Menyimpan sejuta kenangan
Setali tiga uang dengan Gilang, memori Rarya tentang Arion berkenaan dengan keluarga dan teman-temannya. Kebetulan, sekolahnya berada di belakang mal. Yang menarik, guru olahraganya kerap menjadikan mal sebagai patokan rute lari. Soal ini Anda tak perlu heran. Di Jakarta mencari lapangan sama susahnya seperti mencari pekerjaan.
Perbincangan dengan Rarya membuka tabir baru. Bahwa di luar pusat perbelanjaan kesayangan kami, ada romantisme lain. Yakni keriuhan jalanan di sekitar mal. Jalan yang penuh kendaraan terutama di jam-jam sibuk, yang kanan-kirinya disesaki pedagang kaki lima dan pejalan kaki. Akses jalan yang mau tak mau mesti kami lewati kalau mau ke Arion.
Dulu, jalanan ini termasuk yang saya benci karena macet. Namun, entah mengapa saat dikisahkan ulang seketika muncul rasa kangen. Kenapa ya romantisme masa lalu selalu mampu menerabas batas toleransi manusia akan suatu hal?
“AW (restoran di depan Arion) itu tempat syutingnya Jinny Oh Jinny. Kan zaman kecil itu kalau nonton suka bareng-bareng, terus ketika ini sama dengan ini, kayak ada kebanggaan: aku pernah ke situ.”
Kenangan masa kecil yang dibawa hingga Jogja
Cerita itu menutup perbincangan saya dengan Rarya via telepon. Lalu saya tersadar, masa kecil bagaimana pun sederhananya terasa indah untuk dikenang. Ah, saya mau balik kecil lagi rasanya.
Saya bersinggungan dengan Rawamangun medio 1990-an akhir hingga 2000-an awal, sementara Gilang dan Rarya sebelum itu dengan rentang waktu yang lebih panjang. Rawamangun begitu sulit terlupakan bagi saya yang mesti ikut orang tua pulang kampung ke Pekalongan. Begitu juga Gilang dan Rarya yang harus ikut orang tuanya hijrah ke Jogja.
Cerita Gilang dan Rarya seperti potongan puzzle yang melengkapi ingatan saya yang bolong tertimpa ingatan baru dan tergerus zaman. Menggenapi kenangan sekaligus menyadarkan bahwa ini semua bukan semata tentang mal.
Arion hanyalah medium untuk mengingat Rawamangun, tempat saya tumbuh. Bangunan kecil yang menjelma terminal, tempat orang bertemu dan berpisah dengan waktu lalu, tempat kenangan indah tertambat –sebagian tertinggal, sebagian yang lain terbawa sampai ke Jogja.
Penulis: Iradat Ungkai
Editor: Purnawan Setyo Adi