MOJOK.CO – Sejarah dan asal-usul kata kafir ternyata cukup panjang. Bukan semata-mata dari bahasa Arab, kata kafir juga muncul pada akar kata di bahasa Ibrani.
Apa yang terlintas dalam pikiranmu saat mendengar kata kafir?
Kata ini bisa dengan mudah dicari maknanya di KBBI (“orang yang tidak percaya kepada Allah swt. dan rasul-Nya”), tapi tetap saja menimbulkan banyak reaksi di berbagai kalangan.
Menurut Islam, kafir digunakan untuk merujuk seseorang yang menutup kebenaran atau mengingkari keberadaan Allah swt. beserta seluruh syariat yang dibawa Nabi Muhammad SAW. Tapi, siapa sangka, dari segi bahasa, kata kafir telah melalui perjalanan yang panjang.
Kata kafir yang kita ketahui berasal dari bahasa Arab ini ternyata memiliki akar kata dari bahasa-bahasa rumpun Semit, yaitu rumpun bahasa yang 5.000 tahun lalu digunakan bangsa-bangsa Timur Tengah, Afrika Utara, dan Afrika Timur. Sebagaimana dilansir dari ulasan Samsudin Berlian di Kompas, dalam rumpun ini terdapat sebuah kata yang jika ditransliterasikan akan menjadi k-p-r atau k-f-r.
Apa artinya? Menggosok atau menghilangkan kotoran.
Eh, tunggu, tunggu… Jenis kata macam apa itu? Kok cuma terdiri dari tiga huruf?
Jangan heran dulu. Rupanya, bentuk kata k-f-r ini adalah bentuk khas dari kata-kata bahasa Semit yang kerap terdiri dari tiga huruf saja. FYI, semua huruf Semit bahkan merupakan huruf konsonan!
Akar kata ini pertama kali berkembang dalam bahasa Akkadia—salah satu bahasa di rumpun Semit—melalui kata kuppuru. Apa artinya?
Secara bahasa, makna yang dimiliki kata kuppuru masih sama dengan k-f-r, yaitu menggosok, membersihkan, atau memoles. Tapi, istilah ini ternyata juga ditemui dalam bidang agama, yang artinya adalah…
…upacara menghapus dosa.
Upacara agama yang satu ini mencakup kegiatan membersihkan diri, membakar kemenyan, hingga menyembelih kambing jantan serta mengusap darahnya ke kuil. Upacara ini menyimbolkan kehidupan manusia yang harus dibersihkan dari segala dosa—persis sebagaimana kata kuppuru bermakna.
Bukan hanya Akkadia, bahasa lain dari rumpun Semit pun mengalami perkembangan kata k-f-r. Adalah bahasa Ibrani yang mengenal kata kipper (“menutupi”), kefira (“tidak sesuai agama Yahudi”), serta kofer (“menutupi kebenaran”). Arti kata yang terakhir secara spesifik hampir mirip dengan kata kafir yang kita kenal sekarang: menutup kebenaran kitab suci dan menolak beriman.
Lantas, bagaimana keadaan kata ini dalam bahasa Arab sesungguhnya?
Kata k-f-r ditemui cukup banyak dalam bahasa Arab. Salah satu ayat Al-Qur’an bahkan menggunakan kata ini untuk merujuk pada petani, yaitu melalui kata alkuffar, serta kafara yang berarti menutupi benih dengan tanah. Namun, kafara-lah yang menjadi cikal bakal kata kafir yang kita kenal karena secara etimologi berarti menutup.
Loh, memangnya, apa hubungan antara menutup dan keadaan kafir dalam agama?
Ternyata, wujud “menutup” dalam konteks ini adalah menutup hati, menutup kemungkinan untuk percaya, serta menolak suatu paham yang diajukan. Jika diposisikan dalam ajaran Islam, makna kafir memang berarti ketidakpercayaan seseorang atas Allah swt. dan rasul-Nya.
Apakah istilah kafir hanya milik orang Islam? Dalam konteks yang bermakna “tidak mengimani Allah swt. dan rasul-Nya”, tentu saja kata ini terbatas pada ajaran Islam saja. Namun secara sosial dan budaya, ada konteks-konteks berbeda yang membuat kita tak berhak sembarangan mengafir-ngafirkan orang.
Lalu, apakah perjalanan kata k-p-r atau k-f-r berhenti di Arab saja? Oh, ternyata tidak demikian.
Pada bahasa Anglo-Prancis, terdapat kata couvrir yang maknanya sama dengan koffer (Belanda) dan cover (Inggris), yaitu “menutupi”. Kemudian, dalam terjemahan bahasa Indonesia, kita tentu sepakat bahwa kata kiper (bahasa Inggris: (goal)keeper) yang merujuk pada pemain sepak bola pun identik dengan akar kata k-p-r. Maknanya juga sejalan: “menutup” gawang!
Selain itu, dalam bahasa Indonesia, terdapat kata keparat yang merupakan “adik” dari kata kafir. Yah, secara sederhana, kata keparat memang terasa seperti kata kafir tanpa aroma religi, soalnya.
Ngomong-ngomong soal k-p-r, ada satu pertanyaan yang muncul di benak saya sedari tadi, yaitu…
…ini ada hubungannya sama KPR, alias Kredit Pemilikan Rumah, nggak sih??? Penjelasan ini nggak lantas berarti kalau ikutan KPR itu kafir, kan??? :(((