Bangunan Rusunawa Karangroto Kota Lama, Semarang itu sudah berdiri sejak tahun 1996. Total ada 104 unit (terdiri dari 2 lantai: 52 bawah, 52 atas).
Bangunan Rusunawa Karangroto, Kota Lama itu sudah mengalami sejumlah kerusakan. Melapuk seiring waktu.
Warga melaporkan, kerusakannya meliputi kusen-kusen, atap (plafon keropos), dan masalah banjir di lantai bawah saat hujan lebat. Pasalnya, posisi tanah lebih rendah dari jalan, sementara saluran air di depan sudah tinggi. Warga lantai bawah jelas saja berharap agar lantai mereka dapat ditinggikan.
Tak hanya itu, kondisi di kawasan Rusunawa Karangroto, Kota Lama, Semarang juga minim ruang gerak sebagai tempat bermain anak-anak.
Wali Kota Semarang: Pemerintah harus perhatikan warga, termasuk di Rusunawa Karangroto Kota Lama
Pada Rabu (8/10/2025), Wali Kota Semarang, Agustina Wilujeng, melakukan kunjungan ke Rusunawa Karangroto di RW 12, Genuk. Dalam kunjungan tersebut, Agustina mencoba menyerap langsung aspirasi dan permasalahan yang dihadapi warga Rusunawa.
“Ya, melihat dari dekat saja. Sambil menyemangati temen-temen dinas ini, supaya tambah semangat memperhatikan warganya terutama rusun,” kata Agustina.

Selain masalah-masalah yang disebut di atas, ada sejumlah masalah lain yang Agustina dapati di kawasan Rusunawa Karangroto. Antara lain, minimnya ruang gerak untuk bermain anak, jauhnya akses fasilitas PAUD, hingga kebijakan pembayaran listrik.
Oleh karena itu, Agustina menegaskan bahwa permasalahan yang dialami warga rusunawa bukan hanya menjadi perhatian dan tanggung jawab Dinas Permukiman (Disperkim). Tetapi juga dinas-dinas lain yang terkait.
“Ini tidak hanya urusannya Perkim. Ada DLH, ada DPU, ada dinsos yang kita minta untuk bareng-bareng. Supaya kita temukan di lapangan sudah langsung kita selesaikan. Nanti kita lihat apa yang bisa kita lakukan,” jelas Agustina.
Harapan di antara kendala
Warga yang mendiami Rusunawa Karangroto, Kota Lama, Semarang berharap perbaikan-perbaikan bisa terjadi demi kenyamanan tinggal.
“Ya katanya kemarin mau ada renovasi pintu kamar mandi. Kan enggak ada (pintunya), cuman ini berhenti dulu gitu. Segera mungkin bertahaplah,” ujar Dwi, salah satu warga yang sudah tinggal 13 tahun di rusunawa tersebut.
Memang kendala utama dalam proses perbaikan, yakni keterbatasan dana pemeliharaan. Dari 12 wilayah sebaran rusun terdapat 48 bangunan, 2.832 unit, diberikan anggaran pemeliharaan sebesar Rp1 miliar. Sedangkan total kerusakan yang telah direkap saat ini sudah mencapai Rp7,2 miliar. Sementara itu pendapatan dari retribusi rusunawa hanya Rp4,9 miliar setiap tahunnya.

Meski demikian, warga juga mengapresiasi program bantuan dana Rp25 juta per RT yang digalakkan Pemkot Semarang. Menurutnya, program ini membangkitkan semangat warga untuk bergotong-royong memelihara lingkungannya.
“Apa yang disampaikan oleh warga semoga bisa direspon Pemerintah Kota, khususnya Ibu Agustina. Kami juga sangat menyengkuyung dengan adanya dana Rp25.000.000 per RT,” kata Tri, Ketua RW 12.
“Kampung kami jadi resik, warga kami jadi semangat bersih-bersih lingkungan. Semoga program anggaran atau operasional Rp25.000.000 untuk RT terus berlanjut di tahun-tahun kemudian,” tandasnya.***(Adv)
BACA JUGA: Sanitasi Layak Tentukan Kualitas Hidup Warga, Catatan dari Kawasan Padat Penduduk Semarang Utara atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan












