayan bisa diakalin, cuma syarat 10.000 followers ini kan cukup rumit ya sebab tidak ada (mungkin belum saja) jasa beli followers di TikTok.

Namun satu yang bikin salut ialah cara TikTok memfiltrasi atau menyaring calon seller. Nah, kalau sudah di titik ini, kita perlu menuju ke kesimpulan akhir; emang apa sih bahayanya produk KW?

Bahaya produk palsu, dari rugi materiil hingga cancel culture!

Meski terkesan sepele buat beberapa orang, bahaya barang KW ini punya dampak yang nggak kecil, lho.

Contoh terbaru ada di Korea Selatan. Di negeri yang rentan dengan cancel culture itu, salah satu selebgram lokal sempat tersandung kasus barang palsu dan kini kehilangan pengikutnya di media sosial.

Dia adalah Free Zia atau Song Jia, influencer dan selebgram asal Busan, Korea Selatan, yang mencuat berkat acara di Netflix berjudul Single’s Inferno. Selebgram muda ini tersandung kasus barang palsu karena ketahuan memakai produk fesyen palsu di acara Single’s Inferno. Dalam sekejap, popularitasnya lenyap ditelan kontroversi barang KW.

Dalam kontroversi tersebut, Zia dituding sengaja memakai barang palsu dari brand ternama dunia untuk mencitrakan diri sebagai orang kaya demi ketenaran di dunia showbiz. Suram.

Kasus Zia sendiri adalah contoh nyata dampak buruk barang KW bagi selebritas. Namun selain itu, tentunya ada kerugian materiil yang tentu tidak sedikit. Di dunia sastra Indonesia misalnya, isu pembajakan buku seolah tak pernah henti membayangi nasib para penulis di Tanah Air. Bahkan sastrawan kondang sekelas Eka Kurniawan saja jadi korbannya.

Buku yang dibajak, lalu dijual serampangan di e-commerce dengan harga jauh lebih murah, tentu memberikan kerugian materiil yang angkanya bisa sangat masif jika dilakukan secara berulang-ulang. Apalagi di e-commerce tertentu, nyaris tidak ada upaya untuk setidaknya mengurangi perdagangan buku bajakan.

Memang sih, TikTok Shop tidak pas dibandingkan langsung dengan platform e-commerce. Ruh TikTok adalah media sosial, lain dengan platform yang dari sononya memang e-commerce. Ruh TikTok ini sekaligus membuatnya mustahil masuk daftar USTR karena platformnya tidak dikategorikan sebagai e-commerce. Tapi fitrasi ala TikTok Shop masih layak untuk ditiru demi menyempurnakan sistem anti-barang palsu di e-commerce kok.

Pada akhirnya, dengan atau tanpa teguran USTR, pembajakan atau penjualan barang-barang palsu di mana pun memang perlahan harus dikurangi, ditekan, hingga kemudian diberantas. Sebab ingat, orang-orang tua dari dulu sudah rutin bilang, kalau mau apa-apa, ya nabung. Beli barangnya ketika uang sudah terkumpul. Jangan beli barang KW atau ngutang pakai pinjol ilegal, ya!

BACA JUGA Indonesia Banjir Barang Palsu? Jangan Maksa Punya Balenciaga kalau Baru Bisa Beli Dagadu dan analisis menarik lainnya di rubrik KONTER.

Penulis: Isidorus Rio
Editor: Yamadipati Seno

Terakhir diperbarui pada 4 Maret 2022 oleh

Tags: barang KWbarang palsubukalapakKWShopeetiktoktiktok shoptokopedia
Isidorus Rio Turangga Budi Satria

Isidorus Rio Turangga Budi Satria

Dulu nulis bola. Sekarang nulis tekno.

Artikel Terkait

Pengalaman Beli HP "Spek Dewa" Rp900 Ribu di Shopee: Kepepet Berujung Konyol, tapi Beruntung Diselamatkan Kurir.MOJOK.CO
Ragam

Pengalaman Beli HP “Spek Dewa” Rp900 Ribu di Shopee: Kepepet Berujung Konyol, tapi Beruntung Diselamatkan Kurir

10 Oktober 2025
Salah beli sepatu ala anak Jakarta di Shopee. MOJOK.CO
Catatan

Sekalinya Beli Sepatu di Shopee Malah Tertipu Toko Berlabel Ori, Nggak Jadi Gaya-gayaan Malah Berujung Cedera

9 Oktober 2025
Pengalaman temani pacar jadi driver Shopee Food, hadapi beragam watak manusia MOJOK.CO
Ragam

Pengalaman Temani Pacar Jadi Driver Shopee Food Jadi Tahu Ragam Watak Manusia: Batin Campur Aduk antara Haru, Riang, dan Nelangsa

8 Juli 2025
Gawai adalah Candu: Cerita Mereka yang Mengalami Brain Rot karena Terlalu Banyak Menonton Konten TikTok.MOJOK.CO
Mendalam

Gawai adalah Candu: Cerita Mereka yang Mengalami Pembusukan Otak karena Terlalu Banyak Menonton Konten TikTok

3 Juli 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

Gowes Ke-Bike-An Maybank Indonesia Mojok.co

Maybank Indonesia Perkuat Komitmen Keberlanjutan Lewat Program Gowes Ke-BIKE-an

29 November 2025
musik rock, jogjarockarta.MOJOK.CO

JogjaROCKarta 2025: Merayakan Perpisahan dengan Kemegahan

5 Desember 2025
Banjir sumatra, Nestapa Tinggal di Gayo Lues, Aceh. Hidup Waswas Menanti Bencana. MOJOK.CO

Konsesi Milik Prabowo di Hulu Banjir, Jejak Presiden di Balik Bencana Sumatra

4 Desember 2025
Lulus S2 dari UI, resign jadi dosen di Jakarta. MOJOK.CO

Lulusan S2 UI Tinggalkan Karier Jadi Dosen di Jakarta, Pilih Jualan Online karena Gajinya Lebih Besar

5 Desember 2025
Guru sulit mengajar Matematika. MOJOK.CO

Susahnya Guru Gen Z Mengajar Matematika ke “Anak Zaman Now”, Sudah SMP tapi Belum Bisa Calistung

2 Desember 2025
Bencana Alam Dibuat Negara, Rakyat yang Disuruh Jadi Munafik MOJOK.CO

Bencana Alam Disebabkan Negara, Rakyat yang Diminta Menanam Kemunafikan

3 Desember 2025
Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.