Pilpres 2019 benar-benar menjadi pertaruhan yang penting bagi PKS. Karena itu, di Pilpres 2019 mendatang, PKS tak mau sekadar menjadi tim hore alias penggembira.
Tak tanggung-tanggung, PKS mewanti-wanti Gerindra, bahwa jika ingin koalisi berlanjut, maka cawapres yang nanti dipilih untuk mendampingi Prabowo harus dari PKS.
“Enggak bisa ditawar-tawar. Cawapres harus dari PKS. Kami enggak mau jadi penggembira saja dalam Pilpres ini,” kata politikus PKS Tifatul Sembiring. “Kalau mau kami disuruh dukung-dukung saja mungkin enggak (mau), lebih baik jalan masing-masing saja.”
Hal tersebut cukup beralasan, sebab beberapa waktu yang lewat, Gerindra memang cukup liar melakukan manuver-manuver politik, salah satunya dengan membangun wacana duet Gerindra-Demokrat dengan mengusung Prabowo dengan Agus Harimurti Yudhoyono sebagai capres dan cawapres.
Bagi PKS, koalisi antara Gerindra dan PKS di Pilpres 2019 bisa terbentuk jika cawapresnya dari PKS. Jika tidak, maka besar kemungkinan, PKS tak akan mau melanjutkan kerjasama dengan Gerindra yang selama ini sudah terjalin dengan begitu hangat dan mesra.
Pihak Gerindra sendiri sebenarnya sejak bulan Mei lalu sudah menyatakan bahwa cawapres pendamping Prabowo adalah dari unsur kader PKS. Hal tersebut diungkapkan oleh Ketua Umum DPP Partai Gerindra Ferry Juliantono.
Kala itu, Ferry mengatakan bahwa cawapres pendamping Prabowo adalah dari PKS, dan namanya baru akan diumumkan pertengahan ramadan.
Nyatanya, sampai lebaran berakhir, nama tersebut belum juga diumumkan. Tak heran jika kemudian PKS menjadi uring-uringan. Terlebih saat Gerindra ternyata intens membangun komunikasi politik dengan partai-partai potensial lain.
Seperti diketahui, Majelis Syuro PKS memang telah menyiapkan sembilan nama kader internal mereka untuk menjadi cawapres mendampingi Prabowo. Kesembilan nama tersebut adalah Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan, Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid, Fungsionaris PKS M. Anis Matta, Gubernur Sumatra Barat Irwan Prayitno, Presiden PKS Muhammad Sohibul Iman, Ketua Majelis Syuro PKS Salim Segaf Al Jufri, Anggota DPR Tifatul Sembiring, Anggota DPR Al Muzammil Yusuf MS, dan Anggota DPR Mardani Ali Sera.
Menurut pengamat politik yang juga Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR) Ujang Komarudin, polemik soal pemilihan cawapres untuk mendampingi Prabowo ini sangat menarik. Ia mengatakan jika Gerindra memaksakan berkoalisi dengan Demokrat dengan mengusung Prabowo-AHY, maka PKS akan sakit hati dan punya kemungkinan untuk pindah mendukung Jokowi.
“Bisa saja PKS yang tidak direkrut menjadi cawapresnya Prabowo, akan lari mendukung Jokowi,” ujar Ujang.
Nah lho, nah lho… kalau sampai hal tersebut terjadi, bakal rame ini dunia persilatan, eh, perpolitikan nasional kita.
Tentu bakal menarik dan menyenangkan melihat Mardani Ali Sera yang sebelumnya terus menerus menyerang Jokowi mendadak berorasi menjadi juru kampanye Jokowi.
“Kawan-kawanku, jangan lupa pilih Prab, eh, Jokowi ding…”