MOJOK.CO – Berbagai macam tugas abdi dalem Kraton Yogyakarta masih lestari dalam nama-nama kampung. Ada apa saja ya?
Kampung-kampung di Yogyakarta memiliki penamaan yang unik. Ada yang berdasarkan tumbuhan-tumbuhan, sosok ternama di kampung tersebut, hingga jenis pekerjaan abdi dalem kraton yang dahulu bermukim di kampung tersebut. Mulai dari abdi dalem yang bertugas sebagai tukang jagal hingga abdi dalem yang bekerja khusus untuk membuat teh.
Melansir buku “Toponim Kota Yogyakarta” yang ditulis Nur Aini Sulistyowati dan Heri Priyatmoko pada 2019, Mojok sudah merangkum beberapa kampung di Yogyakarta yang penamaannya terinspirasi dari tugas abdi dalem kraton.
Gemblakan Bawah dan Gemblakan Atas
Tugas abdi dalem Kraton Yogyakarta sebagai tukang kuningan menginspirasi penamaan kampung ini. Gemblakan berasal dari kata “Gemblak” yang artinya tukang kuningan. Pada zaman dahulu, abdi dalem yang pandai mengolah bahan kuningan dibutuhkan untuk pemasangan kuningan pada perabotan keluarga kerajaaan. Gemblak biasanya memasang kuningan untuk gagang pintu, lemari, alat musik, paku kayu, dan barang hiasan lainnya.
Sitisewu
Kampung yang terletak di sisi selatan Kampung Gowongan itu berkaitan dengan tugas abdi dalem dalam menyediakan tenaga kerja (bau suku). Biasanya tenaga kerja ini diperlukan untuk proyek pembangunan. Tenaga kerja itu biasanya dicari dari Sungai Bagawanta ke arah barat laut.
Pajeksan
Penamaan pajeksan berasal dari omah (kantor) jeksa atau jaksa. Kampung Pajeksan yang berada di wilayah Kecamatan Gedongtengen itu dahulu memang terkenal sebagai pemukiman abdi dalem jaksa atau pengadilan.
Jlagran
Tugas abdi dalem kraton untuk menata batu menjadi asal-usul nama kampung ini. “Jlagra” berarti tukang menata batu untuk tumpuan. Jlagra banyak dibutuhkan untuk mengerjakan proyek pembangunan berskala besar maupun kecil. Kesetiaan para jlagra melayani permintaan istana berbuah hadiah sepetak tanah untuk bermukim.
Gandekan Lor
Kata “Gandek” merupakan asal-usul kampung Gandekan Lor. Gandek adalah sebutan bagi abdi dalem yang menyalurkan perintah dari majikan. Dalam struktur birokrasi kerajaan, memang ada petugas khusus yang bertanggung jawab untuk memanggil seseorang menghadap kraton.
Demangan
Kampung Demangan berasal dari kata “Demang” yang berarti orang yang diberi tugas mengatur suatu desa. Kawasan ini dahulunya memang ditinggali oleh orang-orang yang punya kaitan dengan keberlangsungan pemerintahan pada zaman itu
Gendeng
Kawasan yang terletak di sisi menjadi tempat bermukim abdi dalem yang mahir memainkan tembang jawa atau “gending”. Lambat laun, warga mengucapkan gending menjadi gendeng. Oleh karena itu, kawasan seluas 45 ha itu disebut dengan Kampung Gendeng hingga saat ini.
Kauman
Penamaan Kampung Kauman tidak terlepas dari Masjid Gedhe yang terletak di sebelah barat Alun-Alun Utara. Kampung ini terletak di belakang Masjid Gedhe. Kauman memiliki arti kampung tempat orang yang sungguh-sungguh menjalankan agama Islam.
Mereka yang bertanggung jawab mengelola masjid dan memimpin upacara keagamaan disebut abdi dalem pengolah. Abdi dalem ini terdiri atas para tokoh ulama yang taat beragama. Mereka diberi tempat tinggal di sisi barat Masjid Gedhe yang kemudian berkembang menjadi Kampung Kauman.
Bumijo
Kata Bumijo memiliki arti bumi sing rejo atau tanah yang makmur dengan segala tanaman tumbuh di atasnya. Dahulu, kampung di yogyakarta ini dulu dihuni oleh abdi dalem yang mengurus perkara tanah sawah alias juru sabin. Tidak hanya itu, juru bendung, juru taman, tukang tanam pohon, dan tukang menguas dengan tanaman juga tinggal di kawasan ini.
Gowongan
Kampung Gowongan berasal dari kata “Gowong” yang berarti abdi dalem tukang kayu. Mereka mendapat tanah untuk ditinggali secara berkelompok berkat pengabdian kepada raja dan perannya bagi lingkungan kraton. Pada zaman itu pembesar kerajaan memang memerlukan abdi dalem tukang kayu ini untuk terlibat dalam pembangunan.
Prenggana
Ada beberapa asal usul Kampung Prenggana. Salah satunya, kampung ini adalah tempat tinggal para abdi dalem yang bertugas menghias kraton ketika ada acara. Prenggana berasal sari kata “di-rengga” yang artinya dipajang/dipamerkan agar tampak indah.
Patehan
Abdi dalem yang bertugas menyajikan teh untuk keraton dahulu tinggal di kawasan khusus. Patehan memiliki arti bintang, teko, dan perabot minum teh. Kata ini juga memiliki arti tempat menyediakan minuman teh.
Kampung khusus untuk para pembuat teh diperlukan untuk melayani para tamu dari kerajaan lain. Hingga saat ini Kampung Patehan masih dihuni oleh abdi dalem yang setia meneruskan tradisi membuat teh untuk kraton.
Nagan
Terdapat beberapa versi asal-usul penamaan kampubg ini. Pertama, Kampung Nagan merupakan kampung bagi para abdi dalem yang bertanggung jawab memelihara ular. Kitab Katrangan Côndrasangkala menunjukan bahwa istilah naga sama dengan ula gedhe atau ular besar. Kedua, Kampung Nagan merupakan kampung bari para abdi dalem yang menabuh gamelan. Penabuh gamelan disebut dengan niyaga, ada juga yang menyebut nayaga.
Mergangsang Lor dan Mergangsan Kidul
Mergangsan berasal dari kata “Mergansa” yang berarti kalang, tukang kayu, blandong. Pada saat awal kraton berdiri, kawasan ini memang dihuni oleh orang-orang yang bergelut dengan dunia perkayuan. Tidak sembarang mengolah kayu, abdi dalem mergangsa sebenarnya memiliki tugas khusus dalam bidang perkayuan, yakni membuat gawang-gawang dan pintu masuk bangunan rumah.
Keparakan Lor dan Keparakan Kidul
Keparakan bersumber dari kata “Keparak” yang berarti pelayan yang bertugas mendampingi penguasa beserta keluarganya apabila memerlukan bantuan. Jumlah abdi dalem keparak cukup banyak, oleh sebab itu mereka disediakan tanah yang luas untuk tempat tinggal. Lambat laun tanah ini menjadi tempat tinggal.
Ngampilan
Ngampilan merupakan tempat tinggal bagi para ampilan. Arti ampilan adalah upacara dan sebagainya. Selain itu ampilan juga bermakna sebagai barang bawaan pembesar ketika pergi. Tugas abdi dalem ini membawa ampilan dalem dan ampilan keprabon ke Bangsa Manguntur Tangkil sebelum Sri Sultan duduk di singgasana.
Margoyasan
Kampung Margoyasan merupakan pemukiman bagi abdi dalem pembuatan jalan. “Marga” berarti dalan atau jalan. Sementara “yasan” artinya gegawen atau pekerjaan. Berbeda dengan kebanyakan kampung yang terletak di dalam benteng, kampung ini terletak di luar benteng karena sifat pekerjaannya lebih banyak melayani masyarakat.
Jagalan Beji
Terlihat dari namanya, Kampung Jagalan Beji dulunya tempat tinggal orang-orang yang bekerja sebagai tukang jagal atau menyembelih hewan. Kawasan ini ditinggali oleh para tukang gajal biasa maupun abdi dalem Miji. Abdi dalem Miji adalah golongan jagal yang berada di wilayah Pakualaman. Mereka punya peran penting dalam upacara-upacara yang diadakan Keraton. Sementara “Beji” memiliki arti tempat suci.
Pandeyan
Kampung yang secara administratif terletak di Kecamatan Umbulharjo itu berasal dari kata “Pande” artinya profesi tukang yang membuat peralatan dari bahan besi. Di zaman dahulu, kawasan ini adalah tempat bermukim para pande atau tukang besi.
Pakuncen
Penamaan Kampung Pakuncen erat kaitannya dengan wilayahnya yang sebagian besar merupakan pemakaman. Ada beberapa versi penamaan kampung ini. Salah satunya menjelaskan, kampung ini merupakan makam yang dijaga oleh seorang juru kunci. Warga kemudian menamai kawasan itu menjadi Pakuncen yang berarti juru kunci atau penjaga makam leluhur pembesar istana Kasultanan Yogyakarta.
Penulis: Kenia Intan
Editor: Purnawan Setyo Adi