Mojok
KIRIM ARTIKEL
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
    • Bidikan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
Logo Mojok
Kirim Artikel
Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal
Beranda Kilas

Ruang Publik yang Sadarkan Berpikir Kritis Jadi Solusi atas Gejala Pembusukan Otak

Muchamad Aly Reza oleh Muchamad Aly Reza
27 Februari 2025
A A
Membahas pentingnya ruang publik untuk anak muda bareng Totok Hedi di Sleman MOJOK.CO

Membahas pentingnya ruang publik untuk anak muda bareng Totok Hedi di Sleman. (Dok. Akademi Bahagia)

Bagikan ke WhatsAppBagikan ke TwitterBagikan ke Facebook

Tidak kurang dari 150 orang berkumpul pada pagi yang cerah nan hangat di pelataran rumput Akademi Bahagia, Ngebo, Sukoharjo, Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman, pada Rabu (26/2/2025). Mayoritas adalah anak-anak muda. Sisanya jajaran perangkat desa setempat.

Pagi itu, berlangsung sosialisasi 4 pilar bertajuk “Sosialiasi 4 Pilar untuk Penguat Kesadaran Kebangsaan” oleh anggota MPR RI, Totok Hedi Santosa.

Tidak seperti sosialisasi pada umumnya yang cenderung satu arah, sosialiasi oleh Totok Hedi lebih interaktif: berformat diskusi. Sehingga tidak hanya menyimak, peserta justru lebih banyak bertukar gagasan dengan anggota MPR RI sekaligus Sekretasi DPD PDI Perjuangan DIY tersebut.

Para peserta Sosialiasi 4 Pilar bersama Totok Hedi di Sleman MOJOK.CO
Para peserta Sosialiasi 4 Pilar bersama Totok Hedi di Sleman. (Dok. Akademi Bahagia)

Era digital sebabkan pembusukan otak

Diskusi diawali dengan merespons bagaimana era digital kini bergerak ke arah yang makin negatif. Terutama dalam konteks Indonesia sebagai salah satu konsumen terbesar media sosial. Sehingga, alih-alih kemajuan, yang terjadi pada masyarakat adalah brain rot (pembusukan otak).

Pembusukan otak tersebut bukan lah disebabkan karena virus. Tapi lebih ke bagaimana otak manusia kini mengalami adiksi pada konten-konten receh dan berkualitas rendah.

Akibatnya, pelan-pelan masyarakat mengalami pembusukan otak. Gejalanya berupa penurunan daya pikir kritis, kecemasan yg berlebihan, dan di tingkat akut mengancam kesehatan jiwa.

Sialnya, gejala tersebut tak begitu dicermati oleh penyelanggara negara di negeri ini. Ketika negara-negara maju mulai melakukan pembatasan media sosial, melakukan edukasi publik besar-besaran, Indonesia masih jauh dari itu.

Para pemimpinnya masih berkutat pada bagaimana mendapat keuntungan sebesar-besarnya dari kedudukan mereka di kursi birokrasi. Alih-alih menuju Indonesia emas, ini justru membawa pada Indonesia cemas.

Ruang publik seperti Akademi Bahagia Sleman malah ditakuti pejabat

Di tengah-tengah diskusi, seorang peserta berbagi aspirasinya kepada Totok Hedi. Gandi namanya. Pemuda asal Temanggung, Jawa Tengah.

“Saya beruntung kuliah di Jogja. Di sini ada banyak ruang publik yang terbuka khususnya bagi anak muda. Seperti Akademi Bahagia di Sleman ini. Tapi di Temanggung, atau juga daerah lain, sangat minim. Sementara pemerintah setempat tidak mau ambil bagian dalam memberi ruang publik semacam ini,” keluh Gandi.

Bagi Gandi, Akademi Bahagia yang baru berdiri 2023 lalu di Sleman, merupakan representasi ruang publik yang ideal. Di sana, semua kalangan bisa masuk.

Para peserta Sosialiasi 4 Pilar bersama Totok Hedi di Sleman MOJOK.CO
Para peserta Sosialiasi 4 Pilar bersama Totok Hedi di Sleman. (Dok. Akademi Bahagia)

Tak cuma gratis, tapi juga memberikan ruang bagi setiap orang untuk mengekspresikan bahkan mengembangkan diri.

Bagi Gandi, salah satu upaya untuk mengatasi pembusukan otak tersebut adalah dengan merawat dan membiarkan ruang-ruang publik semacam itu menjamur dan tumbuh subur.

Hanya saja, sering kali pejabat khawatir berlebihan pada keberadaan ruang publik. Apalagi yang menyuntikkan kesadaran atas pemikiran kritis (critical thinking) hingga pentingnya hidup bersama (community). Orang kritis, lebih-lebih bergerombol, dipandang sebagai ancaman. Wong sama lukisan (Yos Suprapto) dan lirik lagu (“Bayar Bayar Bayar” – Sukatani) saja takut.

Iklan

Merebut tafsir ruang publik

“Kalau begitu, rebut saja tafsir ruang publik,” jawab Totok Hedi. Jika selama ini ruang publik ditafsirkan sebagai sebuah “ruang” dalam arti sebenarnya, maka dia menawarkan tafsir yang lebih luas.

Bagi Totok, jika pemerintah tidak kunjung menyadari perihal pentingnya ruang publik seperti yang Gandi mau, maka anak muda sah-sah saja melukakan inisiatif dengan membentuk ruang-ruang publik sendiri sebagai episentrum intelektual.

Angkringan, warung kopi, bahkan di bawah pohon bobotnya sama saja dengan misalnya di Akademi Bahagia. Sepanjang di sana, aspirasi-aspirasi orang seperti Gandi tersalurkan.

“Atau yang kedua, ciptakan ruang-ruang publik—dalam arti sesungguhnya—sendiri. Itu lah upaya mencintai Indonesia,” kata Totok Hedi.

Jangan sampai Indonesia cemas

Yang jelas, pada prinsipnya, berbagai inisiatif warga negara harus dimaksimalkan dan diperbanyak. Karena hal ini lah yang akan menjaga bangsa ini di masa depan.

Apa yang sering disebut sebagai 4 pilar kebangsaan (Pancasila, UUD ‘45, Bhineka Tunggal Ika, dan NKRI) juga harus menemukan relevansinya dengan zaman. Sebab, kalau tidak, itu hanya menjadi penamaan belaka tanpa isi. Hanya jadi istilah dalam “omon-omon” politik.

Para pendiri bangsa ini adalah manusia-manusia yang berpikir. Mereka merumuskan Pancasila dengan pemikiran dan permenungan yang mendalam.

Pembukaan UUD ‘45 bukan hanya karya politik yang cerdas dan bernas, tapi juga salah satu karya prosa terbaik di dunia. Bhineka Tunggal Ika adalah kesadaran yang luar biasa atas kemajemukan bangsa ini, dan bagaimana kita mengelolanya sebagai sebuah modal sosio-kultural. Bahkan pemilihan atas NKRI pun melalui perdebatan yang brilian antar-pendiri bangsa. Jika inisiatif-inisiatif tersebut senantiasa terjaga, tidak perlu ada kecemasan atas Indonsesia.

Penulis: Muchamad Aly Reza
Editor: Ahmad Effendi

BACA JUGA: Angkringan Pasinaon Mbah Gun: Dari Masa Kecil Penuh Ejekan hingga Berjasa untuk Minat Baca dan Seni Tari di Sleman atau liputan Mojok lainnya di rubrik Liputan

 

Terakhir diperbarui pada 27 Februari 2025 oleh

Tags: akademi bahagiaruang publik jogjaruang publik slemanslemantotok hedi
Muchamad Aly Reza

Muchamad Aly Reza

Reporter Mojok.co

Artikel Terkait

Pelaku UMKM di sekitar Prambanan mengikuti pelatihan. MOJOK.CO
Ekonomi

Senyum Pelaku UMKM di Sekitar Candi Prambanan Saat Belajar Bareng di Pelatihan IDM, Berharap Bisa Naik Kelas dan Berkontribusi Lebih

3 Desember 2025
Bedog Arts Fest 2025 Mojok.co
Kilas

Bedog Arts Fest 2025: Perayaan Seni Kerakyatan, Lingkungan, dan Semangat Keberlanjutan

19 Oktober 2025
Ilustrasi Stasiun Kalasan di Sleman yang terbengkalai - MOJOK.CO
Liputan

Saat KAI Masih Sibuk Mengkaji Pembukaan Stasiun Kalasan, Warga Sudah Muak dengan Anak Muda yang Menjadikannya Tempat Maksiat

14 Oktober 2025
Alasan Warlok Sleman Malas Berwisata ke Kaliurang Mojok.co
Pojokan

Alasan Warlok Sleman Malas Berwisata ke Kaliurang

2 Oktober 2025
Muat Lebih Banyak
Tinggalkan Komentar

Terpopuler Sepekan

borobudur.MOJOK.CO

Borobudur Moon Hadirkan Indonesia Keroncong Festival 2025, Rayakan Serenade Nusantara di Candi Borobudur

15 Desember 2025
Riset dan pengabdian masyarakat perguruan tinggi/universitas di Indonesia masih belum optimal MOJOK.CO

Universitas di Indonesia Ada 4.000 Lebih tapi Cuma 5% Berorientasi Riset, Pengabdian Masyarakat Mandek di Laporan

18 Desember 2025
elang jawa.MOJOK.CO

Mempertaruhkan Nasib Sang Garuda di Sisa Hutan Purba

18 Desember 2025
Kuliah di universitas terbaik di Vietnam dan lulus sebagai sarjana cumlaude (IPK 4), tapi tetap susah kerja dan merasa jadi investasi gagal orang tua MOJOK.CO

Kuliah di Universitas Terbaik Vietnam: Biaya 1 Semester Setara Kerja 1 Tahun, Jadi Sarjana Susah Kerja dan Investasi Gagal Orang Tua

15 Desember 2025
bapakmu kiper.MOJOK.CO

Fedi Nuril Jadi Mantan “Raja Tarkam” dan Tukang Judi Bola di Film Bapakmu Kiper

17 Desember 2025
Elang Jawa terbang bebas di Gunung Gede Pangrango, tapi masih berada dalam ancaman MOJOK.CO

Elang Jawa Terbang Bebas di Gunung Gede Pangrango, Tapi Masih Berada dalam Ancaman

13 Desember 2025

Video Terbaru

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

SD Negeri 3 Imogiri Bantul: Belajar Bergerak dan Bertumbuh lewat Sepak Bola Putri

18 Desember 2025
Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

Ketakutan pada Ular yang Lebih Dulu Hadir daripada Pengetahuan

17 Desember 2025
Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

Undang-Undang Tanjung Tanah dan Jejak Keadilan di Sumatera Kuno pada Abad Peralihan

14 Desember 2025

Konten Promosi



Summer Sale Banner
Google News
Ikuti mojok.co di Google News
WhatsApp
Ikuti WA Channel Mojok.co
WhatsApp
Ikuti Youtube Channel Mojokdotco
Instagram Twitter TikTok Facebook LinkedIn
Trust Worthy News Mojok  DMCA.com Protection Status

Tentang
Kru
Kirim Artikel
Kontak

Kerjasama
Pedoman Media Siber
Kebijakan Privasi
Laporan Transparansi

PT NARASI AKAL JENAKA
Perum Sukoharjo Indah A8,
Desa Sukoharjo, Ngaglik,
Sleman, D.I. Yogyakarta 55581

[email protected]
+62-851-6282-0147

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.

Tidak Ada Hasil
Lihat Semua Hasil
  • Esai
  • Liputan
    • Jogja Bawah Tanah
    • Aktual
    • Kampus
    • Sosok
    • Kuliner
    • Mendalam
    • Ragam
    • Catatan
  • Kilas
  • Pojokan
  • Otomojok
  • Konter
  • Malam Jumat
  • Video
  • Terminal Mojok
  • Mau Kirim Artikel?

© 2025 PT Narasi Akal Jenaka. All Rights Reserved.