MOJOK.CO – Tim Ekskavasi Situs Keputren Kawasan Cagar Budaya (KCB) Kerto-Pleret berhasil menemukan artefak fragmen gerabah yang kemungkinan berasal dari jaman Kerajaan Majapahit.
Artefak gerabah ini berada di lahan milik warga bernama Parjinem di Pleret, Bantul. Dugaannya gerabah tersebut merupakan wadah air terbuka dengan motif hias.
“Iya ditemukan artefak di tanah warga yang diduga dari era majapahit,” papar Koordinator Substansi Hubungan Masyarakat, Biro Umum, Hubungan Masyarakat dan Protokol Setda DIY, Ditya Nanaryo Aji, Rabu (06/09/2023).
Artefak tersebut Tim Ekskavasi Situs Keputren gali sejak 10 Agustus 2023. Perkiraannya berasal dari abad 13 saat Kerajaan Majapahit berdiri. Namun gerabah tersebut tim temukan di saluran air kuno yang berasal dari abad 17 atau era Kerajaan Mataram Islam.
“Menurut tim ekskavasi, fragmen gerabah wadah air tanpa tutup tersebut diperkirakan berasal dari abad 13. Artefak ditemukan pada salah satu kotak area ekskavasi dalam kondisi tidak utuh berbentuk kepingan,” paparnya.
Artefak milik bangsawan
Sebelumnya peneliti Pusat Riset Arkeologi, Prasejarah, dan Sejarah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Hery Priswanto menjelaskan karakter motif hias dari artefak tersebut nampak jelas walaupun telah hancur. Bahkan artefak tersebut menonjol ukirannya.
“Wadah air terbuka kuno ini sendiri diperkirakan memiliki diameter sekitar 50 cm yang biasa digunakan kalangan bangsawan kala itu,” jelasnya.
Hery mengatakan, dia pernah menemukan artefak fragmen dengan model ukiran tempel dan hiasan yang serupa saat melakukan penelitian di area Jawa Timur.
Hal tersebut menandakan artefak yang ada di Pleret milik orang yang memiliki jabatan di Situs Keputren. Sebab artefak wadah air milik masyarakat pada umumnya biasanya polos atau tidak mempunyai ukiran.
“Ukiran pada artefak fragmen yang ada di Situs Keputren Pleret ini sama dengan ukiran dengan era Majapahit kuno,” jelasnya.
Pembebasan lahan
Hery menambahkan, area lahan di lokasi ekskavasi artefak tersebut belum Disbud DIY bebaskan. Akibatnya setelah selesai penelitian, mereka kemudian menutup atau menimbun tanah kembali.
“Kami menutup lahan untuk menjaga keamanan dan pelestarian situs tersebut,” ujarnya
Tim Ekskavasi berharap lahan situs tersebut bisa Disbud DIY beli atau bebaskan. Sehingga situs tersebut bisa tim berikan peneduh dan pagar batas pengaman untuk perlindungan.
Sebab saat ini tim peneliti saat ini hanya membuat penanda apabila situs ini akan buka kembali nantinya. Namun bila lahan tersebut sudah bebas maka bisa menambah satu klaster lagi yang ada di KCB Kerto-Pleret seperti klaster Masjid Kauman, Klaster Kerto, Klaster Kedaton dan kemungkinan bisa menambah Klaster Keputren.
“Di Pleret ini juga dijumpai cepuri beteng dalam dan ternyata keberadaan situs Keputren ini berada di sisi utara dari cepuri,” imbuhnya.
Penulis: Yvesta Ayu
Editor: Purnawan Setyo Adi
BACA JUGAÂ Ironi Pleret, Sejarah Yogyakarta yang Terlupakan
Cek berita dan artikel Mojok lainnya di Google News