MOJOK.CO – PO Gunung Mulia sudah mengaspal di jalanan selama 30 tahun. Perusahaan ini tumbuh karena masifnya mobilisasi masyarakat Wonogiri.
Pertemuan pertama saya dengan Perusahaan Otobus (PO) Gunung Mulia terjadi pada 2015 lalu. Kala itu, armada bus dengan bodi dominan warna putih dan livery khas warna oranye ini mengantarkan saya dari Wonogiri ke Solo untuk menonton konser band death metal asal Amerika, Nile, di Stadion Manahan.
Cukup lama setelah “pertemuan” pertama itu, saya belum menikmati perjalanan via bus itu lagi. Namun, hingga kini eksistensi PO Gunung Mulia masih awet.
Di Terminal Tirtonadi, Solo, kemegahan bus ini masih bisa kita temui. PO ini memang menjadi kebanggaan sekaligus legenda bagi masyarakat Wonogiri.
Lebih dari 30 tahun mengaspal
PO Gunung Mulia tercatat memulai debut mandirinya pada tahun 1986. Disebut mandiri sebab perusahaan ini sebelumnya bergabung dengan PO Gunung Giri sejak 1983. Dengan demikian, Gunung Mulia tercatat mengaspal selama tiga dekade lebih.
Sebagai informasi, periode 1980-an memang menjadi masa di mana PO-PO mulai bermunculan di Wonogiri. Penyebabnya adalah proyek pembangunan Waduk Gajah Mungkur, Wonogiri, yang membuat ribuan warga dari 51 desa di 6 kecamatan bertransmigrasi.
Munculnya perusahaan otobus ini awalnya untuk membantu mobilisasi warga dari desa ke kota. Khususnya ke ibukota.
Sementara sejarah awal berdirinya PO Gunung Mulia sendiri bermula saat pengusaha truk bernama Gondo Wijaya ditawari untuk membeli armada PO Gunung Giri pada 1983. Tiga tahun setelahnya, ia resmi mengoperasikan perusahaan otobus miliknya sendiri, yang diberi nama Gunung Mulia.
Dalam wawancaranya bersama kanal Youtube PerpalZ TV, Gondo mengaku memilih nama “Gunung Mulia” karena alasan sederhana.
“Gunung, ya bermakna gunung, nama lain dari Wonogiri itu sendiri. Sementara Mulia berarti kemuliaan Tuhan,” katanya, dikutip Selasa (5/9/2023).
Baca halaman selanjutnya…
PO Gunung Mulia bersaing ketat dengan PO lain